BIDADARI SURGA ASIAH

Tuesday, December 3, 2013

SEGALA TENTANG JODOH




Pernakah sahabat mendengar sebuah pepatah, "Kalau jodoh takkan lari kemana”? yah, itu adalah sebuah pepatah kecil tapi sangat besar maknanya. Apa itu? Artinya, “jodoh itu pasti”. Seberapa besar upaya kita mengejar seseorang, mencintai seseorang, menyayangi seseorang, sehingga rela mengorbankan segalanya baginya. Namun, kalau dia bukan jodoh kita, maka kita tidak akan pernah mendapatkannya. Sebaliknya seberapa besar dan seberapa kuat kita lari menghindarinya, tapi jika dia adalah jodoh maka kita pasti akan tetap datang padanya suka atau tak suka. Ada yang masih kurang yakin?
Sebenarnya pepatah ini bukan pepatah asal pepatah, tapi pepatah ini dibuat berdasarkan dari hadits Rasulullah saw, yaitu :

" Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah. Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (40 hari). Kemudian menjadi gumpalan seperti sekerat daging selama itu pula. Kemudian diutus kepadanya seorang Malaikat maka ia meniupkan ruh kepadanya dan ditetapkan empat perkara, ditentukan rezkinya, jodohnya, ajalnya, amalnya, sengsara atau bahagia...." (HR. Bukhari 6/303 -Fathul Bari dan Muslim 2643, shahih)

Artinya, bersamaan ketika ruh ditiupkan pada rahim sang ibu, Allah telah menetapkan padanya empat hal yaitu, rezkinya, jodohnya, ajalnya dan kehidupannya apakah sengsara atau bahagia, yang ditulis-Nya dalam kitab Lauful Mahfuz.


Itulah mengapa, orang-orang yang melakukan aktifitas pacaran untuk mendapatkan jodoh, saya menganggap mereka “takut” kehabisan jodoh. Padahal harusnya mereka tidak perlu khawatir dan panik. Jadi tentang jodoh, Allah sudah menuliskan bahwa si mita jodohnya si ono, si winda jodohnya si anton,..dan itu sudah pasti.

JODOH ILMU PASTI

Kenapa pasti? Yah, karena jodoh sudah merupakan ketentuan Allah yang ditulisnya dalam kitab Lauful Mahfuz-Nya. Sehingga, hanya “jodolah” yang akan berhasil melewati segala haling rintang yang menghadang, karena hanya "jodohlah" yang bisa meruntuhkan semua perbedaan itu.

Sementara yang “bukan jodoh” maka walaupun tak ada halang yang merintang, jodoh takan bisa sanggup untuk melewatinya sekuat apapun dia berusaha. Walaupun tak ada perbedaan, yang “bukan jodoh” takkan sanggup menyatukannya. Seperti kisah sahabat saya yang dituturkannya pada saya, mengapa ia tak jadi menikah? Berikut penuturannya:

"ketika itu, aku hendak dijodohkan oleh saudaraku dengan seorang lelaki. Saat itu aku berat menerima perjodohan tersebut karena aku ingin jodohku itu datang secara tidak sengaja. Seperti yang terjadi pada kebanyakan orang. Tapi setelah bertemu dengannya dan mendengar perkataannya yang bersedia menerima aku apa adanya, hatiku luluh dan aku-pun tersentuh olehnya. Kami-pun pun mempersiapkan pernikahan kami dan merancang rencana masa depan.

Sebagai wanita yang cukup punya pemahaman islam, materi bagiku bukanlah segalanya. Jadi ketika Lelaki itu datang dan berkata, ia hanya punya sedikit kemampuan dalam hal materi, aku tidak mempermasalahkannya. Aku ingin mempermudah perjalanan jodohku, dengan menerima berapa-pun yang bisa ia berikan untuk persiapan pernikahan kami. Aku teringat ketika dia bertanya kepadaku, “mahar apa yang ukhti minta?”. Aku mengatakan kepadanya “berikanlah apa yang menjadi kemampuan akhi, karena aku tak pernah ingin memberatkan diri akhi”. Dia memaksa, akhirnya aku meminta kepadanya sebuah mahar berupa buku lengkap tafsir Ibnu Katsir. Dia tertawa.

Keluargaku ingin membuat sebuah pesta yang cukup besar. Tentu biayanya bukan sedikit. Biasanya dalam adat kami pihak laki-laki harus ikut menanggung. Tapi aku tau, dia tak mampu untuk menanggung biaya sebesar itu. Tapi sekali lagi aku ingin mempermudah perjalanan jodohku. maka aku merayu keluargaku untuk tidak memaksanya menanggung biaya pesta, dia hanya memberikan sekemampuannya saja, mungkin untuk akad nikah. Dan pada akhirnya keluargaku yang menanggung biaya pesta tersebut dan dia cukup “duduk manis” di pelaminan.

Kami akan mengadakan pernikahan islami yang sesuai dengan pernikahan cara Rasulullah, yaitu memisahkan tempat pesta antara perempuan dan laki-laki. Jenis pernikahan semacam ini masih dianggap tabu oleh masyarakat terutama oleh keluarga besarku yang sedikit banyak masih mengikuti adat nenek moyang. Dan bayangkanlah penentangan yang akan aku dapatkan jika aku bermaksud menyelenggarakan pesta seperti itu. Kemudian, karena pesta akan dilaksanakan dirumah mempelai perempuan, alias dirumahku, maka sekali lagi, calon suamiku pun memberikan aku tugas besar yaitu membicarakan bentuk pernikahan ini dengan keluargaku. Saat berunding dengan keluargaku, aku memang sengaja memintanya untuk tidak ikut terlibat. Padahal dalam beberapa kisah pernikahan seperti itu, calon pengantin laki-laki ikut membantu sang perempuan dengan cara datang dan berunding langsung dengan keluarga perempuan. Aku melakukan itu, tidak lain karena aku ingin calon suamiku tidak tersakiti hatinya oleh keluargaku yang tidak paham dengan aturan islam. Aku ingin hati dan pikirannya selalu terjaga dan baik. Dan sekali lagi, aku ingin mempermudah perjalanan jodohku. Jadi tugas melobi kulakukan seorang diri.

Menghadapi keluarga besar aku meminta sambil memohon dengan air mata. Walaupun sempat mendapat penentangan keras, alhamdulillah, keluarga besarku setuju, rintangan keluarga berhasil kulalui. Keluarga-pun menentukan tanggal pernikahan, sembari menunggu hitungan hari keluargaku mulai menyiapkan segala persiapan pernikahan. Namun, berselang beberapa waktu kemudian, tiba-tiba dia menelponku kembali, dan meminta memajukan waktu pernikahan.

Waktu itu aku bingung harus menjwab apa karena itu adalah keputusan keluarga besarku dan kala penetapan itupun, aku memberitahukannya, dan ia menyetujuinya waktu itu. Dan kondisi saat ia menelponku-pun aku tidak berada di kota-ku, aku baru saja tiba di kota lain hendak melakukan amanah dakwah, dan masih dalam kondisi lelah. Aku mengatakan padanya, sulit rasanya untuk memajukan tanggal pernikahan, banyak alasan yang kuajukan padanya. Tapi alasan terbesarku adalah, aku menunggu kedatangan paman dan bibiku yang mempunyai otoritas dalam menjaga pernikahan agar tetap berjalan sesuai aturan islam. Dan juga tidak mudah hanya dalam waktu yang singkat menyiapkan pesta. Tanpa aku menduga, dia langsung memutuskanku malam itu juga, tanpa pernah berpikir alasanku itu syar’i dan yang terpenting adalah, bagaimana dengan perasaanku?.
Malam itu, Saat mendengar keputusannya aku hanya terdiam, hatiku kecewa saat itu.... Andai ia tau, aku bukan orang yang mudah yakin dan percaya pada seseorang, apalagi ini tentang urusan masa depan, yah, itu adalah sesuatu yang berat bagiku....

Andai ia tau, berapa tetes air mata yang harus menemaniku dalam sholatku sampai aku bisa yakin, bahwa dia adalah jodohku.

Andai ia tau, aku mempermudah maharnya, dan tidak menuntut sesuatu apapun dalam hal materi sebagai bukti bahwa aku menerimanya dengan ikhlas dan tidak ingin menyusahkannya.

Andai ia tau, aku harus menghadapi keluarga besarku dalam melaksanakan pernikahan islami seorang diri. Hari-hariku dipenuhi ketegangan, aku melakukan lobi disana dan disini, aku meminta dan merayu keluargaku yang memiliki pengaruh, dan diselingi air mata agar keluargaku kasihan padaku. Tanpa meminta keterlibatnnya. Dan pada akhirnya aku berhasil.

Tapi hasil akhir yang kudapat adalah sebuah kata “putus”, dan dia memutuskanku disaat aku sedang berada di sebuah kota lain menunaikan amanah dakwahku di malam pergantian tahun baru.

Malam itu, sebenarnya aku masih berusaha mempertahankan rencana pernikahan kami walau saat itu aku sedang tidak sehat menerima telponnya. Aku memberikannya begitu banyak penjelasan, beberapa kali kucoba meminta pengertiannya, panjang lebar kujelaskan konsekuensi buruk apa yang akan kami berdua hadapi ketika pernikahan itu dimajukan, dan berharap dia mau mengerti. Tapi semua itu dimentahkannya hanya dengan tiga kata “aku tak bisa”, dan aku kaget mengetahui sikapnya itu.

