BIDADARI SURGA ASIAH

Tuesday, August 2, 2011

Mengejar Malam Lailatul Qadar



Tulisan ini lahir dari sebuah eksperimen yang tidak di sengaja, lahir dari sebuah kesadaran penuh melalui beberapa kali kegagalan dalam mendapatkan sebuah malam yang penuh dengan ampunan, yaitu Malam Lailatul Qadar. Sebuah kisah dari seorang sahabat saya, yang ingin saya bagi dengan teman-teman. Kebetulan kisahnya hampir sama dengan kisah saya pula dalam mengejar malam Lailatu Qadar. Kebetulan yang tidak disengaja. Kisah yang ingin dibagi agar semua umat muslim itu sadar bahwa betapa beruntung dan berbahagia bagi orang-orang yang mendapat Malam Lailatul Qadar dan betapa Na’asnya dan kerugian terbesar bagi orang yang tidak mendapatkan Malam Lailatul Qadar tersebut. Yuk baca, siapa tau anda mempunyai kisah yang sama dengan sahabat saya dan saya. ^^

Mengenal Lailatul Qadar

Kata pepatah, “Tak Kenal Maka Tak Sayang”. Pepatah itu benar adanya. Dulu ketika Ramadhan itu datang, saya hanya menganggapnya sebagai bulan yang biasa saja. Paling yang membedakan yaitu jam makan pagi, siang dan malam saja. dengan bulan biasa. Puasa saya hanya sekedarnya, tak mungkin di tinggalkan karena ini sebuah kewajiban. Sholat tarawih saya hanya sekedar pula, mumpung hukumnya sunnah, dikerjakan dapat pahala ditinggalkan tidak mendapatkan apa-apa. Begitulah karena tak tau keagungannya, bulan Ramadhan selalu berlalu begitu saja….tak ada penyesalan. Mungkin ini pula yang dirasakan oleh orang-orang yang belum punya ilmu tentang Ramadhan.

Tapi rasa sayang kepada Ramadhan itu akhirnya muncul ketika saya belajar untuk mengenal Ramadhan dan mengenal segala keistimewaan dalam bulan tersebut…( itulah pentingnnya mengapa kita harus belajar islam.)
Saya baru tau bahwa, di bulan Ramadhan, Allah memberikan seluas-luasnya kesempatan kepada hamba-hambanya untuk memperoleh ampunan dari-Nya. Pada bulan Ramadhan, Allah menutup rapat-rapat pintu Neraka dan membuka selebar-lebarnya pintu Surga bagi umatnya yang mau mencari ampunan di bulan Ramadhan. Begitu istimewanya bulan Ramadhan, Rasulullah pun bersabda :

“Apabila umat ini tahu apa yang ada dalam Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan hal itu selam satu tahun penuh.” (HR Tabrani).

Pada bulan Ramadhan pula, Setan-setan yang menggoda manusia di belenggu. Allah tidak memberikan kesempatan sedikitpun kepada setan-setan untuk menggoda manusia. Inilah bukti bahwa Allah memudahkan kita mencari ampunannya dengan menutup semua jalan yang bisa membuat kita terjerumus ke dalam kemaksiatan. Tapi yang aneh-nya walaupun setan-setan sudah di belenggu masih saja ada manusia yang berbuat kejahatan ,keburukkan alias kemaksiatan. Disinilah kita bisa menyadari bahwa manusia-manusia yang melakukan kemaksiatan di bulan puasa ternyata “setannya adalah dia sendiri” yang menjelma dalam tubuh manusia. Maaf, menurutku manusia yang melakukan kekhilafan di bulan Ramadhan telah melakukan sebuah “Kebodohan”. Kenapa? Jikalau di bulan biasa, manusia melakukan kemaksiatan karena ada faktor dorongan dan bisikkan dari setan, sehingga bisa dimaklumi, tapi di bulan Ramadhan setan-setan dibelenggu, sehingga kemaksiatan yang dilakukan adalah “Murni” dari dalam dirinya sendiri. Wajar khan kalau saya menyebutnya sebuah “Kebodohan”? 

Sealain itu, pada bulan Ramadhan, di dalamnya terdapat sebuah malam istimewa yang disebut dengan Malam Lailatul Qadar. Begitu istimewanya, sehingga Allah menfirmankannya di dalam Al-Quran yaitu :

“Sesunguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS al-Qadr [97]: 1-5).

Subhanaullah…hanya untuk sebuah malam, Allah mengukirnya dalam kitab-Nya agar manusia sadar tidak ada malam yang penuh ampunan selain malam Lailatul Qadar tersebut. Dalam riwayah yang pernah saya baca pula dikatakan bahwa pada malam tersebut, Allah sendiri turun ke langit untuk langsung menjabah doa hamba-hambanya yang bangun berdoa di malam tersebut. Tak ada doa yang tertolak pada malam tersebut…semua terjabah….^^.

Rasulullah SAW bersabda tentang Ramadhan dan Malam Lailatul Qadar :

Dari Salman Al-Farisi ra. berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah pada hari terakhir bulan Sya’ban: Wahai manusia telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah, didalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasanya wajib, dan qiyamul lailnya sunnah. Siapa yang mendekatkan diri dengan kebaikan, maka seperti mendekatkan diri dengan kewajiban di bulan yang lain. Siapa yang melaksanakan kewajiban, maka seperti melaksanakan 70 kewajiban di bulan lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran balasannya adalah surga. Bulan solidaritas, dan bulan ditambahkan rizki orang beriman. Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan mendapatkan pahala seperti orang orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun ». kami berkata : »Wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam Tidak semua kita dapat memberi makan orang yang berpuasa ? ». Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:” Allah memberi pahala kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan satu biji kurma atau seteguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan dimana awalnya rahmat, tengahnya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka (HR Al-‘Uqaili, Ibnu Huzaimah, al-Baihaqi, al-Khatib dan al-Asbahani)

“Barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadr, niscaya diampuni dosa-dosanya yang sudah lewat. (HR Bukhari dan Muslim) 

Selain menyebutkan kemuliaan di malam Lailatul Qadar, Rasulullah juga memberikan secara rinci kapan dan dimana Malam Lailatul Qadar itu datang. Banyak sekali hadist yang menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar akan datang diantara tanggal ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan (HR Bukhari) atau tujuh malam terakhir bulan itu (HR Bukhari). Walaupun Rasulullah sudah memberikan bocoran penting tersebut, tapi toh ternyata tidak semua orang bisa mendapatkannya, hanya orang-orang tertentu saja yang mendapat kesempatan bangun di malam tersebut. 

Bayangkanlah hanya dengan beribadah pada malam tersebut, Allah akan langsung mengampuni segala dosa-dosa kita. Tapi pertanyaan yang muncul di benak saya, apakah mudah bagi kita untuk mendapatkan Malam Lailatul Qadar? Bukankah dia adalah malam istimewa? jadi yang berhak mendapatkannya tentu orang-orang yang istimewa pula. Pertanyaan selanjutnya, apakah kita termasuk orang-orang yang istimewa? Dan apa yang menjadikan kita bisa menjadi istimewa untuk mendapatkan malam tersebut?

Dan sebenarnya, ada sebuah hal yang tak pernah disadari oleh manusia ketika mereka berniat untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar itu. namanya juga malam bonus, tentu tidak semudah itu kita bisa mendapatkannya. Apa sebenarnya hal terpenting tersebut? Insya Allah saya akan membagikannya bagi teman-teman sekalian.

Sebuah Awal…

Sebagai makhluk yang penuh dhoif dan kesalahan, dimana dosa-dosa sudah menggunung, tentu saya sangat tergiur dengan malam lailatul qadar ini. Dimana Allah berjanji bahwa hamba-hambanya yang bangun beribadah pada malam tersebut, akan diampuni segala dosa-dosanya. Karena hanya tergiur pada malam tersebut saya baru meningkatkan ibadah saya pada 10 malam terakhir Ramadhan, dan lebih focus pada malam-malam ganjil. Selama 10 hari mengejar qiyamul lail, saya hanya kecolongan satu hari saja. Pada malam tersebut saya mengalami ngantuk yang tidak tertahankan, hingga malam itu saya tak bisa bangun untuk sholat qiyamul lail. Tapi justru 1 hari itu adalah satu hari yang membuat saya menyesal selama setahun. Yah satu malam yang saya terlalaikan dengan ketiduran adalah malam lailatul Qadar. Kenapa saya bisa begitu pedenya menyebut malam yang saya lewati adalah malam lailatul Qadar. Karena saya berpatokan dari hadits Rasulullah tentang tanda-tanda hari dimana malamnya terdapat lailatul Qadar. Pada hari itu, cuaca sangat sejuk. Tidak panas dan tidak pula dingin... hari itu terasa nyaman, orang-orangpun merasa teduh pada hari itu.

Di tahun berikutnya saya masih dengan niat yang sama. Tapi kali ini saya berharap tidak kecolongan lagi. Pada 15 hari terakhir Ramadhan saya baru mulai melakukan qiyamul lail untuk mendapatkan malam lailatul Qadar. Tapi diantara 15 hari qiyamul lail saya kecolongan lagi satu hari. Masya Allah, malam itu ternyata malam Lailatul qadar pula. 

Kejadian yang sama terus berulang di tahun berikutnya. Disitu saya sudah mulai berpikir, mungkin dosa-dosa saya sudah terlalu banyak sehingga Allah-pun enggan mengizinkan saya untuk mendapat malam Lailatul Qadar. Saya mulai putus asa dengan diri saya.

Setahun kemudian, Ramadhan pun datang menyapa. Kali ini tak boleh gagal lagi. harus dapat, batin saya. Dari awal ketika terbenam matahari, yang menandakan berakhirnya bulan Sya’ban, saya sudah start untuk beribadah. Saya sudah melaksanakan Tarawih dari hari pertama. Banyak orang yang pulang ketika tarawih itu sudah berjumlah 8 rakaat tapi saya berusaha melaksanakan tarawih yang berjumlah 20 rakaat. Dimalam sebelum sahur, saya sudah mengisinya terlebih dahulu dengan sholat lail. Dan berusaha agar sholat lail itu tidak terputus tiap harinya. Dalam berpuasa di siang hari, saya berusaha untuk benar-benar menjalankannya dengan penuh keikhlasan mengharap ridho Allah. Bukan puasa yang hanya sekedar menahan lapar dan dahaga. Usaha saya mendapat hasil. Alhamdulillah selama Ramadhan, 30 hari, saya tidak kecolongan satu haripun dalam melaksanakn sholat lail. Insya Allah saya bisa memastikan saya tak kehilangan Malam Lailatul Qadar saya.

Mengambil Hikmah

Dari sini saya mulai tersadar. Ternyata ada beberapa kekeliruan yang dilupakan manusia ketika mereka ingin mengejar Lailatul Qadar. Kekeliruan kita adalah kadang kita baru mau start untuk qiyamul lail di 15 hari terakhir di bulan Ramadhan atau di malam-malam ganjil. Kita mengikuti petunjuk sebuah hadits yang mengatakan bahwa :

“Intailah malam lailatul qadar, pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” 

Justru maksud hadits di atas yang saya tangkap adalah, Rasulullah sudah sedari awal Ramadhan mulai beribadah, semakin mendekat 10 hari terakhir Rasulullah semakin meningkatkan aktivitas ibadahnya. Artinya apa, orang yang sadar sudah start dari awal ramadhan itu datang, kita baru mau start di pertengahan, bukankah artinya kita sudah terlambat Finish?

Anehnya lagi kita, di awal-awal saja yang rajin. Seperti masjid dekat rumah saya. Di awal-awal puasa, jamaah sholat tarawih membludak. Kadang sampai di jalanan shaftnya. Tapi semakin berlalu hari, semakin hilang satu shaft pula tiap harinya. Padahal di akhir-akhir Ramadhanlah letak keistimewaannya.


Untuk sebuah ampunan, kita enggan melaksanakan sholat tarawih, setidaknya lakukan dulu sholat tarawih  sekurang-kurangnya 8 rakaat saja. Jika ingin dapat bonus lebih kerjakanlah lebih dari itu, misal 10, 12 dst hingga maksimal 20 rakaat. Insya allah setiap ibadah sekecil apapun dengan keikhlasan bernilai di mata Allah. Hanya jika kita benar-benar ingin mencari ampunan, kita harus berusaha semaksimal mungkin dalam beribadah. 

Untuk sebuah ampunan, kita enggan melaksanakn sholat-sholat sunnah padahal shalat sunnah di bulan ramadhan nilai pahalanya sama dengan shalat wajib. 

Untuk sebuah ampunan, kita enggan melaksanakan Qiyamul Lail dari awal Ramadhan itu datang. Kita baru mau mengerjakan nanti pada akhir-akhir Ramadhan. Seorang teman bercerita kepada saya. Di 10 hari terakhir ramadhan, masjid dekat rumahnya mengadakan sholat qiyamul Lail yang dimulai tepat jam 2 malam. Teman saya datangnya terlambat, sholat sudah di mulai. Tahu khan kita bahwa sholat lail di masjid sangatlah lama, entah bacaanya, sujudnya, rukunya, semuanya lama. Di rakaat ke empat teman saya sudah merasakan pegal-pegal di seluruh badannya, dalam setiap sujudnya, rukunya selalu gelisah. Dia merasakan bahwa orang-orang di sampingnya ini pergerakannya cepat, tidak tertinggal dengan pergerakan imam, tenang dalam setiap sujud dan ruku yang terbilang begitu lama. Tidak seperti dirinya yang selalu terlambat mengejar imam, itupun sujud dan rukunya semakin lama semakin gelisah. Baru 1 malam qiyamul lail, encoknya dah kambuh.  Dalam hati temam saya bergumam. “wah hebat-hebat betul orang-orang disamping saya ini. Pasti mereka seusia saya”. Ketika ia menolehkan kepalanya ke kanan di akhir salam, dia terkejut. 

Ternyata orang-orang yang semangat dalam sholat itu, yang bertahan lama dalam setiap sujud dan ruku yang lama keseluruhannya adalah nenek-nenek yang diatas 60-an. Dia pikir saingan dalam sholatnya adalah anak-anak muda seusianya ternyata dia salah. Malam itu sebenarnya teman saya itu sudah tidak bisa bertahan lagi ikut qiyamul lail. Tapi karena melihat rival sholatnya adalah nenek-nenek, hatinya menjadi malu sama Allah. “Masa saya kalah dengan nenek-nenek ini, mereka saja mampu. Masa saya tidak”. Akhirnya teman saya tetap bertahan dengan sisa tenaganya yang ada. Di malam qiyamul lail berikutnya, dia ikut pula tapi kali ini dengan persiapan tenaga yang maksimal, dirinya tak ingin kalah lagi yang kedua kalinya dalam melaksanakan qiyamul lail. “Kan lawanku nenek-nenek ji, masa saya anak mudah kalah”. Ujarnya semangat.

Untuk sebuah ampunan, kita sedikit membaca Al-Quran di bulan Ramadhan, Berupayalah minimal dalam sebulan kita bisa satu kali mengkhatamkan Al-Quran. Jika ingin bonus lebih,  lakukanlah lebih dari satu kali khatam. Jangan kita menjadi orang  yang tak pernah sekalipun mengkhatamkan Al-Quran selama bulan Ramadhan. Padahal, sebenarnya kita bisa lebih dari itu. Acuan saya adalah, Seorang nenek tetangga saya yang sudah berumur 60-an, mampu menamatkan Al-quran paling kurang 3 kali dalam bulan ramadhan. Subhanaullah….Saya aja mengaku kalah sama tuh nenek-nenek. saya paling banter  hanya satu kali.

Untuk sebuah ampunan, kita berpuasa hanya sekedarnya. Sekedar menahan lapar dan haus. Prinsip kita, biar hari itu kita bertengkar dengan orang lain, marah sana-sini, hujat sana sini, mengunjing sana sini, bohong sana sini yang penting belum ada air yang masuk di tenggorokkan, belum batal. Sebuah legalitas untuk batalnya puasa. Tapi tak tahukah kita hal-hal di atas tentu saja sudah menjadikan puasa kita batal dengan sendirinya. Makanya saya kalo ada orang marah-marah di bulan puasa, saya langsung menghampiri orang tersebut dan kemudian menyodorkan air putih. Minta dia langsung minum saja. ^^

Oleh karena itu, jika kita benar-benar ingin mendapatkan Malam Lailatul Qadar, kita sudah harus berjuang dari awal Ramadhan dengan meningkatkan kualitas ibadah kita setiap harinya sampai pada nilai maksimal, tentu saja di sesuaikan dengan kemampuan kita. Jangan juga melakukan ibadah yang tidak ditunjang oleh kemampuan tubuh kita, sehingga membuat tubuh kita sakit pada akhirnya. Kita yang tau sendiri, sampai dimana kemampuan kita dalam beribadah.

Janganlah puasa dengan setengah hati, janganlah tarawih dengan setengah hati, janganlah qiyamul lail dengan setengah hati, begitu pula janganlah ikhlas dengan setengah hati, janganlah takwa dengan setengah hati. Sucikan niat kita ketika Ramadhan itu sudah datang menyapa. Berniat dengan ikhlas untuk mencari ampunan Allah pada bulan ramadhan. Insya Allah, anda akan mendapatkan Malam lailatul Qadar tersebut.

Yuk Merenung….!

Teman-teman sekalian yang dirahmati Allah, artikel ini tidak mengatakan syarat apapun untuk mendapatkan malam lailatul Qadar , karena jika ini syarat maka sudah tentu banyak orang yang tidak mampu melakukannya termasuk diri saya pribadi. Artikel ini hanya merupakan sedikit acuan dari sekian banyak acuan dalam mendapatkan lailatul qadar. Yang lahir dari kisah pengalaman saya dan sahabat saya dalam mengejar Malam Lailatu Qadar. Sehingga dari pengalamannya tersebut telah lahir sebuah hikmah, yang ingin dia bagi bersama kita agar kita termotivasi lebih untuk mengejar Lailatul Qadar. Karena ini hikmah yang ia petik dari pengalaman pribadinya, tentulah tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Karena itu saya kembalikan kepada Allah bahwa kebenaran mutlak adalah dari sisi-Nya. 

Teman-teman sekalian yang dirahmati Allah sejatinya bulan ramadhan adalah momentum bagi kita untuk benar-benar mengejar ampunan dari Allah SWT. Datangnya pun hanya sekali dalam setahun. Oleh karena itu alangkah sayangnya jika kita membiarkan ramadhan itu berlalu begitu saja. Marilah kita beribadah dengan upaya-upaya maksimal bukan dengan upaya minimal mencari pengampunan Allah. Karena tidak ada jaminan kita bisa mendapatkannya tahun depan. Sebab penyesalan itu tentu tidak ada gunanya.
Sayang-khan jika 30 hari itu berlalu begitu saja.?
Oke, Semoga bermanfaat...dan dengan keikhlasan dan rendah diri, saya meminta sahabat semua untuk menyelipkan nama  saya Asiah Muslimah, dalam sholat sahabat, apatah lagi dalam lail yang mengintai malam lailatul qadar, Karena doa seorang muslim kepada saudaranya insya Allah terjabah. tolong doakan saya agar saya diberi kesehatan, disembukan segala penyakitnya yang tampak maupun yang tidak tampak, diberikan rezeky yang banyak untuk membantu dakwah islam, dan dijadikan wanita yang sholehah untuk dunia dan akhirat. Saya mengucap terimkasih atas doanya, doa sahabat begitu berarti bagi saya. dan doa yang sama pula untuk sahabat. aamiin...aamiin...aamiin.. dan selamat berjuang untuk menggejar Malam Lailatul Qadar....

(Wallahu A’lam Bisshawab).

0 komentar: