BIDADARI SURGA ASIAH

Monday, May 31, 2010

Bukan Perawan Biasa ! (Bukan Hanya Mahkota Terakhir)



Suatu ketika kami ditugaskan untuk membawakan materi di sebuah radio dengan judul “Hukum Menikah dengan non muslim dan Wanita hamil”.Seusai menjelaskan panjang lebar, kamipun membuka sesi pertanyaan bagi para pendengar. Alhamdulillah antusias pendengar positif. Banyak pertanyaan yang masuk. Deringan hp kami tak berhenti berbunyi, tentu hati kami-pun senang. Diantara pertanyaan itu ada sebuah pertanyaan yang membuat hati kami terharu, berikut bunyi pertanyaan yang dikirim dalam bentuk sms itu..

“ada seorang wanita yang menjadi korban pemerkosaan, apakah dengan begini wanita tersebut termasuk wanita pezina? apakah dia berdosa?. Sekarang dia sudah menjadi pemurung, apa yang harus saya lakukan untuk membantunya, karena saya kasihan melihatnya seperti itu? By Wawan

Sms tersebut tak hanya berhenti sampai disitu, sambungan pertanyaannya kembali masuk..

Apakah boleh seorang lelaki yang bukan pezina menikahi wanita yang menjadi korban pemerkosaan yang kini sementara hamil? By Wawan

Seusai pertanyaan itu dibacakan oleh teman saya, mulut kami langsung mengucap subhanaullah berulang kali sambil tersenyum gembira.Bukan…bukan… berarti kami tidak sedih mendengar cobaan yang diterima wanita tersebut namun kami merasa takjub, di dunia ini masih ada saja lelaki seperti itu.

Kami bisa membayangkan bagaimana kalau kami berada di posisi wanita tersebut yang telah kehilangan mahkota terakhir dengan cara diperkosa. Belum hilang rasa trauma dalam dirinya, ia harus menerima kenyataan pahit kalau dirinya kini telah hamil. Rasanya Genap sudah penderitaan yang dialaminya. Disaat seperti itu dia sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang tercintanya. Alhamduillah. Masih ada seorang lelaki baik hati yang dengan ikhlas ingin menolong wanita tersebut dengan menikahinya. Sayapun mengatakan padanya…tunggulah sampai wanita itu melahirkan.

Mirip cerita di sinetron yah? Tapi yang jelas ini bukan kisah sinetron, ini balada kehidupan seorang hamba.

Namun, kebahagiaan kami sirna seketika, ibarat awan biru yang cerah diusir oleh awan hitam pekat menggumpal, hanya dengan sebuah pertanyaan yang tiba-tiba mengusik naluri baqa kami. Membuat harga diri kami sebagai wanita menjadi sangat tersinggung.

“assalam. mau nanya, bisa tidak seorang laki-laki yang tidak perjaka dimana setiap malamnya keluar masuk tempat hiburan malam (pelacuran) bisa menikah dengan wanita yang masih perawan atau dengan wanita muslim? By. Hamba Allah

Setelah teman saya membaca pertanyaan tersebut, refleks, tanpa sadar ia berujar : “ii…dasar…laki-laki ….gak lihat dirinya…enak aja...sudah tidak perjaka...ambil perawan anaknya orang…mau nikah lagi sama yang masih perawan……eh masih mau juga menikah dengan wanita baik-baik..enak banget perasaannya….enakan di dia…rugi di.*kami ....( *maksudnya kaum hawa).Ucapnya dengan mata melotot kepada saya.

Saat itu-pun saya sama reflexnya dengan teman saya. “iya benar, gak lihat dirinya…enak banget perasaannya…sudah tidak perjaka…mau nikah sama yang masih perawan….suka ke tempat pelacuran, tapi mau cari istri yang sholeh.. enak aja..”. Rasanya kami menghabiskan waktu sekitar tiga menit hanya untuk mengulang-ngulang kalimat yang sama, sambil saling memandang dengan wajah yang mencemoh si pengirim sms tersebut.

Kami-pun lupa saat itu kami sedang  live, alias siaran langsung, sehingga tentu saja hujatan kamiyang buruk itu ikut tersiar pula tanpa sensor.

