BIDADARI SURGA ASIAH

Sunday, August 23, 2009

Muslimah Yang Terluka



Tangisan itu terdengar setiap saat, setiap menit, setiap detiknya di sebuah penjara rahasia. 12 tentara baru saja keluar dari bilik penjara. Seorang muslimah sedang tergeletak tidak berdaya. Merangkak mengambil pakainnya yang koyak disudut rungan setelah dilemparkan oleh salah seoang tentara. Dengan tangan yang masih bergetar,segera pakaiannya ia kenakan untuk menutupi tubuhnya. Kemudian duduk meringkuk, dan kembali menangis.

Hari ini, Ruqayah kembali terluka. Awalnya lukanya biasa saja, cuma luka gores yang mungkin tidak akan lama sembuhnya. Namun kini luka itu bukan lagi luka biasa. Semakin hari luka itu semakin terbuka lebar, jauhmenoreh ke dalam, mengenai organ penting dalam tubuhnya yaitu hati.

Beberapa jam kemudian dia berdiri dan lari menuju dinding untuk membenturkan kepalanya. Entah untuk kali keberapa ia melakukan halitu setiap kali ia diperkosa.

"Astagfirullahal’adzim…….. Astagfirullahal’adzim…….. Astagfirullahal’adzim…….

Terdengar dari mulutnya yang gemetar. Ia menjerit, mengumpat, mencaci sampai suaranya parau.Ia kemudian mencoba menenangkan dirinya kembali. Ia memang tersadar dari perbuatanya, namun terlambat, tetesan darah itu sudah terlanjur mengucur dikepalanya.

“ya Allah, “Ampuni hamba,hamba khilaf...hamba...khilaf...khilaf...”, adunya.

"Tapi sampai kapan”. Jeritnya kembali. “Ya allah, kenapa tidak kau ambil nyawa hamba saat itu juga, bukankah hamba akan mati sahid dalam pertempuran itu….hamba sudah tak sanggup lagi menerima..ujianmu.." Ruqayah manangis tersedu-sedu.

Beberapa saat kemudian, datang seorang tentara sipir sambil menggendong seorang muslimah yang terikat kedua tangannya menuju sebelah bilik ruangan penjara kamarnya . Wanita itu dibuang begitu saja. Tubuhnya yang tanpa busana harus rela menyentuh keras lantai dingin penjara.Tentara tersebut menutup kembali jeruji itu dan meninggalkan muslimah tersebut begitu saja.

Ruqayah berlari mendekatijeruji yang menjadi pembatas dengan bilik sebelah kamarnya. milik muslimah yang baru dibawa masuk itu.

“Sarah, kau tidak apa-apa”. Ruqayah berteriak dari bilik kamarnya.

Menggoyang-goyangkan jeruji besi yang memisahkannya dengan Sarah. Ingin rasanya jeruiitu ia robohkan saat itu juga.

“sarah, jawab aku….apa kau baik-baik saja…”

Sarah membuka matanya perlahan-lahan, mencoba mencari arah suara itu. Dilihatnya Ruqayah sedang menangis untuknya. Sarah mencoba untuk berdiri, namun ia kembali terjatuh. Dengan sekuat tenaga ia merangkak mendekati Ruqayah, menggapai tangan yang sedari tadi terulur meminta disentuh.

“…aku…aku….baik-baik saja…. Ruqayah……, jangan menagis”.

Digenggamnya tangan sahabatnya itu.

“pakai ini, untuk menutupi tubuhmu, .Ruqyah memberikan kerudungnya yang panjang pada Sarah.

Ruqayah tampak cemas.

“seluruh tubuhku sakit, tapi disini yang paling sakit” Sarah memegang dadanya. “kurasa kaupun tak bisa menyembuhkannya Ruqh..”. Sarah mencoba tersenyum.

“kenapa dengan kepalamu Ruqayah, dia berdarah, biadab…bangsat...mereka sudah memperkosamu, apa mereka juga hendak membunuhmu juga" Sarah berteriak tapi suaranya terdengar lemah.

“tidak.. Sarah.” Ruqayah menggeleng.

“Ruqayah….jangan katakan kau ingin mengakhiri hidupmu..” sahut Sarah lemah.

Digenggamnya tangan Ruqayah sekuat tenaga. “aku tidak sanggup lagi…lebih baik aku mati daripada harus menjadi pelampiasan nafsu bejat mereka”. Ruqayah menangis.