Disitulah kusadari letak ke-egoisan-nya, dan ketidak-syukuran-nya terhadap semua pengorbanan yang kulakukan. Aku, tak pernah mengira dia akan seegois itu, dan mengeluarkan kata putus hanya karena alasan yang menurut semua orang sangat sepele, "perbedaan tanggal pernikahan". Aku bahkan sempat berpikir, mungkin-pun sebenarnya dari awal taarufan kami, dia berat menjalani bersamaku, tapi tak ingin diungkapkannya.  Sehingga pada akhirnya dia mencari alasan diakhir perjalanan proses pernikahan kami. Tapi itu justru melukai-ku disaat perjalanan pernikahan kami sudah hampir menuju finish. Aku tak pernah mengerti. Saat itu aku juga berpikir, apakah dia lupa bahwa posisiku adalah seorang wanita? Sehingga aku tak mungkin meminta dan memohon untuk yang kedua kalinya?

Esok paginya aku tetap melaksanakan tugas amanah dakwaku, dan setelah itu kembali ke kota tempat tinggalku dan tidak membayangkan berita ini di dengar oleh keluargaku. Saat itu aku mengatakan pada keluargaku, bahwa aku yang memutuskannya karena merasa tidak ada kecocokkan. Maaf, aku harus berbohong agar ia tidak disalahkan dan dikatakan sebagai laki-laki yang tidak bersyukur atas semua kemudahan yang dia dapatkan. Aku menempatkan diri sebagai posisi yang bersalah, aku dimarahi habis oleh kedua orang tuaku dengan alasan mengambil keputusan sepihak. Dan aku melihat gulir kecewa mereka terhadap diriku. Belum ditambah keluarga besarku yang sudah susah payah menyiapkan segala sesuatunya. Aku melindungi kehormatannya dihadapan keluargaku karena tak ingin dia dicela...

Yah, aku kecewa. Tapi dipihak lain aku bersyukur kepada Rabbku, penolakannya kepadaku setelah semua kemudahan yang kuberikan kepadanya menunjukkan siapa dia sebenarnya. Dia sempat membuatku trauma untuk mencoba memulai hubungan lagi. Aku takut mendapatkan laki-laki dengan karakter seperti dia.

Namun Seiring waktu berjalan, pelan-pelan kuhapus semua kekecewaanku, dan rasa syukur itu telah membalut hatiku. Akupun berpikir, dia memang bukan yang terbaik untukku. Karena, hanyalah yang terbaik diantara yang baik yang akan menjadi jodohku. Terakhir kudengar ia sudah menikah dengan wanita lain. Dan aku tetap mendoakan kebaikkan pernikahannya agar menjadi keluarga yang sakinah mawaddah dan warahmah. Tak ada rasa benci, dendam apalagi amarah."

Bagimana, dengan kisah sahabat saya tadi, cukup menyedihkan bukan? Tapi begitulah, jalan yang bukan jodoh. Akan selalu saja ada alasan, yang datang untuk memutuskan entah itu di awal saat memulai, ditengah, bahkan ketika sudah hampir sampai di pelaminan. Bahkan hal-hal kecil yang tak pernah kita duga sama sekali-pun dapat menjadi alasan, putusnya sebuah ikatan.


JODOH CERMINAN DIRIMU.

Saya sangat menyukai Ustd. AA Gymnastiar, ketika ia bercerita tentang jodoh. Beliau mengatakan bahwa, “jodoh itu sebenarnya adalah cerminan dari diri kita”. Jadi kita sebenarnya bisa mengukur seberapa baik dan sholeh jodoh kita dengan mengukurnya dari diri kita sendiri. Yah…Allah akan memberikan jodoh sesuai dengan keimanan hambanya. Allah berfirman dalam surah-Nya :

“ Wanita –wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat Wanita –wanita yang keji (pula), dan Wanita –wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk Wanita –wanita yang baik (pula)…..” (QS. An-Nuur : 26)

Janganlah heran jika kita melihat fakta bahwa, laki-laki yang tidak mempunyai pemahaman islam, ia akan “cenderung” jatuh cinta pada wanita yang tidak mempunyai pemahaman islam, dan sebaliknya juga pada wanita yang tidak mempunyai pemahaman islam. Contoh, laki-laki yang bebas tanpa suka diatur oleh agama akan lebih menyukai perempuan yang bebas dan berpenampilan seksi daripada menyukai perempuan taat yang menutup auratnya.

Begitupun laki-laki yang berpemahaman islam, ia akan “cenderung” jatuh cinta pada wanita yang berpemahaman islam, dan sebaliknya juga pada wanita yang berpemahaman islam. Contohnya, seorang  “ikhwan” akan menyukai seorang “akhwat” karena ketundukannya pada Rabb-nya.

Rahasia yang sebenarnya adalah, Allah-lah yang memberikan “kecenderungan” itu, untuk mengarahkan “hati” agar ia "jatuh cinta" pada “hamba” yang sesuai dengan "kadar keimanannya" kepada-Nya.  "Bukan" karena andil hati kita.

Ustad-pun bertutur bahwa, jika disaat ini engkau sedang melakukan kemaksiatan maka bisa jadi jodohmu pun dalam waktu yang sama, dan ditempat yang berbeda sedang melakukan kemaksiatan pula. Dan sebaliknya, jika disaat ini engkau sedang melakukan kebaikan maka yakinlah jodohmu dalam waktu yang sama, dan ditempat yang berbeda sedang melakukan kebaikan pula. Apabila disaat ini engkau sedang berusaha memperbaiki dirimu menjadi wanita sholehah maka yakinlah dalam waktu yang sama, dan ditempat yang lain, jodohmu sedang berusaha memperbaiki dirinya menjadi lelaki sholehah pula. Ketika Allah merasa bahwa kalian berdua sudah pantas dan layak, maka Allah akan mempertemukan kalian berdua dengan cara-Nya dan pada waktu yang indah. Subhanaullah.

Setelah mendengar perkataan ustad seperti itu, saya menjadi termotivasi untuk berubah menjadi yang lebih baik. kadang disaat saya sedang melakukan perbuatan baik, saya suka senyum-senyum sendiri karena membayangkan jodoh saya pasti disaat yang sama dan ditempat yang berbeda sedang melakukan perbuatan baik pula. Begitupun ketika saya melakukan perbuatan buru, hati saya-pun bersedih karena membayangkan pasti jodoh saya diwaktu yang sama dan ditempat yang berbeda sedang melakukan perbuatan buruk pula. Jadi, jika saat ini  saya sedang berusaha memperbaiki diri, maka saat ini pula jodoh saya sedang berusaha memperbaiki dirinya. Insya Allah.

Tapi jangan sampai kita memaknai perkataan ustad ini dengan "pandangan sempit", bahwa bagaimana  mungkin perbuatan orang lain berdampak pada orang lain pula. Tapi maknailah dengan "pandangan luas" bahwa "Jodoh adalah cerminan dari diri kita".  
Karena itu jika kita menyukai seseorang dan kita melihat bahwa keimanannya jauh di atas keimanan kita, maka lakukanlah ikhtiar. Apa itu? Perbaikilah terus diri dan keimanan kita sampai Allah merasa kita sudah pantas untuk menjadi pendamping yang soleh bagi kehidupannya.


CINTA DITOLAK DUKUN BERTINDAK.

Zaman boleh modern, gaya boleh berkembang, teknologi boleh canggih, tapi siapa yang menyangka, masih banyak orang di seantero jagat ini yang suka main belakang alias lewat dunia perdukunan. Saya awalnya tak pernah percaya dengan hal hal seperti ini, tapi setelah melihat sendiri kejadian kejadian yang menimpa beberapa sahabat saya, maka saya mempercayai ini ada walau tak nyata.

Beberapa orang ketika mereka sangat menyukai seseorang, dan orang yang mereka sukai tidak membalas cinta mereka alias cintanya yang bertepuk sebelah tangan, mereka mengambil jalan pintas dengan memakai bantuan dukun. Meminta sang dukun membuat orang yang dicintainya mencintai mereka. Tapi tak tahukah bagi orang yang suka main dukun, bahwa mereka telah tertipu dengan dukun dan jin yang membantu sang dukun. Berpikirlah!, kecenderungan rasa cinta dan suka, Allah-lah yang memberikannya. Lalu bagaimana mungkin seseorang yang awalnya tak suka bisa tiba tiba menjadi menyukai mereka?

Saya akan memberitahukan kalian, sedikit rahasia tentang ini. Sebenarnya seseorang yang kita cintai walaupun setelah kita mendukuninya tiba tiba langsung mencintai kita, maka sebenarnya rasa cintanya itu adalah tipuan dan tentu jika begitu maka kita-pun tertipu. Bagaimana bisa kita ikut tertipu? Beberapa jin akan diminta untuk masuk dan berdiam kedalam tubuh orang yang kita cintai tersebut. Jin-jin tersebut kemudian memainkan "sihir" mereka dalam tubuhnya, sehingga orang yang kita cintai tersebut bisa menyukai kita. Tapi ingat-lah, kerena ini bukan murni perasaan yang dibangkitkan oleh Allah, tapi melalui "sihir" dan "sihir itu tidak abadi", maka suatu saat orang yang kita cintai, tidak akan mencintai kita lagi, ketika sihirnya hilang. Jadi sebenarnya yang menyukai kita bukan manusia tapi jin yang masuk ke dalam orang yang kita cintai tersebut....ih ngeri khan... Tanya aja ustad kalo tak percaya.!

Sebenarnya jika kita "yakin" tentang perkara jodoh, walaupun kita tidak main dukun, kalo memang dia jodoh kita maka kita akan mendapatkannya. Dan kalaupun kita main dukun, kalo bukan jodoh kita, maka kita tidak akan mendapatkannya, walau kita mencari dukun sakti mandra guna.

Karena saya adalah perempuan maka saya ingin mengatakan kepada para lelaki, “Jadilah kalian, pejuang cinta yang fair, yang jujur dalam mencintai dan dicintai dengan mengarahkannya sesuai yang dituntun oleh aturan Allah. Bukan dengan melakukan cara cara kotor, semisal main dukun atau memperkosa dirinya sebelum nikah walau itu dilakukan atas dasar suka sama suka. Disitulah letak kejatuhan harga diri engkau sebagai seorang lelaki. Jika anda jantan, ayo langsung datang dirumah....peace.."


JANGAN KECEWA JIKA ANDA DITOLAK.

Rasa kecewa adalah bagian yang akan ada ketika kita ditolak atau diputuskan. Silahkan anda kecewa dengan si makhluknya. Dan kekecewaan yang seperti ini boleh dan wajar. Rasanya aneh jika anda tidak kecewa. Dan Jikapun hati ingin menangis ketika ditolak, maka menangislah, sekuat dan sekeras yang kita mau tapi ingat, cukup hanya satu kali. Jangan ada tangisan untuk yang kedua atau untuk ketiga kalinya. Sebab tangisan yang pertama adalah tangisan yang menandakan bahwa kita manusia yang punya hati yang bisa kecewa dan terluka, dan kita memang harus menangis, jika tak bisa menagis, paksalah diri kita untuk menangis. Tangisan yang pertama akan membuat kita lega. Tapi janganlah kita melanjutkannya pada tangisan yang kedua, atau yang ketiga, karena tangisan yang sesudahnya hanya akan membuat kita meratap sehingga membuat kita tidak ridho pada ketentuan-Nya. Karena itu, jangan larut dalam tangis jika cinta kita ditolak.

Jangan pernah berpikir pula, untuk "meng-akhiri hidup" ketika cinta tak kesampaian. Kenapa, karena orang yang "meng-akhiri hidupnya" adalah para "PECUNDANG SEJATI". Kemudian, jika dengan "Mati" membuat perkara kita akan "selesai" sehingga tidak merasakan sakit, maka silahkan semua orang yang ditolak cintanya atau cintanya yang tidak kesampaian mengambil "mati" sebagai penyelesaian akhir. Tapi "masalahnya", "sesudah mati" maka ada perkara lain yang "menanti", apa itu? "sebuah pertanggung jawaban". Dan orang yang meninggal karena "bunuh diri" maka Allah, "mengharamkan" surga untuknya. Bayangkan, berapa besar "kerugian" kita jika kita memilih untuk "bunuh diri" hanya karena persoalan cinta? Orang yang menolak cinta kita hidup bahagia dengan pendampinya sementara kita "Masuk Neraka Abadi" bersama orang-orang kafir. Allah SWT berfirman :

“ Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." ( QS. Yusuf : 87 )


Ingatlah, perjalanan cinta yang ditolak atau tidak kesampaian adalah sebuah "fase" atau "tahap" untuk mendapatkan "cinta sejati". Bagian dari "alur kehidupan" agar kita bisa "menghargai" cinta ketika mendapatkannya. Dan orang yang terus memperjuangkannya adalah "PEJUANG SEJATI". 
Jika "pintu" kebahagiaan yang kita "harapkan" telah "tertutup", maka carilah "Kebahagiaan" pada "pintu" yang lain. Karena kita-pun "berhak" untuk "BAHAGIA"

Lagipula, "kehidupan" bukan hanya soal cinta, tapi soal bagaimana kita bisa beribadah kepada Allah, mencari sebanyak-banyaknya amal untuk persiapan akhirat kelak.

Seorang muslim harus berprasangka baik kepada Allah. Percayalah bahwa jika ada satu diantara manusia diruang waktu ini yang tidak menyukai kita dan mengecewakan hati kita pada saat ini, maka pasti diruang waktu yang sama dan di tempat yang berbeda pasti ada yang menyayangi diri kita, dan tanpa sadar sedang meminta dalam tulus doanya kepada Allah, mengharapkan kita menjadi pendampingnya.

Kemudian, Jangan pernah lupa, rasa suka dan rasa tidak suka saya, engkau dan orang lain disana semua berasal dari sang Pencipta bukan karena kita. Dialah Allah yang berperan penting dalam suka atau tidak sukanya orang kepada kita. Jadi jika kita ingin disukai oleh orang yang menyukai kita maka hal utama yang harus kita lakukan adalah membuat Allah menyukai kita terlebih dahulu. Bagaimana caranya, jadilah orang orang sholeh yang melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya. Jika Allah menyukai kita, maka bisa jadi Allah akan memberikan orang yang kita sukai bahkan memberikan orang yang bukan hanya sekedar menyukai kita tetapi orang yang bersedia berkorban untuk kita. Suit…suit…^^


ALLAH TAU SIAPA YANG TERBAIK BUAT KITA

Allah berfirman dalam surahnya :

“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jdi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” ( QS. Al-Baqarah : 216)

Seorang muslim harus bertawakal dalam menyerahkan urusannya kepada Allah. Apalagi dalam masalah jodoh. Bukankah Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Yang maha mengetahui segala sesuatunya, yang tersembunyi maupun tidak, yang awal maupun yang akhir….lalu kenapa kita mesti ragu, dengan pilihan jodohnya kepada kita?

Saya mengibaratkan jodoh itu seperti memiliki sepasang sepatu. Setiap orang selalu yakin bahwa kenyamanan memakai sepatu akan didapatkan ketika kita menemukan ukuran sepatu yang pas dengan kaki kita. Tapi pertanyaannya, apakah benar hanya dengan standar ukuran sepatu yang pas dengan kaki kita, maka jaminan kenyamanan itu akan ada ketika kita memakainya? Sejujurnya ada kondisi lain dimana kenyamanan itu bukan hanya terletak pada ukuran sepatu yang pas di kaki. Yaitu pada beberapa kondisi yang pertama. Jenis sepatunya? Yang kedua, dijalan seperti apa sepatu itu akan dipijakkan ? dan yang ketiga, dengan apa sepatu itu akan dipasangkan.?

Pada kondisi pertama, kita tetap memakai sepatu yang pas di kaki kita, namun kita pasti tetap memperhatikan jenis sepatu apa yang kita pakai jika berada dalam acara atau tempat tertentu. Seorang petani yang bekerja di sawah pasti akan sangat kesulitan melangkah jika memakai sepatu kets ke sawah. Alhasil maka kakinya akan mudah tenggelam dalam lumpur sawah dan pasti lumpur-pun akan ikut masuk kedalam sepatu. Tetapi jika ia memakai jenis sepatu boats ketika ke sawah maka dia akan mudah berjalan diantara lumpur yang ada. Jadi jenis sepatu yang akan kita pakai tergantung kita dengan kondisi tempat dimana kita sedang berada.

Pada kondisi yang kedua, kita tetap memakai sepatu yang pas di kaki kita. Jika saya misalkan sepatu yang kita pakai adalah sepatu yang berhak tinggi. Apa mungkin dengan sepatu yang berhak tinggi kita dapat menelusuri jalan yang berbatu dan yang bergunduk? Tentu jawabannya tidak. Walaupun Ukuran sepatu berhak tinggi itu pas dengan ukuran kaki kita, tapi dengan jenis sepatunya yang berhak, maka hal itu pasti akan ikut menentukan pula, dimana jalanan yang bisa kita gunakan untuk melangkah…

Pada kondisi yang ketiga, kita tetap memakai sepatu yang pas di kaki kita, apa mungkin sepatu yang berwarna orange kita padukan dengan baju yang berwarna merah? Mungkinkah kita bisa nyaman melangkah dan melupakan bahwa antara pakaian dan sepatu kita tak senada alias tabrak lari?

Itulah kondisi yang sebenarnya yang "diketahui" Allah namun "tidak diketahui" oleh manusia seperti kita. Kita kadang terlalu naïf hanya dengan pandangan awal, dan dengan alasan telah mengenalnya lebih dekat kita sudah membuat keyakinan besar dalam hati kita bahwa, dia pasti yang terbaik bagi kita. Sehingga kita dengan begitu pe-denya memintanya kepada Allah. Jika kita tiba pada kenyataan, bahwa Allah tidak mengabulkan permintaan kita, maka kita akan sakit hati kepada Allah, marah, bahkan kecewa pada-Nya. Kita-pun menganggap Allah itu tak pengertian pada kita hambanya. Tapi kembali lagi, Allah adalah yang Dzat Yang Maha Mengetahui, jadi, Allah pasti lebih mengetahui manfaat dan mudaratnya, baik dan buruknya, jika ia dipasangkan dengan kita. dan kembali lagi, itulah sesuatu yang tidak kita ketahui sebagai manusia. Karena itulah, yakinlah, bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya, dan belajarlah untuk ikhlas dan bersyukur terhadap apa yang Dia beri kepada kita.

Ehem…saya punya sedikit bait syair untuk seseorang yang sempat lolos masuk dalam hati dan pikiran saya tanpa saya sadari ketika saya baru bermetamorfosis menjadi seorang wanita sholehah. Melihatnya yang langsung meninggalkan pekerjaannya dan berlari lari kecil menyambut seruan adzan. Melihatnya ketika dengan lantangnya menyuarakan islam tanpa takut sedikitpun kepada para penguasa. Sehingga dengan sadar menempatkan diri ini sebagai “pengagum rahasia”, dan berharap suatu saat ia akan melirik diri ini. Yah saat dimana, aku baru mengenal arti “cinta karena Allah”. Tapi lirikan yang kuharapkan justru datang pada sosok yang lain. Tapi itu lantas tidak membuatku kecewa pada Allah, sebab aku yakin, pilihan yang terbaik hanyalah pilihan Allah. Karena itu, aku melepaskannya dengan kedua tanganku…. Inilah puisiku untuknya….

Untukmu, ikhwan yang mencintai Rabb-nya
Aku selalu mengira bahwa kau terbaik untukku
Tapi kini aku sadar…
Mungkin kau hanya terbaik untukku dalam beberapa hal,
Tapi bukan untuk semua hal
Dan itulah yang menjadikan Tuhan enggan menyatukan kita

Sebab itulah Tuhan tau siapa yang terbaik bagiku..
Karena itu kau mungkin sekilas pas denganku
Tapi belum tentu yang nyaman untukku

Kau mungkin baik
Tapi bukan yang terbaik untukku
Dan mungkin juga kau yang terbaik
Tapi itu untuk orang lain
Dan bukan untukku

Kini aku harus menghapus namamu dihatiku.
Mengurai semua jejak langkahmu dihati dan pikiranku
Sebab yang terbaik sedang menantiku
Dengan cinta-nya yang terbaik
Cinta Karena Allah


JIKA JODOH BELUM DATANG.

Sabarlah...itulah perkara yang harus kita hadirkan dalam hati kita setelah melakukan ikhtiar. Jangan gelisah dengan jodoh yang tak kunjung datang sebab sekali lagi, jodoh itu ilmu pasti. Tapi gelisah-lah jika kita tidak bisa merubah diri kita menjadi yang seseorang yang baik disetiap masa penantian jodoh kita.

Jangan pernah bertanya kepada Allah mengapa jodohku belum datang, tapi tanyakanlah pada diri kita, sudakah kita menjadi yang terbaik untuk mendampingi hamba-Nya yang terbaik?, jika belum maka gunakanlah masa penantian untuk selalu memperbaiki diri kita hingga kita bisa menjadi Pantas untuk dipersandingkan dengan hamba-Nya yang terbaik.

Selain itu, jangan pula lupa untuk terus berdoa kepada Allah dan yakin sepenuhnya bahwa Allah akan mengabulkan doa kita. Rasulullah SAW bersabda :

" Doa setiap orang pasti diterima, selama ia tidak tergesa-gesa, yaitu berkata : "aku telah berdoa, namun tidak dikabulkan ". (HR. Abu Hurairah) 


Asiah Muslimah

Wednesday, October 9, 2013

LESBIAN ANTARA CINTA DAN ALLAH (BAGIAN SATU)




Sebenarnya saya sudah pernah menulis  tentang judul ini sekitar setahun yang lalu, tetapi ada “Orang Jahat” yang membajak blog saya, dan merusak artikel saya ini. Karena itu saya mencoba menulisnya kembali walau agak sulit karena saya harus merangkai kata demi kata kembali.  Dan bagi sahabat yang tidak menyukai postingan saya ini, silahkan untuk tidak membacanya, melirik-pun jangan...Tapi bagi yang ingin mendapat sedikit "inspirasi" mengenal dunia lesbian atau homoseksual seperti apa?, silahkan dilanjutkan...

Suatu saat, saya bersama teman saya jalan jalan ke mall. Sekedar refreshing dan menikmati makanan favorit dan sekaligus membeli buku disana. Selama di mall, saya beberapa kali berpas-pasan dengan pasangan homoseksual entah gay atau lesbian. Menariknya lagi, mereka bergandengan tangan dengan mesra, seolah tak peduli dengan pandangan jijik orang yang melihat dan pendapat mereka. Mereka mulai berani meng-eksiskan diri sebagai homoseksual tanpa malu-malu lagi. “kenapa emang, yup gue homo, apa urusannya dengan elu, peduli amat, toh ini hidup gue”. mungkin itu yang ada dalam pikiran mereka. Tapi pernakah para homoseksual itu berpikir, bukan pandangan manusia atau pendapat manusia yang harus mereka pedulikan, atau mereka khawatirkan? Kenapa, karena pandangan manusia atau pendapat manusia, tidak akan memberikan andil di akhirat. Sejatinya yang harus para homoseksual peduli atau khawatir adalah pandangan “Murka” Allah kepada mereka. Karena murka-Nya Allah akan berandil di akhirat kelak. Jangankan di akhirat, di dunia ketika dia sudah menjalani kehidupan homoseksual maka rahmat Allah akan menjauh, dan bisa jadi “HIDAYAH” takkan datang pada-nya sampai “Ruh” tercabut dari tubuhnya dan ia mati dalam keadaan maksiat dan dalam keadaan mendapat murka Allah. Naudzubillamindzalik.

Miris hati saya ketika melihat wanita wanita muslimah sekarang tidak mengenakan khimar dan jilbab sebagai pakaian “keagungan” mereka. Tapi hati saya lebih miris ketika melihat para wanita yang meninggalkan “Fitrahnya” dan memilih “Berputar haluan” menyukai sesama jenis. Dan inilah tulisan saya sebagai bentuk kasih sayang saya kepada kaumku, yang akan membahas tentang Lesbian Diantara pilihan cinta, ataukah Allah.

Sewaktu ketika, ada sms yang masuk ke hp saya yang dikirimkan oleh seorang wanita, sebut saja namanya Clara. Isi smsnya adalah, Clara minta diajarkan islam yang sesungguhnya. Kebetulan, Clara mengetahui nomor hp saya dari buletin dakwah khusus muslimah yang disebar tiap minggunya oleh lembaga dakwah yang saya masuki di kampus. Kami sengaja menyimpan nomor hp kami, dengan tujuan jika ada pembaca buletin kami yang tertarik belajar islam maka dia bisa menghubungi nomor tersebut. Singkat cerita saya janjian dengan Clara untuk bertemu di sebuah masjid. Saat itu sengaja saya datang lebih awal dan menunggu Clara sambil membaca buku di teras masjid. Beberapa menit kemudian saya melihat ada sebuah motor yang berhenti di halaman masjid. Saat itu saya memperhatikan, pengendara motor tersebut turun dari motornya. Dia memakai baju kaos singlet longgar, dengan celana pendek jeans selutut. Sementara di bagian kakinya, ia memakai kaos kaki dan sepatu kets. Dari penampilan tersebut saya mengira pengendara motor tersebut adalah seorang laki-laki, dan masih mengira dia adalah seorang lelaki sebelum dia membuka helmnya. Namun saya sempat “galau” sesaat, hanya untuk menebak apakah ia seorang lelaki ataukah seorang perempuan sebelum pada akhirnya memutuskan bahwa pengendara motor ini seorang perempuan. Bagaimana tidak, Rambutnya cepak, dan hanya memakai sebelah anting di telinga. Ditambah gaya sikapnya yang tomboy. Andai ia lelaki, ia seorang lelaki yang manis. Saya ingin kembali fokus membaca buku yang berada di tangan saya, tapi gelagat langkah pengendara motor tersebut perlahan lahan menuju ke arah saya sehingga memaksa saya untuk tetap melihatnya. Dan kini dia tepat berdiri dihadapan saya.

“assalamu alaikum, mbak asiah yah”? sapanya.

“waalaikumsalam. iiiya,” jawab saya dengan mimik wajah keheranan.

“saya clara, yang sms janjian ketemu sama mbak”...katanya sambil mengulurkan tangannya.

Saat itu, saya agak kaget. Karena tidak menyangka bahwa Clara yang menghubungi saya adalah seorang “perempuan lelaki” yaitu perempuan tapi bergaya lelaki. Saya kemudian bersalaman dengan Clara dengan masih menunjukkan mimik keheranan saya. maklum setomboy tomboy wanita tapi ini tomboy sangat. Dan jarang bagi saya, ditemui wanita dengan gaya lelaki yang ingin belajar islam. Diapun duduk berhadapan dengan saya dan kami mulai berkenalan satu sama lain. Hingga pada pembicaraan, mengapa ia ingin belajar islam.

“Kenapa tiba tiba Clara ingin belajar islam” tanya saya dengan antusias.

“Saya ingin taubat mbak, saya takut” ujar clara pelan.

“Taubat ?”

“Iya taubat. Saya takut dengan dosa dosa saya mbak, saya ingin kembali sama Allah...” ujarnya dengan terbata bata.

“Kalau boleh tau, Clara melakukan kesalahan apa sehingga Clara ingin taubat?”. Mendapat pertanyaan saya itu, Clara hanya terdiam. Dia hanya menundukkan pandangannya ke bawah.

“Kalau Clara tidak keberatan, saya ingin tau apa sebenarnya masalah Clara... supaya kita belajar islamnya dimulai dari memperbaiki kesalahan kita... Kalau Clara tidak terbuka sama saya, darimana saya akan mengawali belajar islamnya...” Lama Clara terdiam, dan sayapun diam untuk menunggu jawaban dari mulut Clara.

“ Saya Lesbian mbak” akui Clara pelan dan mulai memberanikan dirinya.

“L...e...s..b..i...a...n..?” ucap saya dengan terbata bata. Saat itu saya sangat kaget, mungkin mendekati arah shock. Karena seumur hidup saya, saya belum pernah sekalipun berinteraksi dengan seorang lesbian, saya hanya sering mendengarnya di internet atau berita-berita kriminal tentang homoseksual di televisi, sayapun tidak pernah ada keinginan untuk berinteraksi dengan mereka. tapi saat ini, ada seorang lesbian yang sedang duduk di dekat saya dan memberikan pengakuan pada saya.

Dalam keadaan kaget, plus shock, saya ketakutan. Tubuh saya sudah gemetaran, tapi saya berusaha untuk tetap tenang dihadapannya seolah tidak terjadi apa apa pada diri saya saat mendengar pengakuannya. Saya berusaha setenang mungkin agar dia merasa nyaman dan tak canggung ketika berbicara dengan saya. Saya kemudian tersenyum dan berkata kepada Clara.

“Tidak ada masalah, mau seorang lesbian, gay, pelacur, ataupun pembunuh sekalipun, ketika dia benar-benar ingin taubat dan kembali ke jalan Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya taubat (taubatan nasuha.red) insya Allah, Allah akan megampuni, sebab Dialah yang Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat, Maha Pengasih yang tak akan memilih kasih apapun kesalahan hamba- Nya.

Firman Allah SWT dalam Hadits Qudsi-Nya :
“Dari Anas bin Malik ra., ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda :

Allah berfirman : "Wahai anak Adam ( manusia ), sesungguhnya selama kamu berdo'a dan mengaharap kepada-Ku, Aku memberi ampunan kepadamu terhadap apa (dosa ) yang ada padamu dan Aku tidak memperdulikannya. Wahai anak Adam seandainya dosamu sampai ke langit kemudian kamu minta ampun kepada-Ku, maka Aku memberi ampunan kepadamu dan Aku tidak memperdulikannya. Wahai anak Adam, sesungguhnya apabila kamu datang kepada-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian kamu menjumpai Aku dengan tidak mensekutukan Aku dengan sesuatu, niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi". (Hadits ditakhrij oleh Turmudzi).

Itulah Allah-ku dan Allah-mu, begitu besar cinta-Nya pada hamba-Nya...T_T

Singkat cerita, pada akhirnya Clara-pun belajar islam, dibina oleh teman saya yang lebih berkapasitas dalam hal masalah penyakit kelesbianan Clara. Saya sendiri-pun tetap berteman dengan Clara dan menyayanginya karena Allah. Sebab, ia hendak bertaubat dari dosa besarnya. Berteman dengan Clara dalam waktu yang lama, membuat saya mulai mengerti dan menyadari tentangnya dan tentang komunitasnya. Dan itulah mengapa saya ingin berbagi dengan pembaca sekalian.


Tentang Seorang Clara...

Beberapa kali saya mencoba mengorek keterangan dari Clara kenapa sampai dia bisa menjadi seorang lesbian, karena Clara sempat megaku pada saya bahwa di masa kecilnya dia adalah anak yang sholehah, rajin sholat dan pandai mengaji. Bahkan dia menjuarai lomba pengajian antar masjid di daerahnya. Tapi dengan masa kecil yang sebaik itu, saya heran kenapa sampai Clara bisa berubah haluan menjadi seorang lesbian, bahkan lesbian yang posisinya sebagai seorang laki-laki (buchi). Keheranan saya disebabkan karena saya percaya bahwa “Homoseksual” bukanlah “ciptaan” Allah tetapi adalah “murni” penyimpangan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri....

Dari cerita Clara yang putus nyambung—putus nyambung... (maklum...ceritanya tak pernah utuh, selalu di akhirnya ada kata “to be contiuned” alias bersambung...), saya mulai merangkai ceritanya sedikit demi sedikit, dan ini sedikit kisahnya kenapa sehingga seorang Clara bisa menjadi seorang lesbian.

Clara pada awalnya adalah seorang wanita normal yang menyukai lelaki dan mempunyai pacar lelaki. Suatu saat ketika saat ia masih duduk di bangku SMP, seorang guru perempuan, menyuruh Clara untuk datang dirumahnya mengikuti ulangan untuk mendapat nilai. Karena Clara tidak sempat mengikuti ulangan di sekolahnya saat ia tidak masuk sekolah. Sore itu, Clara pergi kerumah gurunya seorang diri. sesampai disana, Clara diberikan ulangan dengan menjawab soal, sementara guru wanitanya sedang membersihkan rumah. Karena gurunya memang tinggal seorang diri. Hari sudah beranjak magrib, singkat cerita setelah ulangan, ternyata sang guru perempuan, meminta clara untuk melayani hawa nafsunya. Clara menolak karena bagaimana mungkin dia melakukan hubungan seksual dengan perempuan alias sesama jenisnya. Clara merasa jijik. Namun karena rayuan sang guru yang akan memberinya nilai yang tingi dan sedikit paksaan, maka Clara akhirnya mau melakukan permintaan sang guru. Toh Clara berpikir hanya untuk sekali ini saja. Mulailah Clara melayani nafsu sang guru. Perasaan yang ada pada Clara saat itu adalah rasa jijik luar biasa yang membuatnya ingin muntah ketika ia melakukannya pertama kali...dengan seorang perempuan. Clara beberapa kali selalu mual, tapi ia menahannya. Ternyata dalam hubungan intim itu, sang guru-pun memberikan hal yang sama pada Clara. Bahasa kasarnya, maaf, Clara kehilangan perawannya oleh seorang wanita. Dan setelah pulang dari rumah sang guru, ada perasaan jijik luar biasa yang menghantui Clara.

Beberapa hari kemudian, Clara diminta kembali untuk melayani nafsu sang guru. Karena sungkan dengan sang guru, akhirnya Clara bersedia kembali melakukan hubungan intim dengan sang guru dirumahnya. Selanjutnya, Clara tidak lagi menolak, sehingga hubungan intim itu terjadi mulai intens.

Karena seringnya berhubungan intim dengan sang guru, lambat laun perasaan jijik yang ada pada Clara perlahan lahan mulai hilang. Dan pelan pelan Clara-pun mulai menikmati hubungan seksual sesama jenis tersebut dan pada akhirnya ketagihan. Lambat laun, Clara mulai jatuh cinta pada gurunya dan sampai pada tahap sangat mencintai. Akhirnya clara berpacaran dengan sang guru selama dua tahun dan selama itu pula hubungan mereka dipenuhi dengan hubungan seksual. Lulus dari SMP, dan harus berpindah ke kota lain untuk melanjutkan bangku SMA membuat Clara terpaksa putus dengan sang guru.

Clara mengakui saat itu, walaupun dia punya perasaan cinta kepada gurunya yang perempuan, tapi dia masih punya perasaan pula pada seorang laki-laki. Perasaan suka pada lawan jenisnya belum hilang. Saat masih SMA sebenarnya Clara bisa saja keluar dari dunia lesbian karena tidak ada lagi sang guru yang menjadi pacarnya. Saat itu, ada seorang lelaki yang ingin menjadi pacarnya, clara sebenarnya suka pula dengan lelaki tersebut dan mereka sempat berpacaran. Namun disaat yang sama pula, Clara berkenalan dengan seorang janda. Intens-nya jalan bareng dengan sang janda yang suka memberikan apa yang ia minta ketimbang jalan dengan sang pacar membuat clara perlahan mulai menumbuhkan rasa suka pada sang janda. Kemudian pengalaman Clara yang berhubungan seksual dengan gurunya, membuat nafsu Clara kembali bergejolak sementara sang janda-pun butuh hal yang sama. Gayung bersambut, pada akhirnya ia melakukan kembali hubungan seksual sesama jenis dengan sang janda. Clara akhirnya jatuh cinta kembali pada sang janda dan memutuskan pacar lelakinya. Namun ketika hubungan mereka berusia empat tahun, sang janda akirnya memutuskan menikah dengan seorang laki-laki.

Clara kembali terpuruk. Saat itu Clara berniat ingin kembali ke ke kehidupan normalnya, tapi perasaan pada lelaki dirasainya sudah tak ada, ditambah lagi bisikan gejolak syahwat tak sanggup ia lawan, sehingga Clara malah melampiaskannya pada wanita wanita malam dan bergabung dengan komunitasnya. Saat itulah Clara akhirnya menetapkan dirinya sebagi lesbian dan beralih diri menjadi seorang lesbian buchi dan menetapkan dunia lesbiannya. Clara mulai mencari “femi-femi” (lesbian yang bergaya perempuan) untuk dipacarinya. Hubungan putus nyambung, dan jatuh bangun menahan rasa sakit karena putus berkali kali dan takut pada “DOSA” membuat Clara akhirnya ingin bertekad kuat kembali ke dunia normalnya...hingga dia memulainya dengan mengenal islam dan mempelajarinya.

Itu adalah sekelumit kisah Clara kenapa ia bisa berubah menjadi seorang lesbian. Dan bisa jadi kisah para wanita yang berubah menjadi seorang lesbian akan berbeda satu dengan yang lainnya. Pada intinya semua bermuara pada satu kesimpulan bahwa seseorang menjadi lesbian atau homoseksual adalah murni karena faktor lingkungan. Itulah mengapa, homoseksual dalam islam disebut sebagai “Penyakit” dan diharamkan oleh Allah SWT.

Tidak terima dengan pernyataan bahwa homoseksual adalah “Penyakit” yang pelakunya akan mendapatkan “Azab” dari Allah, para kaum homoseksual kemudian melakukan bantahan. Mereka mengatakan bahwa homoseksual bukan semata lahir dari faktor lingkungan, tapi ada juga homoseksual yang lahir karena adanya faktor “gen homosekual”. Artinya bahwa perasaan homoseksual itu muncul dari Tuhan sendiri sehingga mereka tidak layak “disalahkan”. Ada beberapa homoseksual yang mengaku bahwa mereka dari kecil sudah menyukai sesama jenisnya, bukan karna faktor lingkungan yang membentuknya. Pertanyaan yang muncul adalah, benarkah seperti itu?


APAKAH HOMOSEKSUAL KARENA FAKTOR GENETIK ?

Kaum gay kadang berdalih homoseksual terjadi karena faktor genetis atau yang disebut “born gay”. Teori ini dilontarkan oleh Magnus Hirscheld berasal dari jerman pada 1898. Menurutnya homoseksual adalah bawaan sehingga dia menyerukan persamaan hukum untuk homoseksual.

Pada 1993, Dean Hamer, seorang gay, meneliti 40 pasang kakak beradik homoseksual. Dia mengklaim bahwa satu atau beberapa gen yang diturunkan oleh ibu dan terletak di kromosom Xq28 sangat berpengaruh pada orang yang menunjukkan sifat homoseksual. Namun sampai 6 tahun kemudian, gen pembawa sifat homoseksual itu tak juga ketemu. Maka Dean Hamer pun mengakui bahwa risetnya itu tak mendukung bahwa gen adalah faktor penentu homoseksualitas.

Teori ini kian runtuh ketika pada 1999 prof. George Rice dari Universitas Western Ontario Kanada mengadaptasi riset Hamer dengan jumlah responden yang lebih besar. Rice mengatakan, hasil penelitian terbaru tak menudukung adanya kaitan gen X yang dikatakan mendasari homoseksualitas pria.

Menyadari tak punya pijakan ilmiah, kalangan homoseksual lalu mencari pembenaran dengan alasan yang mengada-ngada. Seorang gay mengatakan yakni ,”Mereka terperangkap pada tubuh yang salah” maksudnya mereka berjiwa feminim tapi berada pada tubuh seorang lelaki. Tentu saja alasan ini tidak mendasar dan hanya khayalan kosong. Lalu Lesbianisme dan Homoseksualitas muncul karena apa?


PENYEBAB HOMOSEKSUAL

Teori “born gay” atau teori tentang adanya kromosom X penyebab homoseksualitas tidaklah terbukti. Ini semakin mengukuhkan kepada kita bahwa Homoseksualitas bukanlah ciptaan Tuhan melainkan pilihan manusia itu sendiri yang disebabkan faktor dari lingkungan. Jika ada beberapa kasus homoseksual yang mengatakan bahwa perasaan suka sesama jenis itu sudah ada sejak ia masih kecil, menurut pendapat saya bahwa, ia masih terlalu kecil pula untuk menyadari pengaruh lingkungan itu pada dirinya. Entah itu pengaruh dari lingkungan keluarga, Lingkungan pertemanannya tempat dia tinggal, atau pada orang-orang yang ia berinteraksi dengannya.

Contoh, perlakuan dari orang tuanya yang salah dalam masa pertumbuhannya, dapat memberikan pengaruh pada perkembangan psikologisnya. Misalnya seorang anak perempuan, yang diperlakukan sebagai anak laki-laki, dipakai pakaian laki-laki, diberikan mainan lelaki, disebut jagoan. Perlakuan yang salah tersebut akan memunculkan perasaan pada anak perempuan tersebut bahwa dia adalah seorang laki-laki bukan perempuan. Dan sebaliknya, seorang anak lelaki yang diperlakukan sebagai perempuan sehingga pada akhirnya ia merasa diri sebagai seorang perempuan. Sadar atau tidak sadar lingkungan keluarga itu berpengaruh besar pada psikologisnya.

Selain faktor tersebut, ada pula faktor-faktor lain sehingga, seorang wanita bisa berubah menjadi seorang lesbian. Bisa mungkin karena faktor traumatik pada perlakuan kasar laki-laki entah itu ayah, kakak, pacar, suami... sehingga membuatnya kecewa dengan makhluk yang namanya laki-laki. Ada juga yang unsurnya ingin balas dendam, gaya hidup, sampai adanya rasa ingin mencoba sesuatu yang berbeda. Semua faktor ini akan menimbulkan “pengalihan perasaan” sehingga menghadirkan sebuah perasaan baru yang akhirnya mencetaknya menjadi seorang lesbian.


APAKAH WANITA NORMAL BISA MENJADI LESBIAN...?

Homoseksual bukan karena faktor genetic tetapi murni adalah pengaruh dari lingkungan. Islam sendiri menyebut homoseksual adalah sebuah “Penyakit” dimana penyakit ini sifatnya “Menular”. Ini artinya bahwa, bisa saja seorang wanita yang pada awalnya normal akan beralih menjadi seorang lesbian.

Clara adalah seorang lesbian buchi. Ia mengakui pada saya bahwa pacar -pacarnya awalnya adalah perempuan-perempuan yang normal. Namun dia mampu untuk membuat perempuan-perempuan yang normal jatuh cinta kepadanya. Sama ketika pengalaman masa lalunya dimana sang guru yang membuat orientasi seksnya menjadi berubah. Lalu bagaimana clara mendapatkan pacar dari wanita yang normal?

Pernakah kalian menonton film Yes or No. Film yang berasal dari negara Thailand ini dengan jelas menggambarkan kepada kita bagaimana seorang “Pai” yang “normal” pada akhirnya jatuh cinta pada “Kim” yang seorang “lesbian”.
Berawal dari pertemanan mereka, segala sesuatu mulai dilakukan Pai dan Kim bersama, jalan bersama, makan bersama, susah dan senang bersama, bahkan tidur dalam satu ranjang yang sama. Kim selalu ada disaat Pai membutuhkan seseorang untuk menemaninya. Dibandingkan pacar Pai yang selalu sibuk. lambat laun Pai mulai terbiasa dengan kehadiran Kim, dibandingkan kehadiran pacarnya. Hingga Pai pelan-pelan mulai jatuh cinta pada Kim dan ditambah memang faktor Kim yang seorang “lesbian” yang “tau” bagaimana memperlakukan Pai sebagai seorang perempuan yang harus dilembuti, akhirnya Pai memutuskan pacarnya dan berpacaran dengan Kim dan menjalani cinta sejenis.

Kisah yang sama dituturkan oleh Clara yang bercerita pada saya bahwa dia adalah tipe buchi yang mudah mendapatkan wanita. Sebab Clara memang ditunjang dengan wajah yang cantik dan kulit yang putih. Bahkan untuk menjadi lesbi yang “cico” sebutan lesbian laki-laki yang keren, Clara melakukan perawatan baik pada wajah dan tubuhnya. “Jangan salah, lesbian itu milih milih juga lho....katanya pada saya”.

Clara bertutur, Awalnya ia akan berteman biasa dulu, lama- lama Clara pelan- pelan mulai memberikan perhatian yang lebih, kasih sayang yang lebih. Clara akan ada disaat wanita itu membutuhkannya, memberikan apa yang diinginkan wanita tersebut. Setelah sang wanita mulai bergantung pada Clara dan mulai terbiasa dan memberikan rasa sayang pada Clara, maka Clara akan mulai pada tahap berikutnya yaitu “Pengenalan” tentang hubungan sesama jenis.

Pengenalan ini sama seperti seorang lelaki yang menginginkan hubungan seks dalam percintaannya pada seorang perempuan. Seorang lelaki awalnya akan memulai dengan rayuan gombal, janji janji dusta. Setelah perempuan itu terlena dia akan memberikan sentuhan yang berawal dari pegangan tangan, kemudian minta dicium di pipi, hingga minta ciuman di dahi dengan alasan ciuman tanda sayang. Lanjut dari situ dia akan minta ciuman di bibir sebagai pembuktian kasih sayang. Jika sudah terbiasa melakukan maaf, seks kecil-kecilan maka “perjalanan” ke seks yang sesungguhnya akan menjadi mudah.

Proses ini pun dilakukan oleh Clara, hanya bedanya Jika seorang laki-laki bisa saja langsung “main terkam” (karena fitrah memang godaan syahwat itu ada pada lawan jenis), sementara Clara akan memulainya dengan “tahapan-tahapan”. Awalnya Clara akan memberikan sentuhan secara bertahap dengan tujuan agar wanita normal ini mulai terbiasa dengan sentuhan sesama jenis. (merubah orientasi seks secara bertahap) yang diawalinya dengan sentuhan tangan. Jika wanita ini sudah terbiasa dia akan melanjutkannya dengan ciuman di pipi (cipika cipikilah istilahnya), kemudian pelukan pelukan kecil. Dari situ, clara akan mencoba dengan mulai melakukan ciuman di bibir. Jika itu mendapat perlawan dari wanita normal, Clara akan berhenti saat itu dan akan melakukannya pada kesempatan yang lain. Jika ciuman itu tanpa perlawan yang berarti, maka Clara akan berlanjut dengan permainan sampai batas wilayah dada. Jika terbiasa dengan tahapan itu, maka Clara akam melanjutkan sampai pada tahap melakukan hubungan intim. Jika tahap ini dilakukan terus menerus seperti yang saya jelaskan di atas, maka pelan pelan orientasi seks perempuan yang tadinya normal akan menjadi menyimpang. Wanita yang sudah punya pengalaman seks menyimpang seperti wanita normal tadi, ketika misalnya hubungannya berakhir dengan pasangannya, maka dia akan cenderung untuk mencari pasangan sejenis kembali. Maka jadilah ia seorang lesbian.


PERTEMANAN IKUT MENENTUKAN LANGKAHMU !

Percaya atau tidak, pertemanan kita dengan seseorang akan mempengaruhi sedikit banyak ke arah mana kaki kita melangkah. Rasul SAW bersabda :
“Sesungguhnya, perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan pandai besi; adapun penjual minyak, maka kamu kemungkinan dia memberimu hadiah atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi, maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau anyir” (HR Bukhari dan Muslim).

Lebih jauh, beliau menyatakan;

“Seseorang tergantung agama temannya, maka hendaklah seorang di antara kalian melihat teman bergaulnya” (HR Abu Dawud, An- Nasa’i).

Sebenarnya Hadits ini bukan melarang kita untuk berteman dengan orang-orang yang buruk, tetapi hadits ini ingin mengingatkan kepada kita bahwa, ingatlah ada sebuah “konsekuensi” apakah itu konsekuensi berupa hal yang baik atau hal yang buruk, yang akan kita dapatkan dalam sebuah pertemanan. Jadi jika anda tidak ingin menjadi buruk maka janganlah berteman dengan teman- teman yang mengajak kita pada keburukkan. Karena sekuat apapun kita membentengi diri kita, maka “percikkan” keburukannya pasti mengenai kita “walau sedikit” bahkan bisa jadi “banyak”.

Karena itulah, Rasulullah menganjurkan kita untuk berteman dengan orang-orang yang sholeh, agar kita bisa “terpeciki” kesholehan dari teman kita bahkan bisa jadi bukan hanya terpeciki tapi menyamai kesholehan mereka.



Maaf, saya harus berkata jujur meski pahit untuk sebuah kebenaran , Allah dan Rasul-Nya menyebut homoseksual itu adalah sebuah penyakit, maka ketika dia menjadi sebuah “penyakit” maka sebuah kepastian homoseksual itu sifatnya “menular” yang akan mengkontaminasi siapapun yang “mencoba” mendekat.

Awalnya saya tidak terlalu yakin, sampai saya menemukan berbagai macam kasus dimana orang-orang yang kuat dalam agamanya ternyata bisa begitu mudahnya terkontaminasi. Maaf sebut saja seseorang yang paham agama yang menolong dan mengajarkan mereka untuk sembuh malah terbalik menjadi “pacar” mereka. Apatah lagi kalau yang ingin menolong itu orang yang belum punya pemahaman agama sama sekali. Justru itu bisa menjadi lebih mudah. Karena itu menjauh adalah cara terbaik jika  tidak ingin terjangkiti.

Saya tau banyak sahabat-sahabat mereka yang menyayangi mereka dengan tulus ingin menolong agar sahabat homoseksual mereka agar sembuh dari penyakit ini dengan melakukan berbagai macam cara.

Ketahuilah, Kesembuhan dari penyakit ini “obatnya” hanya berasal dari para homoseksul itu sendiri.  Semua berasal dari “Kesadaran” dan “Kemauan” mereka sendiri yang bukan dari paksaan orang lain. 

Sekuat apapaun, sekeras apapun, sebesar apapun cara kita ingin mencoba menolong mereka, TAPI jika mereka belum punya “Kesadaran” dan “Kemauan” yang berasal dari diri mereka, maka semua itu akan sia-sia.  
Mungkin para homoseksual akan berubah kearah yang lebih baik, sebagai hasil dari segala macam usaha keras kita, tapi dalam banyak kasus, perubahan itu sifatnya hanyalah sementara. Suatu saat dia akan kembali lagi menjadi homoseksual bahkan sifat homoseksualnya semakin kuat.

Akan berbeda jika para homoseksual itu “sadar” dari dalam hatinya. Kesadaran dari akalnya  yang  “terbangun” bahwa  hidup” itu adalah sebuah “perjalanan” yang akan “berhenti” jika waktunya “selesai”.
Yang membuat hati mereka bertanya pada diri mereka sendiri,  “Haruskah saya mati sebagai mayat seorang “homoseksual” di hadapan Allah?

Maka jika “Kematian” telah menjadi “pengingat” yang  muncul di dalam pikiran mereka, maka insya Allah, tanpa sahabat memaksa, mereka yang akan dengan “ikhlas” kembali ke jalan Allah. Alhamdulillah, Rata-rata sahabat sahabat saya yang sembuh semua karena sudah punya pemikiran yang sudah sampai ke arah sini.

Yah, mereka sudah mulai belajar "memfungsikan" akal mereka yang selama ini tertutupi oleh hawa nafsu mereka.


ALA BISA KARENA BIASA !

Pernah mendengar pepatah “Ala Bisa Karena Biasa”? yah, pepatah ini adalah pepatah yang tepat untuk disandarkan pada kasus lesbian.

Sesuatu yang sulit dilakukan jika dibiasakan melakukannya maka sesulit apapun itu akan menjadi mudah karena sudah “terbiasa”.

Sesuatu keburukan-pun ketika dilakukan pertama kali maka akan muncul rasa bersalah. Tapi karena keterusan maka rasa bersalah itu pelan-pelan akan menghilang karena dia sudah “terbiasa”.

Dalam kasus lesbian, ketika dia memulai untuk melakukan hubungan seksual sesama jenis, dia pasti akan merasa "jijik". Kemudian walaupun itu sesuatu yang menjijikkan namun dia berusaha melawannya dengan melakukannya ”terus menerus” maka dia akan menjadi yang namanya “terbiasa”. Dan ketika telah terbiasa maka dia akan memaksa untuk “dipenuhi”, keadaan inilah yang saya sebut dengan “ketagihan”.

Pada awalnya seorang lesbian ketika mereka mau merubah orientasi seksualnya pasti ada “Perlawanan” yang muncul dalam dirinya. “Perlawanan” itu muncul karena memang "tobi’inya (dari sono’nya)" manusia itu diciptakan berpasang-pasangan. Dalam artian, seorang lelaki akan menyukai seorang wanita dan seorang wanita akan menyukai seorang laki-laki. Jika dia mulai keluar dari “kodrat“ menyukai itu maka “perlawanan” yang berupa rasa “aneh” atau “jijik” akan akan muncul sebagai “Warning” bahwa itu sudah “menyalahi” kodrat. Beda ketika seorang mencintai lawan jenisnya maka yang ada adalah perasaan “suka” tanpa “rasa bersalah” dan tanpa “perlawanan”.

Karen itulah jangan "tergoda" untuk mencoba untuk mengenal, memulai, membiarkan pada suatu  "pengalihan Fitrah", karena sekali kita terbiasa dengan fitrah yang salah, maka akan sangat sulit bagi kita untuk kembali.

JANGAN SALAH KAPRAH DENGAN PERASAAN...

Sewaktu saya SMP, saya mempunyai seorang sahabat karib. Kami saling membantu dalam satu sama lain. Ketika ada lelaki yang menggangunya maka saya akan membantunya begitupun sebaliknya. Kami melakukan semua hal bersama. Suatu hari dia mulai akrab dengan teman saya yang lain, sehingga perhatian pada saya semakin berkurang. Dan saat itu, ada perasaan cemburu yang muncul dalam hati saya melihat keakraban mereka. Dia-pun ketika saya dekat dengan yang lain dan berkurang perhatian padanya maka dia-pun akan menunjukkan ketidaksukaannya. Apakah menurut kalian dengan adanya perasaan cemburu pada pertemanan kami itu artinya kami kelainan?

Maaf, adalah salah kalau anda menjawabnya dengan kelainan orientasi seksual. Ketika saya mendapati perasaan itu, saya bukannya panik setengah mati dan kemudian bertanya, ada apa dengan saya, kenapa saya bisa cemburu sementara dia seorang wanita bukan pria. ? Saya menanggapinya dengan biasa-biasa saja. 

Setelah berjalannya waktu dan kedewasaan muncul dalam diri kami, saya mulai mengerti kenapa perasaan cemburu itu hadir. Bagi saya cemburu itu adalah hal yang wajar, cemburu pada teman sejenis ataupun pada lawan jenis. Cemburu itu akan muncul dikarenakan, kita sudah terbiasa bersama dia sehingga perasaan kebersamaan melekat. Ketika dia mulai tidak bersama kita atau berkurang intens kebersamaan, maka hati kita akan merasakan sesuatu yang hilang, dan kita akan mencari penyebab mengapa dia mulai jarang bersama kita. Dan orang ketiga yang mengambil perhatian itu pasti kita akan cemburu padanya. Dan itu adalah wajar. Alhamdulillah, pertemanan kami tetap lekat walaupun tidak seakrab dulu karena “jarak” dan “kesibukkan” yang menyita kebersamaan kami. Bahkan saya masih seperti anak kecil diusia dewasa, memarahinya karena menunda pernikahannya karena alasan karir. Kami-pun tidak merespon perasaan cemburu yang muncul itu dan merasa wajar karena itu tandanya bahwa sebagai sahabat kami saling menyayangi.

Allah SWT saja dalam hadits qudsinya mengatakan bahwa Ia “cemburu” pada “sesuatu” atau “seseorang” yang membuat hamba-Nya lalai kepada-Nya. Apakah kita berani menyebutkan itu kelainan? Naudzubillahimindzalik.

Karena itu, Jangan panik dan gelisah, jangan pernah salah kaprah pada perasaan aneh yang muncul semisal “suka” atau “cemburu” pada sesama jenis. Bisa jadi. Ketika kita menyukai wajah, penampilan, atau sikapnya seorang wanita, bukan berarti kita mengatakan bahwa kita kelainan, bisa jadi kita menyukainya karena dia berbeda dari kita dalam segala hal. Semakin kita panik dan menanyakan perasaan itu maka semakin kita membentuk “sugesti” dalam pikiran kita bahwa kita kelainan. Dan pada akhirnya “sugesti” itu akan mengarahkan kita pada “kelainan” tersebut padahal kita memang terlahir NORMAL.


SEMUA ITU TERJADI KARENA KESALAHAN TAKDIR! Benarkah?

Pembahasan takdir adalah pembahasan yang sangat panjang dan penting. Sedikit saja kita menyalahi pengertian takdir maka itu akan merubah pandangan, sikap, dan perjalanan hidup kita. Saya tidak akan membahas panjang disini, insya Allah saya akan menjadikannya pembahasan tersendiri. Saya hanya akan menyinggung sedikit saja disini terkait “pilihan hidup” apakah itu “”Takdir”?

Kita langsung pada contoh kasus. Seseorang wanita yang ditanya, “mengapa engkau menjadi pelacur?” Dia menjawab bahwa dia adalah korban pemerkosaan ayahnya. Kekecewaan pada diri yang tidak suci lagi dan rasa balas dendam membuat ia terjun sekalian ke dunia hitam....Pertanyaannya, wanita tersebut menjadi pelacur karena “pilihannya” ataukah karena “takdirnya”?. Kemudian, apakah semua korban dari pemerkosaan, hasil akhirnya akan sama bahwa semuanya menjadi “pelacur”? Kalau semua korban pemerkosaan menjadi pelacur, adalah hal pasti, Takdir itu “bersalah”, tapi ternyata tidak khan, dari korban pemerkosaan, ada yang menjadi pelacur tetapi lebih banyak yang memilih melanjutkan hidupnya dengan cara yang baik walaupun luka trauma itu melekat pada dirinya.

Kemudian, Apakah “semua” korban dari pemerkosaan ayahnya, pada akhirnya berubah haluan menjadi “lesbian” karena kecewa? Kalau semua korban pemerkosaan menjadi lesbian, adalah hal pasti, Takdir itu “bersalah”!. Tapi ternyata tidak khan. Dari korban pemerkosaan, ada yang memilih menjadi lesbian tetapi lebih banyak yang memilih melanjutkan hidupnya dengan menikah dan menghapus kenangan masa lalu. Dapatkah kita berpikir dari contoh kasus ini?

Kesimpulannya adalah hasil akhir seorang mengapa dia menjadi “ini” menjadi “itu” adalah “pilihan hidupnya” bukan karena kesalahan “takdirnya”....sebab dia bisa saja “berhenti” dari pelacurannya atau dari kelesbiannya...kalau dia “mau” tanpa ada paksaan dari siapapun...masikah takdir bersalah dalam kehidupannya?

Kemudian, segala kejadian yang menimpa manusia berupa “kebaikan” atau “keburukkan” tanpa dikehendaki manusia sesunguhnya adalah bentuk “ujian” Allah kepada manusia. Allah tidak akan meminta “pertanggung jawaban” pada “kebaikan” atau “keburukan” yang ia berikan kepada hambaNya.

Tapi Allah ingin melihat bagaimana hambaNya menjalani “ujian kebaikan dan ujian Keburukkan” yang ia beri dengan keikhlasan dan kesabaran dan “lulus” dengan predikat terbaik, dan bukan malah “balas dendam” dari kejadian yang menimpanya dengan “menghancurkan dirinya”. Dari Saad bin Abi Waqqash radhiallahu anhu bahwa Nabi shallawahu alaihi wa alihi bersabda:

“Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, lalu yang semacamnya & semacamnya, seseorang diuji sesuai kadar keimanannya, apabila teguh dalam keimanannya maka ujiannya bertambah berat, apabila lemah dalam keimanannya maka diuji sesuai kadar keimanannya, ujian terus menerus menimpa seorang hamba sampai meninggalkannya berjalan dimuka bumi dalam keadaan bersih dari kesalahan” [HR Imam Turmudzi dan dishahihkan Syaikh Albani dalam Silsilah Shahihahnya 1/225]


JIKA NASI SUDAH MENJADI BUBUR!

Seseorang yang sudah terlanjur masuk di dunia homoseksual, maka akan sulit baginya untuk kembali ke dunia normal. Dan akan menjadi sebuah kesalahan yang sangat fatal jika kemudian ia mengaktualisasikan dirinya pada komunitas lesbian. Yang awalnya ia bermaksud untuk mencari teman yang senasib-sepenanggungan, sama sama merasakan pahit dan getirnya, tapi pada akhirnya ia akan semakin jauh terpuruk ke dalam. Padahal, jika seorang lesbian ingin sembuh, maka terlebih dahulu seharusnya ia harus keluar dari komunitas lesbiannya. Karena bergabung dengan komunitasnya maka dia tidak akan bisa sembuh, tapi malah akan lebih terjerumus jauh jauh dan dalam. Semakin lama dia menjalani dunia lesbiannya maka semakin sulit dia untuk sembuh bahkan mungkin bisa saja tidak bisa sembuh. Kesembuhan baginya hanya sebatas pepesan kosong.

Karena itu saya menyarankan jangan mencoba-coba, karena “sekali” saja anda mencoba “mendekat" maka jangan salahkan Tuhan, jika anda terjerumus...

Bagaimana jika sudah terlanjur basah, alias nasi sudah menjadi bubur? Silahkan dibaca pada postingan saya “ANTARA CINTA DAN LESBIAN BAGIAN DUA” http://bidadarisurga-asiah.blogspot.com/2013/08/antara-cinta-dan-allah-bagi-lesbian.html....


Alhamdulillahi robbil 'alamin, buku saya yang berjudul  "diantara CINTA atau Cinta" telah selesai saya rampungkan. 

Kadang-kadang kita tidak pernah mengerti mengapa sebagian orang di sekitar kita lebih memilih menjalani cinta sejenis, yang pastinya sangat di haramkan oleh Allah 'Azza wa Jalla. Meski Allah sudah menjanjikan ancaman azab yang keras bagi pelaku homoseksual (LGBT) , namun banyak diantara mereka yang tetap memilih bertahan dalam dunia homoseksual, apakah menjadi gay, lesbian, biseksual dan transgender.

Tanpa disengaja-pun saya diperkenalkan oleh Allah untuk mengenal dunia ini. Awalnya kaget, dan hendak menolak. Namun karena fakta sudah berada di depan mata, mau tak mau saya-pun belajar untuk menyelami dunia ini. Ternyata banyak hal yang saya dapatkan, dan beberapa ta'bir -pun mulai terbuka tentang dunia ini.

Bagi yang awam tentang dunia homoseksual, buku ini dapat memberikan sedikit gambaran tentang dunia belok, dan dapat menjadi sebuah "upaya" dan "benteng" bagaimana menjaga diri kita dan keluarga kita dari aktifitas maksiat ini yang sungguh tidak mengenal batas usia. Karena banyak yang sudah "terkontaminasi" tanpa pernah menyadari. Saat tersadar, semua-pun sudah terlambat, sebab telah menjalani. Itulah mengapa buku ini sangat penting untuk kita miliki. Akan lebih bermanfaat jika buku ini dapat dijadikan "hadiah" bagi mereka yang sudah terlanjur masuk ke dalam dunia belok, untuk belajar sembuh.

Buku ini pula sebagai jawaban dan permintaan beberapa teman-teman di email saya, untk membantu sahabat-sahabat yang sedang salah dalam melangkah.
Memang, buku ini adalah gabungan tulisan dari artikel saya, Lesbian antara Allah atau Cinta satu, dengan Lesbian antara Allah atau Cinta Dua dan Takdir. Namun, agar buku ini lebih "fresh" saya menambahkan dengan beberapa "hikmah" untuk mereka terus terinspirasi dan "tips-tips" untuk bisa sembuh secara terperinci. Inshaa Allah tidak kalah manfaatnya dari ketiga artikel saya yang sebelumnya. Tentunya, dengan menjadi sebuah buku, kita dapat membacanya dimana saja dan kapan-pun kita mau.

Saya menyadari, buku ini masih jauh dari sempurna, tapi di dalamnya ada sebuah harapan yang besar bagi mereka yang ingin sembuh, belajar untuk sembuh dan bertahan dalam kesembuhan. Semoga Allah selalu menjaga kita dengan Hidayah-Nya yang lurus. Aamiin...