Seorang teman segera memberi kode isyarat pada kami, menyadarkan kami yang terlena oleh naluri baqa.
"Astagfirullahhaladzim….astagfirullahhaladzim….aduh…kok kita yang marah sih.Kami berdua terdiam. Segera, sebuah lagu nasyid kami perdengarkan sejenak untuk mencairkan suasana. Usai jeda itu, saya kemudian menjawab sms pertanyaan dari hamba Allah tersebut . “afwan atas yang tadi.. boleh…anda boleh menikah dengan wanita muslim tapi dengan syarat anda harus bertaubat terlebih dahulu dengan aktiftas zina anda, karena dalam islam, haram bagi lelaki pezina menikah dengan wanita muslim sebelum laki-laki itu bertaubat”. Walaupun jawaban itu dengan berat hati saya katakan…toh kebenaran itu tetap saya sampaikan juga. Karena saya berpikir mungkin saat itu ia sedang khilaf-khilafnya,dan sekarang ..siapa tau dia mau insaf.Semoga Allah memberikan hidayah kepadanya. ^_^

Saya-pun pernah mendapat telepon dari seorang siswa SMU yang mengaku sudah tidak sanggup lagi untuk hidup. Alasannya …dia sudah tidak perawan lagi. Mahkota terakhirnya telah diserahkan kepada pacarnya …setelah itu sang pacar pun pergi (baca: raib) di propinsi seberang meninggalkannya begitu saja tanpa pamit dan tanpa rasa bersalah. Ia ibaratnya seperti kata pepatah “Habis manis, sepah dibuang”.

“Masa depanku sudah hancur kak, bagaimana nanti kalau ayah dan ibuku tau..bagaimana saya menikah nanti…saya tidak tau harus bagaimana kak?" Ucapnya dengan tangisan penyesalannya.

Yah Cerita tadi hanya sekedar intermezzo…hanya ingin memberi gambaran bahwa keperawanan bagi seorang wanita adalah mahkota terakhir yang sangat berharga melebihi sesuatu apapun di dunia ini. Mahkota yang tak bisa ditawar dengan uang, dengan berlian, dengan rumah tapi disucikan dengan ijab kabul.

Tapi tahukah kita bahwa sebenarnya, keseluruhan dari tubuh seorang muslimah itu adalah "mahkota?". Yaitu "Mahkota Kehormatan" yang juga hampir sama mulianya dengan "Mahkota Terakhir? Yang pula harus dijaga keperawanannya dan dijaga kesuciannya dari perbuatan-perbuatan yang haram?

Jujurlah, Terkadang kita menganggap remeh arti kesucian sehelai rambut, arti kesucian seonggah wajah, arti kesucian sebuah bibir, dan arti kesucian tubuh kita. Padahal sejatinya di dalam Islam, seluruh tubuh wanita dari ujung rambut sampai ujung kaki adalah mahkota yang harus dijaga kesuciannya “Bukan Hanya Mahkota Terakhir”. Begitu sucinya sehingga Allah memerintahkan kepada wanita untuk menutupnya dengan hijab…dan meminta kita untuk menghindari aktifitas yang mendekati zina yang bisa menodai mahkota kehormatan kita.

Sayang….aktifitas pacaran yang kini sudah mendarah daging di tubuh remaja muslim menjadi alat untuk melegalkan proses pengambilan "mahkota kehormatan" tersebut. Coba lihat, Sekarang tak ada aktifitas pacaran yang tak lepas dari kiss and touch. Karena menurut mereka, aktifitas kiss dan touch masih dalam batas kewajaran, tanpa itu pacaran tak menyenangkan dan mengesankan. Ibarat beli sayur tapi lupa dikasih garam, hambar rasanya. Sekarang, wanita akan merasa bangga bila dapat memberikan “the first kiss-nya” pada sang pacar. Bahkan yang lebih parah lagi memberikan mahkota terakhirnya disaat perayaan valentine hanya untuk membuktikan kesetiaan cinta. Ah…betapa bodohnya wanita-wanita tersebut, tak ada sedikitpun akal dipakai..hanya mengandalkan perasaan yang sejatinya dikendalikan oleh hawa nafsu. Masih untung jika sang pacar mau bertanggung jahat, kalo tidak bagaimana?.

Pada akhirnya, Saat mahkota kehormatan sudah ternoda, saat mahkota terakhir telah hilang, masa depan-pun menjadi hancur berantakan, harga diri sudah tiada. Yang tertinggal hanyalah linangan air mata dan rasa penyesalan yang mendalam dengan garansi seumur hidup.

Saya kembali teringat sewaktu masa kuliah dulu, saat saya baru mengenal dunia kampus . Suatu hari, teman saya menasehati saya dan dua orang teman saya dengan bijak.
“kalian jangan cepat percaya dengan laki-laki, laki-laki itu suka menggombal. Nanti, kalau kalian diminta untuk dijadikan pacar, kalian jangan mau. Kalau dia serius, dia akan langsung menjadikanmu istri bukan pacar. “.

“Maksudmu apa, kita nggak ngerti” saya menyela. Sebenarnya saya malas mendengarkan nasehat teman saya, karena saya sudah mengetahui sepak terjangnya sebagai laki-laki penjaja cinta. Sudah berapa anak gadis orang yang hancur karena perbuatannya. Tapi tak apalah, bukankah nasehat itu tidak dilihat dari orang yang memberikan nasehat? Tapi apa isi dari nasehat tersebut.

Dengan senyuman kemenangan dia menjawab. “ saya laki-laki, jadi saya tau bagaimana karakter seorang lelaki. Misalnya saya, untuk sekarang saya hanya membutuhkan pacar yang baik, pacar yang bisa diajak bersenang-senang, mau melayani apa yang saya minta. Tapi jika suatu saat nanti saya menikah..maka saya akan mencari wanita seperti itu! Dia menunjuk seorang wanita yang memakai kerudung dan baju gamis yang kebetulan lewat di depan kami. “saya ingin wanita yang menutup auratnya, yang sholeh, untuk jadi ibu bagi anak-anak saya.” Ucapnya. Saat itu saya seperti orang yang terbangun dari tidur, tersentak kaget. Otakku mulai berpikir…laki-laki seperti ini yang sudah banyak merusak anak gadis orang, tapi ketika menikah masih menginginkan wanita yang baik-baik.
Dalam hati akupun berkata, "Ya Allah, aku tau Engkau Maha Adil”. Namun saya berterima kasih padanya karena telah memberikan peringatan kepada saya untuk berhati-hati menjaga diri dari laki-laki yang tidak beriman dan sebuah teguran untuk berubah menjadi wanita sholehah.

Dan sekarang, coba pertimbangkan dan renungkan wahai saudariku...

Betapa alangkah tidak adilnya dirimu… engkau mau begitu saja memberikan sesuatu yang orisinil dari mahkota kehormatan-mu kepada pacar-mu, laki-laki yang belum tentu berjodoh denganmu, yang belum tentu akan menjagamu seumur hidup…yang belum tentu mengorbankan dirnya untukmu. Sementara untuk suamimu, laki-laki yang sudah mengikat janji dihadapan Allah untuk menjagamu seumur hidupnya, menafkahimu dengan keringatnya, yang sudah jelas mengorbankan dirinya untukmu…kau hanya menyisakkan sesuatu yang “bekas pakai” dari mahkota kehormatanmu dan mahkota terakhirmu.Tidakkah engkau merasa kasihan kepada suamimu ? Tidakkah engkau merasa bersalah kepadanya?Tidakkah engkau merasa berdosa kepadanya? Jika kau tak sayang dengan kesucian dirimu..setidaknya jagalah kesucian dirimu untuk suamimu, laki-laki yang akan mempersuntingmu kelak.

Karena itu wahai muslimah, wanita yang ditadirkan dengan kemuliaan, Allah memerintahkanmu untuk menutup kesucian dirimu dengan kerudung dan jilbab untuk sebuah kesempurnanaan menjadi wanita muslimah. Dan, sesungguhnya bukan hanya mahkota terakhir yang harus engkau jaga. Tapi mahkota kehormatan dirimu harus engkau jaga pula. Jangan pernah memberikan semua itu secara gratis dan cuma-cuma, sebab kau akan rugi.Mintalah bayaran yang mulia dari itu dengan sebuah "mahar" untuk sebuah pernikahan.

Jikalau saat ini mahkota kehormatanmu dan mahkota terakhirmu terlanjur ternoda, jangan bersedih.

Walaupun nasi sudah menjadi bubur. Tapi toh bubur masih bisa dimakan, malah menjadi makanan sehat bagi orang yang sedang sakit . ^^

Sikapilah semua dengan kedewasaan dan jadikanlah ini sebagai teguran dan ujian Allah kepadamu, agar engkau kembali ke jalan yang diridhoi-Nya. Bermetamorfosis dari wanita jahiliah menjadi wanita muslimah untuk kelak disandingkan menjadi ratu dari para bidadari surga. Amien.

Sunday, May 16, 2010

JIKA AKHWAT MENGKHITBAH.....!


          Mendengar seorang ikhwan yang mengkhitbah seorang akhwat, itu biasa. namun bagaimana jika kita mendengar seorang akhwat yang mengkhitbah seorang ikhwan? seperti Aisyah yang berani melamar seorang Fahri dalam film Ayat-Ayat Cinta? Walaupun bukan sesuatu yang luar biasa, namun perkara akhwat yang melamar seorang ikhwan masih jarang terjadi. Hal ini disebabkan masih melekatnya sebuah ajaran etika dalam adat ketimuran kita bahwa, pria harus-lah yang lebih dulu berinisiatif (baca: melamar) dan wanita itu sifatnya hanya menunggu. Dan anggapan lain bahwa wanita yang mengajukan dirinya untuk seorang pria adalah wanita yang tidak mempuyai harga diri, tidak laku dsb. Selain itu masih ada juga anggapan beberapa ikhwan yang tidak menyukai jika seorang akhwat yang berinisiatif terlebih dahulu.
Sebelum saya menjawab, atau lebih tepatnya membantah pendapat-pendapat tersebut, saya ingin menjelaskan terlebih dahulu, apa alasan saya menulis judul seperti ini?

          Suatu hari saya berkunjung ke kost-an sahabat saya. Ketika itu dia bercerita bahwa seminggu yang lalu dia baru saja menolak lamaran seorang ikhwan yang mengajaknya untuk bersama-sama menyempurnakan separuh agama (baca:menikah). Alasannya simple, “saya tidak merasakan chemistry dengannya dan saya juga masih sementara kuliah”. Cerita itu tidak mengagetkan saya, namun yang mengagetkan saya adalah pengakuannya bahwa saat ini dia telah mengkhitbah seorang ikhwan. Sesaat saya terdiam, saya hampir tidak percaya. Sebab seperti yang saya jelaskan barusan, sahabat saya ini adalah seorang akhwat yang masuk urutan utama jncaran para ikhwan alias primadona para ikhwan. Jika Rasulullah mengajarkan kepada para ikhwan ketika memilih seorang istri dengan melihat 4 kriteria, sahabat saya memiliki semua itu. Wajahnya cantik dengan fisik yang sempurna. Keturunannya baik, hartanya lumayan, dan yang terakhir agamanya insya allah tidak diragukan, saya melihatnya dari pengorbanannya terhadap dakwah. (cat : “kembali, tidak ada manusia yang sempurna ^_^). Kadang hanya dalam beberapa minggu, ada saja ikhwan yang ditolaknya. 

          Dia kemudian bercerita bahwa ikhwan yang dikhitbahnya adalah teman sekolahnya ketika di bangku SMA dulu. Yang membuat sahabat saya tertarik pada ikhwan tersebut sewaktu masih di bangku SMA yaitu, ikhwan tersebut mempunyai sifat bertangung jawab, baik, dan ramah, shalatnya-pun sempurna 5 waktu, walaupun saat itu ikhwan tersebut belum belajar atau mengenal islam secara kaffah (sempurna). Di kelasnya ikhwan tersebut, mampu menyelesaikan pertengkaran antar teman-temannya dengan bijak. “dia punya kharisma ukhti”. ucapnya pada saya. Dan sahabat saya pun pada akhirnya jatuh cinta untuk yang pertama kali pada ikhwan tersebut. Hatinya semakin sesak ketika ia mengetahui bahwa sang ikhwan tersebut juga mempuyai perasaan yang sama padanya Namun sahabat saya hanya bisa memendam apa yang ia rasakan. dalam hatinya.. Kenapa? Sebab saat di bangku SMA ,sahabat saya sudah berubah menjadi seorang akhwat(1). Dari kajian islam yag diikuti sahabat saya, dia mengetahui bahwa pacaran dalam islam tidak dibenarkan dan hukumnya adalah haram. Karena itu dia memutuskan unuk menyimpan sendiri rasa cinta dalam hatinya. Hingga mereka berdua lulus sekolah. Keduanya pun pergi menimba ilmu di dua pulau yang berbeda. Sampai akhirnya dua pulau itulah yang menjadi jarak pemisah diantara mereka berdua yaitu antara pulau Sulawesi dan pulau Jawa. { sedihnya…. :’( }

          Empat tahun sudah mereka berpisah. Kesibukan dakwah dan kuliah membuat sahabat saya lupa sejenak dengan perasaannya. Singkat cerita…sahabat saya sedang mengikuti kegiatan seminar nasional di pulau Jawa. Dunia memang begitu kecil, dan tanpa sengaja, mereka berdua dipertemukan di kampus tempat ikwan tersebut menuntut ilmu.. Siapa yang sangka, cinta yang telah lama terpendam kini bergejolak kembali. Apalagi sahabat saya mendapat informasi dari wanita teman sekolahnya yang kini sekampus dengan ikhwan tersebut bahwa si ikhwan tersebut sudah berubah pula menjadi seorang ikhwan(2) yang sebenarnya, dan sudah menjadi aktifis dakwah islam. Hati sahabat saya semakin terpesona. Dan akhirnya ia memutuskan dengan mantap untuk meminang ikhwan tersebut, mengajuka proposal cintanya pada ikhwan pujaan hatinya….(he…he….lebay yah…^_^)

          Yang membuat saya begitu bangga pada sahabat saya adalah, alasan mengapa dia meminang ikhwan tersebut. Dia berkata, karena dia adalah seorang akhwat parimadona para ikhwan. Dia tak ingin lagi melukai hati ikhwan-ikhwan yang lainnya, dia tak ingin memunculkan fitnah bahwa dia seorang akhwat yang pemilih. Dan terlebih karena dia takut hatinya akan melakukan zina hingga membuatnya malu pada Allah. Dan sebuah alasan yang menurut saya indah yaitu, karena hatinya masih ada terukir nama ikhwan tersebut. Diapun berujar , “saya tau mungkin menurut orang ini memalukan, tapi saya tak ingin terus berada dalam kegamangan. Ketika seorang hamba mempunyai sebuah permintaan pada Tuhannya, dia harus melakukan dua persyaratan yaitu berdoa dan berikhtiar. Saya sudah berdoa kepada Allah agar saya diberikan pilihan yang terbaik menurut Allah, saya tidak kecewa jika nantinya allah memberikan pilihan yang lain. Namun saya juga menyelipkan doa permintaan bahwa, jika boleh, saya ingin meminta ikhwan tersebut pada Allah, dan jika boleh, Allah menghadirkan kepada ikhwan tersebut perasaan yang sama seprti yang saya rasakan padanya. Doa sudah saya panjatkan,,,dan ikhtiaranya…saya memberanikan mengajukan diri pada ikhwan tersebut.”

          Saya kemudian bertanya, “bagaimana kalau nantinya ukhti ditolak“? Sahabat saya kemudian terdiam sesaat. Dan kemudian berkata dengan mimik wajah yang serius. “iya ya ukhti, gimana kalau saya ditolaknya? Ah terkadang saya berpikir kenapa saya begitu bodoh dan tolol mengajukan diri pada seorang ikhwan sementara disatu sisi, banyak ikhwan yang lain pula yang mengajukan diri pada saya. Ukhti, saya juga manusia biasa, terlebih saya seorang wanita. Saya takut kalau-kalau dia menolak lamaran saya. Saya pasti akan sangat malu. Tapi biarlah….toh saya bukan seorang akhwat yang murahan. Sebab saya mengajukan diri padanya untuk menjaga iffah saya sebagai seorang muslimah.,….dan apa boleh buat… nasi sudah menjadi bubur….saya siap dengan segala konsekuensinya”. Subhanaullah….

Gimana, cerita tentang sahabat saya tersebut? Sangat mengharukan bukan. Lalu bagaimana islam memandangnya?

          Apa yang dilakukan oleh sahabat saya tersebut dengan mengajukan dirinya pada seorang ikhwan, pernah juga dilakukan oleh calon wanita penghuni surga yaitu Khadijah. Ketika Khadijah jatuh cinta pada Muhammad dan kemudian meminta saudaranya untuk melamar sang rasul pilihan tersebut. Malah Khadijah terbilang sangat berani karena dia adalah wanita yang sudah berusia 40 tahun, berstatus janda dan jarak usianya cukup jauh dengn rasul dengan selisih 15 tahun. Tapi subhanaullah, Rasul tak menganggap Khadijah sebagai wanita yang rendah, dan tidak mencelanya. Malah Rasul yang saat itu terkenal sebagai pemuda yang jujur malah merasa rendah diri dan menganggap bahwa dirinya tidak pantas disunting oleh wanita mulia seperti Khadijah. Dan pada akhirnya Rasul tak pernah berhenti bersyukur dianugerahi Khadijah oleh Allah, tak henti-hentinya Rasul mengucapkan terimakasih pada Khadijah yang telah memilihnya sebagai seorang suami dan hanya kepada Khadijah-lah Rasul memberikan cinta sejatinya….padahal Khadijalah yang terlebih dahulu mengajukan dirinya.

            Selain itu pula, berdasarkan riwayat dari Tsabit al Bunnani berkata, “Aku berada di sisi Anas, dan di sebelahnya ada anak perempuannya. Anas berkata, “Seorang wanita datang kepada Rasulullah SAW. Menawarkan dirinya seraya berkata, “Wahai Rasulullah apakah engkau berhasrat kepadaku? (dan di dalam satu riwayat, wanita itu berkata, “wahai Rasulullah, aku datang hendak memberikan diriku padamu). Maka putri Anas berkata, “Betapa sedikitnya perasaan malunya, idih… idiih”. Anas berkata, “Dia lebih baik dari pada engkau, dia menginginkan Nabi SAW. Lalu menawarkan dirinya kepada beliau. (HR Bukhari). Bukhari membuat hadits ini di dalam bab “wanita menawarkan dirinya kepada laki-laki yang saleh”. Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Diantara kejelian Bukhari ialah bahwa ketika beliau mengetahui keistimewaan wanita yang menghibahkan dirinya kepada laki-laki tanpa mahar, maka ia meng-istimbat hukum dari hadits ini mengenai sesuatu yang tidak khusus, yaitu diperbolehkan baginya berbuat begitu. Dan jika si laki-laki menyukainya, maka bolehlah ia mengawininya”(3)

          Dalam riwayat tersebut sudah sangat jelas memberitahukan kepada kita bahwa, adanya kebolehan bagi seorang wanita untuk melamar seorang lelaki lebih dulu. Alias melakukan inisiatif terlebih dahuhu. Bukan berarti wanita yang mengajukan dirinya adalah wanita yang rendah dan tidak laku, ini adalah anggapan yang salah dan menurut saya sangat buruk. Sebab, Rasul yang merupakan lelaki yang mulia saja, tak pernah melarang dan tak pernah sedikitpun mencela wanita-wanita yang mengajukan diri kepadanya. Dia menghargai wanita-wanita tersebut yang bertujuan mulia terhadap dirinya. Penolakan yang dilakukanpun sangat halus sehingga tidak sampai membuat wanita tersebut merasa malu dan tersakiti. Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh Anas yang malah memuji wanita tersebut dan mencela putrinya yang beranggapan buruk terhadap wanita tersebut. 

          Namun sangat disayangkan, masih banyak diantara kita yang menganggap bahwa seorang wanita tidak pantas untuk mengajukan dirinya sebab itu akan menghinakan dirinya sendiri. dan terkadang masih ada saja ikhwan yang tanpa berpikir panjang langsung menolak ketika dipinang oleh seorang akhwat padahal akhwat tersebut bukan mengajaknya untuk berbuat sesuatu yang haram melainkan suatu perbuatan yang bernilai ibadah.

          Oleh karena itu, pendapat saya pribadi, teman-teman akhwat yang berani mengajukan diri mereka kepada seorang ikhwan adalah sikap yang mulia. Alasan yang mendasari mereka adalah, mereka tak ingin hatinya terus berzina karena mempunyai perasaan pada seorang ikhwan. Dengan memberanikan mengajukan diri maka setidaknya mereka bisa mengetahui apakah ihwan tersebut mempunyai perasaan yang sama terhadap mereka atau tidak. Jika misalnya ya…maka perasaan cinta itu akan bernilai pahala ketika berakhir di pelaminan. Toh jika pada akhirnya nantinya mereka ditolak, mereka akan berhenti untuk mencintai dan kemudian mulai dari awal lagi menata hati untuk ikhwan yang berikutnya. Tapi bukan berarti akhwat yang tidak mengajukan dirinya itu tidak mulia, sebab pada dasarnya yang mengatur scenario bagaimana jalan pertemuan kepada jodoh kita, adalah Allah. Bukan begitu..?

          Sekali lagi, saya ingin mengatakan betapa bangganya saya kepada sahabat saya tersebut. Dia berani untuk mengejar cintanya walaupun dengan konsekunesi menanggung malu jika ditolak. Bagi saya itu bukanlah hal yang memalukan, sebab dia berani mengajukan dirinya. Tidak seperti saya yang ketika itu hanya bisa melihat dan mengagumi seorang ikhwan dari kejauhan. Dan hanya berdoa kepada Allah untuk memilihkan padaku pilihan yang terbaik. 

BAGI PARA IKHWAN....
          
          Dan bagi para ikhwan yang mungkin tiba-tiba ketiban duren, tiba-tiba bernasib seperti Fahri yang dalam film Ayat-Ayat Cinta, ceile…alangkah mulianya jika kalian menerima pinangan akhwat tersebut terlebih dahulu. Ini hanya sebuah saran. Mengapa? Saya seorang akhwat, saya tau perasaan apa yang sedang dihadapi oleh teman-teman akhwat yang mengajukan dirinya.

          Jika para ikhwan membutuhkan 100 keberanian untuk melamar seorang akhwat, maka seorang akhwat membutuhkan 1.000.000 keberanian untuk melamar seorang ikhwan. 

          Jika seorang ikhwan membutuhkan waktu satu minggu untuk melupakan penolakan dirinya oleh seorang akhwat maka seorang akhwat membutuhkan waktu 1 tahun untuk melupakan penolakan dirinya oleh seorang ikhwan bahkan mungkin juga dia tidak bisa melupakan penolakan tersebut seumur hidupnya.

          Dan ketika seorang akhwat mengajukan diri kepadamu, itu karena dia sudah berikhtiar kepada Allah sebulan bahkan setahun lamanya. Dan si akhwat telah menganggap bahwa engkaulah ikhwan yang terbaik diatara yang lainnya. Jika pada masa taarauf ada sesutu yang tidak berkenan di hati kalian, maka tidak ada halangan bagi kalian untuk kemudian memutuskan taaraf tersebut.

BAGI PARA AKHWAT....

Wahai saudariku….kejarlah cintamu...dan raihlah kebahagiaanmu,,,,sebab cinta itu memang butuh sebuah perjuangan…..namun janganlah lupa menyandarkan cintamu yang pertama kepada Allah…dan tetaplah berjalan sesuai dengan perintah-Nya…dan jagalah iffahmu sebagai wanita-wanita mulia yang insya Allah kelak menjadi Wanita Penghuni Surga. Amien.

Catatan :

(1)Akhwat : Arti sebenarnya adalah sebutan panggilan untuk seorang wanita muslim, namun di masyarakat biasanya di identikkan untuk menyebut wanita yang menutup aurat secara sempurna sesuai syariat, dan yang telah belajar dan memahami islam.
(2)Ikhwan : Arti sebenarnya adalah sebutan panggilan untuk seorang laki-laki muslim, namun di masyarakat biasanya diidentikkan untuk menyebut laki-laki yang yang telah belajar dan paham dengan ilmu islam.

(3)“Kebebasan Wanita”, jilid ke 3, karya Abdul Halim Abu Syuqqah, terbitan Gema Insani Press, 1999, Jakarta)