“tidak…kita tidak boleh seperti itu…” Sarah mengeleng pelan. “bunuh diri adalah perbuatan yang sangat dimurkai Allah, surga haram untukmu” ….apa kau mau dimurkai oleh Allah, hah…” Sarah mempertegas suaranya.

“tapi sampai kapan sar…., katakan padaku…sampai kapan”?, lihatlah…tubuh kita sudah nista…lihat jamila, siti, Qiran..mereka-mereka semua,…dankita Sar,…kita..sudah menjadi tempat pelampiasan nafsu mereka, kita sudah melahirkan anak-anak mereka….anak-anak turunan anjing neraka… “. Ruqayah berteriak dan kembali terdiam.

“tunggulah, pertolongan Allah itu akan datang sayang…” Sarah mencoba memberikan harapan pada Ruqayah, walaupun ia sendiri telah putus asa dengan harapannya.

“kapan pertolongan itu akan datang Sarah…kapan…kapan….” Ruqayah menarik-narik bahu Sarah.

“sabarlah, Daulah akan segera berdiri… saudara-saudara kita diluar sana sedang memperjuangkannya”. Sarah mencoba meyakinkan Ruqayah.

“saudara…saudara yang mana?.....Sar..kau taukan hatiku terlukabukan hanya dengan anjing neraka itu, tapi juga dengan saudara kita sar...saudara, yang Allahtelah mengikat kita dan mereka dengan islam.…bukan…bukan cuma hatiku….tapi hatimu juga khan Sarah…”. Tanya ruqayah datar.

Sarah terdiam, tak bisa menjawab pertanyaan Ruqayah, sebab dia tau bahwa hatinya juga sama terlukanya seperti Ruqayah. Terluka pada orang yang sama.

“Siapa yang kau katakan saudara….siapa?…apa kaum muslimin yang diluar sana…..dimana kaum muslimin sarah, dimana mereka ..disaat kita dianiya, disaat kita diperkosa…”
Tangis Ruqyah semakin menjadi.

Sarahpun tak bisa menahan air matanya.

Ruqayah tak bisa melanjutkan kata-katanya karena dadanya tersa begitu sesak.

“kau benar Ruqh…saudara kita diluar sana atau belahan dunia yang lain mungkin sekarang mereka sedang tidur di atas ranjang yang empuk,masih bisa memakan makanan yang enak, meraih dunia untuk sebuah hidup yang nyaman, tanpa sedikitpin memperdulikan kita” ujar Sarah, sambil menangis.

“Sarah…bukankah sesama kaum muslimin adalah bersaudara?, itu berarti, Kita adalah adik perempuan mereka, kita juga adalah kakak perempuan mereka, Kita adalah anak-anak perempuan mereka, bukankah persaudaraan kita lebih kuat daripada saudara kandung, Kita diikat oleh Allah dengan akidah islam”.

Sarah hanya bisa mengangguk. Mereka terdiam.

“Ruqh, ingatkah engkau pada jaman Rasullullah dulu, ketika itu ada muslimah yang tersingkap auratnya oleh seorang yahudi, muslimah itu menjerit. Saat seorang muslim mendengar teriakan itu, ia langsung datang menolong muslimah tersebut sehingga mengakibatkan muslim itu terbunuh, dan karena kejadian itu sehingga Rasulullah memerangi kaum yahudi tersebut dan mengusir mereka dari madinah”. Sarah membuka kembali memori tentang bagaimana tanggung jawab Rasulullah saat ia menjadi pemimpin umat islam.

Mereka pun saat itu tersenyum mengenang pribadi Rasullullah sebagai pemimpin yang membela kehormatan wanita.

“saat itu khan, Rasulullah masih hidup, sarah..jadi wajar saat itu kaum muslimin masih bersudara?”.

“siapa bilang..Ruqh.., saat Rasulullah-pun sudah meninggal, persaudaraan itu masih tetap ada. Saat itu, pada jaman kekhalifaahan Mu-tashim, pada saat itu, khalifah menolong seorang muslimah yang hampir bernasib seperti kita ketika ia dilecehkan oleh seorang pejabat Romawi di kota Amuria. Kenang Sarah, untuk menghibur Ruqayah.

“iya Sarah…aku mendengar ketika ia dilecehkan, ia menjerit “Dimana Islam?, dimana khalifah Mu’tashim?, dan teriakannya sambung menyambung hingga terdengar oleh khalifah,dan saat mendengar itu khalifah segera menganggap itu adalah sebagai penghinaan terhadap martabat islam dan umat islam secara keseluruhan, sehingga ia pun mengirim pasukan yang besar.Tahukah kau, kepala pasukannya sudah sampai di kota Amuria tapi ekor pasukannya masih di kota bahgdad“ Ruqayah menyambung.

“kau benar Ruqh…saat itu juga terjadi pertempuran sehingga mengakibatkan 30 ribu tentara Romawi tewas dan 30ribu lainnya ditawan dan kemenangan di tangan khlifah”.

“kau benar, padahal wanita itu baru diganggu, belum dinodai seperti kita Sarah” sambung Ruqayah.

Sejenak,Kisah itu menghibur mereka saat itu.

"Muslimah itu beruntung,ia hidup di jaman Daulah Islam yang akan selalu menjaga dirinya. Tapi kita…….”. Ruqayah kembali terluka.

“sarah, apakah kau tidak mendengar saudari kita di Perancis terdzalimi oleh . pemerintahannya. mereka dipaksa untuk membuka kerudungnya jika hendak keluar dari rumah, sekarang saudari-saudari kita di Inggris mendapat hal yang serupa pula… sampai kapan rasanya ini akan terus berlangsung ?”. Sarah kali itu tersenyum sinis

Merekapun diam sesaat. Dan saling membelakangi, bersandar pada jeruji yang membatasi mereka. Sarah tiba-tiba terjatuh…ia melepaskan geanggaman tangan Ruqayah.

“Sarah….Sarah….kau kenapa….kau sakit…”

Dia tidak bisa memeluk tubuh Sarah, jeruji itu tak mungkin ia patahkan. "Sarah…bukankah kau akan bersamaku keluar dari sini…kau sendiri yang meyakinkan aku bahwa saudara kita akan datang menolong kita…Sarah demi Allah, kumohon bertahanlah…”. Ruqyah terus menjerit meminta tolong supaya ada yang datang menolongnya.

“Sarah…kita akan keluar dari sini bersama-sama. Memperjuangkan kembali kehormatan islam yang sudah terinjak-injak”. “Kau taukhan Al-Quran-mu di injak-injak dan dijadikan lap kaki oleh penjajah kafir, Rasulullahmu dihina….kita akan menggantikan laki-laki muslim yang banci itu… kau, aku dan muslimah diluar sana…kita adalah pemimpinnya…., tapi komohon jangan sekarang."

Sarah tak bisa berbicara, hanya sebuh senyuman manis terakhir yang ia tinggalkan untuk Ruqayah. ….

Ah rasanya luka itu semakin dalam.Tubuh itu hanya tergolek begitu saja, tanpa terpedulikan. Sementara Ruqyah terus saja menjerit.

"Dimana kalian laki-laki muslim, dimana kalian….apa kalian hanya bisa bersembunyidi sudut-sudut mesjid, atau bertafakur dirumah, …apakah nyali kalian begitu ciut hingga takut dan tunduk kepada penguasa yang berteman dengan orang kafir…atau ingin melarikan diri dari perjuangan inii..”..“Tidakkah kalian malu pada Allah, malu pada Rasulullah, malu pada sahabat?”,.."Ah…tapi aku harus kembali kecewa, sebab kalian tidak mengikuti jejak Rasulullah.Ah kalian bukan Abu Bakar, bukan Umar, bukan Ustman, bukan Ali bukan…siapa-siapa”. "Kalian hanya manusia yang berjenis kelamin laki-laki yang berlabelkan islam."......."aku tak butuh doamu, yang aku butuh adalah pengorbananmu!..."Demi Allah.kelak...di hari Kiamat...akan kuminta pertanggung jawaban kalian atas diriku, atas Sarah...atas setiap muslimah...atas setiap sakit yang kami alami...atas setiap darah yang kami teteskan" Tangisnya

Malam itu Ruqayah sudah berputus asa. Kini ia hanya bisa melihat jasad sarah dibiarkan begitu saja. Setidaknya dia masih menemaiku saat ini dengan senyumannya. Ruqyah Mencoba tersenyum dan berdoa, semoga suatu saat nanti ada saudaranya yang datang menolongnya dari neraka dunia itu.

Dengan luka disekujur tubuh, dan sisa tenaga yang ada, ia berdiri menghadap kiblat, menghadap Allah, menunaikan kewajibannya. Saat itu juga datang 10 orang tentara memasuki ruangnnya. Menariknya disaat dia sedang menghadap Rabnya.

“lucuti semua pakaiannya, malam ini kita bersenang-senang kembali"."

Asiah Muslimah

0 komentar: