BIDADARI SURGA ASIAH

Thursday, December 24, 2015

SEBEL

assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Saya heran, mengapa ada orang yang begitu jahatnya menghack blog dan memblokir artikel blog saya, padahal saya tidak pernah bersalah padanya. apa karena tulisan saya begitu menyentuh hati orang tersebut hingga dia "MERADANG"? syukurlah jika seperti itu, karena "MERADANGNYA" ia adalah salah satu tanda bahwa dia masih mempunyai hati yang masih dapat tersentuh kebenaran, kebalikan jika dia mengacuhkannya.

Lagipula mungkin "orang jahat" itu tak pernah tahu bahwa dia tidak dapat membungkam kebaikan dan kebenaran sepintar apapun dia, sebab rumus kebaikan dan kebenaran adalah "Mati Satu Tumbuh Seribu". Blog ini hanya satu diantara blog blog yang menyuarakan kebaikan dan kebenaran yang akan tumbuh tiap saat..

"Orang jahat" itu juga lupa bahwa sesungguhnya dibalik penjaga kebaikan dan kebenaran itu adalah "Allah SWT". Dan dibalik ilmu yang dia miliki adalah karena Allah yang menitipakan ilmu itu padanya, mudah bagi Allah untuk mengambil kembali ilmu tersebut pada dirinya.

Oleh karena dia telah mencoba mengusik kebaikan dan kebenaran milik Allah, maka saya serahkan kepada Allah untuk membalas setiap "dzahrah" dari perbuatannya dengan cara Allah. Kemudian karena saya bukan seorang hacker yang bisa membalas menghacker, saya titip doa saja pada Allah, "Semoga allah menghilangkan semua ilmu yang dia miliki, karena ilmu yang dia miliki ( titipan Allah) dia gunakan untuk menyusahkan orang lain, menyusahkan hidupnya karena dia sudah menyusahkan hidup orang lain, selama dia tidak memperbaiki kesalahannya maka selama itu dia tidak akan pernah berhasil dalam kehidupannya. tapi tambahkanlah ilmunya jika dia sadar dan mengunakannya untuk membantu orang lain. amin,amin,amin ya rabb.

Mohon pembaca ikut meng-Amin-kan doa saya ini,  karena jujur saya saya sangat kesulitan memperbaiki semua file yang telah dia rusakkan. kalapun saya tidak bisa memperbaikinya semoga tulisan saya bisa dibaca dalam media yang lain. jazakillah khair.

Asiah Muslimah

Wednesday, December 23, 2015

PILIHLAH TAKDIRMU SENDIRI ! Karena Kamu Bebas Menentukannnya Tanpa Paksaan*





*Saya pernah membaca sebuah buku  yang saya sebut buku “kiri”, tak perlu saya menyebut judulnya, tak penting. Tapi isi dari buku tersebut adalah kisah seorang manusia yang menyalahkan Tuhan terhadap profesi maksiat yang dia jalani sekarang. Menurutnya, Tuhan adalah “sebab” dan dia adalah “akibat”. Karena Tuhan adalah sebab yang menciptakan dia maka Tuhan harus bertanggung jawab pula atas perbuatan maksiat yang dilakukannya. Yah,  buku ini sangat kuat dalam membalikkan iman-iman yang lemah untuk menyalahkan Tuhan.  Dalam kata pengantar bukunya, penulis tau dampak dari buku yang dia tulis pada kerusakkan iman seseorang, bukannya merasa bersalah, penulis balik menyalahkan iman orang-orang yang membaca bukunya.. Hmm..., penulis mungkin tak bisa disalahkan karena ia hanya menulis. Tapi sungguh sayang, ketika penulis dengan berani mengutip kata sang tokoh cerita utama, yang mengatakan bahwa Tuhan adalah sebab dari terciptanya manusia, sehingga kemaksiatan manusia hanya menjadi dampak dari akibat-Nya, maka penulis-pun harusnya “sadar” bahwa dia juga sekarang melalui bukunya telah menjadi “sebab”, dan pembacanya yang kehilangan iman adalah sebagai “akibat” dari bukunya.  Andai dia mau berpikir, Mengapa penulis tidak menjadi sebab untuk menguatkan iman seseorang ? tidak sadarkah penulis bahwa masyarakat Indonesia sudah cukup lelah dengan kondisi hidup yang serba susah, sehingga jika disentil sedikit saja maka iman mereka akan luka. Penulis setuju atau tidak, pada akhirnya pundi pundi itu ia dapatkan dengan merusak dan menghilangkan iman manusia yang membaca tulisannya. Saya tak tahu, bagaimana kelak ia akan mempertanggung jawabkan bukunya di hadapan Allah SWT. Naudzubillah....

Disini saya tidak akan membedah buku, karena saya bukan seorang pembedah buku. Saya hanya ingin mengatakan bahwa buku tersebutlah yang meng-inspirasi saya untuk menulis artikel ini. Selain juga dari surat-surat yang masuk di email saya yang menanyakan, “Mengapa Allah men-takdirkan saya menjadi seorang pelacur, mengapa?,  “Apakah menjadi seorang homoseksual adalah takdir saya? Kenapa bukan orang lain, mengapa harus saya?” dan masih banyak pertanyaan lainnya seputar hal ini. Maka sebagai seorang muslim yang masih belajar, saya mencoba untuk sedikit meretas jiwa-jiwa yang kecewa pada Tuhannya, jiwa-jiwa yang terluka, jiwa-jiwa yang sempat kehilangan iman-nya sejenak karena penatnya kehidupan, termasuk meretas jiwa saya sendiri. Bismillahirahmanirrahim.

“Ini sudah takdir saya, saya hanya tinggal menjalani”. Begitu kira-kira jawaban manusia yang sudah terperangkap pada sebuah profesi  yang sedang dia jalani atau peran yang sedang dia mainkan. Jika profesi yang dia jalani dan peran yang dia mainkan sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah, mungkin jawaban tersebut terasa nyaman di telinga. Tapi bagaimana jika profesi yang dia jalani dan peran yang dia mainkan adalah profesi dan peran yang diharamkan Allah?, maka jawaban tersebut bukan hanya tidak nyaman di telinga tapi menyesakkan dada dan melukai akal. Maaf, sebut saja seseorang yang profesinya adalah perampok atau pelacur dan kemudian mereka menyebut ini adalah sebuah Takdir dari Allah.! Atau seseorang yang menjadi homoseksual atau waria dan kemudian mereka menyebut ini juga bagian dari Takdir Allah? Seolah olah mereka tidak berdaya untuk mengelak dan seolah olah Takdir menjadi kambing hitam atau bahkan pelegalan dari aktifitas maksiat yang mereka lakukan.  jika takdir sudah menjadi jawaban atas semua itu, maka jelas Allah sang pembuat takdir harus bertanggung jawab atas semua kemaksiatan itu, sehingga dengan mudah manusia punya alasan untuk “Menyalahkan” Allah.  Astagfirullah ! Dan manusia sebagai penerima takdir tersebut tak patut dihukum atas kemaksiatan yang dilakukannya, tak perlu ada kiamat, hari akhir dan pertanggung jawaban di padang masyar. 

Sebelum membahas terlebih jauh, saya ingin sedikit menyegarkan ingatan kita tentang pelajaran agama yang pernah kita dapati di sekolah dulu.  Tentang bagaimana mata pelajaran agama menjelaskan pengertian dari Iman kepada Qadha dan Qadar? Seingat saya, kalau saya tidak salah, iman kepada qadha dan qadar adalah, percaya kepada takdir baik dan takdir buruk. Pengertian sesingkat ini kalau ditinjau kembali cukup membuat galau manusia. Mengapa, karena dari pengertian ini seolah-olah Allah ingin memberi warning kepada manusia untuk selalu bersiap siap bahwa Allah tidak hanya menimpakkan sesuatu yang baik bagi manusia tapi Allah juga akan menimpakkan sesuatu yang buruk bagi manusia. Intinya manusia harus bersiap siap menerima sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk dari Allah. Sekali lagi, kalau manusia ditimpakkan sesuatu yang baik pasti dengan senang hati hati manusia akan menerima. Lalu bagaimana kalau manusia ditimpakan dengan sesuatu yang buruk? Ada yang Ridho tapi sedikit,  lebih banyak yang marah, benci, putus asa,  frustasi, kecewa, hingga sampai pada kesimpulan “menyalahkan” Allah. Yang bermasalah pula ketika Takdir dimasukkan dalam perkara Qadha dan Qadar, padahal pengertian ketiganya berbeda sehingga membuat pemahaman kita semakin ruwet dan semrawut hingga menjadi benang kusut sut sut.

Selain masalah tentang bagaimana  hati manusia menerima terhadap pengertian takdir baik dan takdir buruk tersebut, yang menjadi masalah berikutnya adalah muncul ketika manusia menjalani kehidupannya.  Ada yang pasrah menerima keadaan hingga tak mau berbuat apa apa, menunggu Tuhan yang menggerakkan dirinya,  ada juga yang berusaha tapi dengan usaha yang “ala kadarnya” tapi menginginkan hasil yang maksimal. Ada juga yang berusaha tapi sebentar sebentar berhenti, berusaha lagi sebentar berhenti lagi begitu seterusnya, Dan ada pula yang kebelet berusaha sehingga terkesan memaksakan keadaan.  
Lalu diantara semua itu, Kita termasuk bagian yang mana?

Insya Allah disini saya akan mengutipkan tentang pembahasan takdir, dan akan sangat bermanfaat jika kita bisa mengenal pula teman sejawat takdir yaitu Qadha dan Qadar tapi insya Allah nanti pada tulisan saya berikutnya. Marilah kita fokus pada permasalahan “Takdir” terlebih dulu.

TENTANG TAKDIR

Apakah kita percaya dengan Kekuasaan Allah? Bahwa kekuasaan Allah itu meliputi segala sesuatu yang ada di dunia ini, dimana tidak ada satu kejadian-pun yang luput dari dariNya.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-An’am  ayat 59 :

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (Q.S. Al-An’AM : 59).

Inilah kekuasaan Allah SWT yang menandakan bahwa Dia-lah Tuhan Alam Semesta, yang Maha mengetahui segala perkara yang terjadi. Apakah perkara itu terjadi di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Semuanya diketahui oleh Allah SWT dan dituangkan-Nya dalam kitab Lawh Al-Mahfuzh. Sebenarnya masih banyak Al-Quran dan Hadits yang menjelaskan tentang ke-maha-tau-an Allah SWT atas segala sesuatu yang terjadi. Hingga dari semua nash-nash tersebut telah mengurai pada kita tentang pengertian takdir.
 
Takdir itu sendiri adalah catatan (ilmu) Allah yang menyeluruh tentang segala sesuatu. Yang dimaksud dengan “segala sesuatu” adalah benda, manusia dan amal perbuatannya, alam semesta, kejadian dan sebagainya, semuanya telah tercatat/ diketahui oleh Allah swt dan dituliskan di lawh al-mahfuzh.  Inilah perkara yang wajib di imani oleh seorang muslim. 
( Sumber : IPS, Hafidz Abdurrahman)

Makna dari semua ini adalah Allah SWT telah mengetahui segala sesuatu tentang manusia sebelum ia diciptakan. Dan juga mengetahui ketetapan nasibnya di dunia maupun di akhirat kelak (bahagia, atau celaka, sukses atau gagal, kaya atau miskin, umurnya dsb.)

Pembahasan masalah takdir sebenarnya hanyalah masalah pembahasan tentang kekuasaan Allah swt. Takdir merupakan ilmu Allah dan kekhususan bagiNya ( ilmu Allah mencangkup segala sesuatu karena Allah memang bersifat al-alim dan mustahil ada sesuatu yang tidak diketahui-Nya). Akan terasa lucu jika Allah yang berpredikat sebagai “Tuhan” tidak mengetahui perkara yang awal, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi. Jika dia tidak punya kekuasaan dalam mengetahui segala pekara dulu, kini dan nanti berarti Allah tidak punya kekuasaan, jadi buat apa Allah disembah? Jikalau begitu masih hebat “orang pintar”  yang notabene cuma manusia biasa tapi dia dapat menebak apa yang pernah terjadi di masa lalu dan apa yang akan terjadi di masa mendatang. Maka Disini jelas menunjukkan bahwa Allah adalah benar-benar Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu yang ada di dunia. Anda, saya dan segala yang terjadi di dunia ini adalah berada dibawah genggaman kekuasaanNya.

Inilah perkara akidah yang harus kita pahami. Walaupun kita mengimani takdir (ilmu) Allah SWT tersebut, Namun janganlah kita “mencampur adukan” iman pada “takdir” dengan “amal perbuatan manusia”, karena keduanya memang tidak ada hubungan sama sekalipun. Artinya ilmu (takdir) Allah tidak pernah memaksa seseorang untuk berbuat sesuatu, juga tidak pernah memaksa seseorang untuk tidak berbuat sesuatu.

Adalah kesalahan yang “fatal” jika kita men-campur-adukkan “takdir” dengan “amal perbuatan manusia”. Mencampur adukkan yang saya maksud disini adalah, “menggaitkan” antara “amal perbuatan yang telah kita lakukan” dengan ilmu Allah yang Maha mengetahui. Kesalahan fatal yang akan muncul dalam benak kita saat kita men-campur-adukkan keduanya  adalah, semisal kita melakukan sebuah amal perbuatan, sebut saja perbuatan negatif dan kemudian kita harus menangung “konsekuensi” dari perbuatan negatif tersebut yang tentunya tidak mengenakkan, maka mulailah dalam hati dan pikiran kita mulai berpikir kenapa ini menimpa saya dsb, dan jika kita sudah menemukan jalan buntu,  maka disini pasti kita akan menyalahkan Allah atas apa yang menimpa kita. 

Sebuah contoh dalam bentuk kisah; ada seorang wanita melakukan aktifitas pacaran dengan seorang lelaki, kemudian dia berzina hingga ia hamil diluar nikah, parahnya sang lelaki tidak mau bertangung jawab atas perbuatannya dan kemudian lelaki itu lari meninggalkan wanita tersebut begitu saja. Karena ingin menutupi aib, wanita tersebut kemudian menggugurkan kandungannya. Wanita tersebut kemudian mencoba memulai hidup yang baru. Disuatu ketika ia kembali berkenalan dengan seorang lelaki lain. Lambat laun dia-pun memulai hubungan dengan lelaki tersebut. Perzinahan-pun kembali dilakukannya dengan pacar keduanya tersebut. Tanpa diduga ia kembali hamil. Namun si lelaki ini tak mau pula bertangung jawab atas bayi yang dikandungnya dan kemudian pergi meninggalkan wanita tersebut. Wanita itu kembali terpuruk untuk yang kedua kalinya hingga lambat laun rasa kecewa dirinya pada lelaki memuncak. Dari apa yang terjadi pada dirinya, dia mulai menganggap bahwa semua lelaki di dunia ini sama, sehingga dia memutuskan membalaskan dendamnya kepada lelaki dengan cara membuat para lelaki jatuh cinta padanya tentu dengan memberikan tubuhnya. Setelah puas dia mempermainkan hati para lelaki maka dia kemudian meninggalkan lelaki tersebut. Disisi yang lain, kehidupan ekonomi keluarganya memburuk. Ia dituntut untuk membantu kehidupan orang tua dan adik-adiknya.  Karena semua itu, pada akhirnya wanita tersebut menerjungkan dirinya dalam dunia pelacuran.

Maka pada saat wanita ini mulai merasa jenuh pada keadaannya, ia mulai membandingkan alur hidupnya dengan alur hidup orang-orang disekitarnya yang menurutnya jauh lebih baik daripada dirinya,  membuatnya kemudian  berada pada titik nadir, maka sang wanita mulai marah kepada Allah. Hadir pertanyaan-pertanyaan yang bernada marah dan kecewa kepada Allah. Dia bertanya, mengapa Allah mempertemukan dia dengan lelaki tersebut yang menjadi awal dari kehancuran dirinya. Kenapa dia dibiarkan melakukan perbuatan zina, kenapa Allah tidak mencegahnya? Bukankah dia punya kuasa untuk mencegah hal itu? Dan pada akhirnya ketika dia ditanya kenapa menjadi seorang pelacur maka dengan hati yang marah dia akan menjawab, “ini adalah takdir saya”. Apakah pernyataan seperti ini bisa dibenarkan?

Jawaban seperti ini adalah jawaban dimana manusia tersebut telah mencampur adukkan antara “takdir” yang merupakan ilmu Allah dengan “amal perbuatannya”. Agar tak muncul kebingungan maka mari coba kita bedah satu persatu :

Seperti yang saya jelaskan di atas, takdir adalah bagian dari tanda “maha” kekuasaan Allah dimana Ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Nah pertanyaannya, apakah ilmu Allah ini “diketahui” oleh manusia atau tidak? Apakah manusia dapat mengetahui apa yang akan terjadi pada dirinya sebentar, besok dan esok? Apakah manusia mengetahuinya? Jawabannya Adalah TIDAK. Mengapa? Karena tentang takdir adalah tentang ILMU Allah, Milik Allah, dan kepunya Allah. Atau bahasa kasarnya itu  adalah “URUSAN Allah”. Apakah manusia bisa mengurusi urusan milik Allah? Adakah manusia yang mampu mengetahui urusan Allah ini? Boro boro mengetahui urusan Allah, urusan diri sendiri saja manusia tidak sanggup dan malah harus meminta tolong kepada Allah. Jadi please sob, biarkan itu menjadi urusan Allah saja dan menjadi rahasiaNya karena kita tidak akan sanggup dan bahkan tidak akan pernah bisa mengetahui urusan Allah ini meski kita mencari “orang pintar” terhebat di dunia ini. lagipula “orang pintar” juga tidak bisa mengetahui urusannya di masa depan, apalagi mengurusi urusan kita. Gak usah sok-sok an mau baca atau mau tahu urusan ALLah. Jadi, TAKDIR ADALAH URUSAN ALLAH TITIK. Cukup sampai disitu pemahaman kita.

Lalu URUSAN kita apa? 

Urusan kita manusia adalah hanya dalam hal sebatas“amal perbuatan”. Mengapa? Karena dalam melakukan “amal perbuatan” Allah memberikan kebebasan “penuh” kepada manusia untuk bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Kebebasan penuh yang saya maksudkan disini adalah Allah tidak akan “langsung” dengan “datang” pada kamu memerintahkan kamu melakukan ini dan melarangmu melakukan itu, mencegahmu berbuat ini dan menyetujui kamu berbuat itu. Memukul tanganmu saat mencuri atau menghentikanmu saat kau sedang bermaksiat. No, Allah tidak akan “langsung” datang padamu seperti itu. Allah itu tidak gila urusan kayak kamu, Allah bukan bodyGuard kamu. So, Kamu mau kemana, mau pakai baju apa, mau berbuat apa, kamu sendiri yang bertindak dengan kekuasaan dan kebebasan penuh dirimu. Saya gak bisa membayangkan kalau itu terjadi. Halah, daya nalarku terlalu tinggi sampai berpikir betapa ribetnya hal itu kalau benar-benar terjadi, betapa anehnya dan betapa...lucu dunia manusia. Stop.!

Maka muncullah pertanyaan berikutnya, lalu dimanakah fungsi “Akal” yang menjadi anugerah kesempurnaan spesial dari Allah buat manusia, jikalau setiap manusia mau berbuat dan bertindak Allah swt langsung “turun tangan”. dimana?

Sebelum menjawab peranan Akal, kita harus menyadari dulu bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT maka. Dalam beribadah ada namanya “aturan main” yang dibuat oleh Allah untuk mengatur manusia agar dia bisa selamat dunia dan akhirat. Aturan main ini telah Allah tuangkan dalam kalamnya AL-Quran dan As-Sunnah yang saya sebut keduanya sebagai “penuntun”  hidup jalan manusia. Maka disinilah letak peranan Akal. Dimana Akal yang yang menjadi anugerah spesial dari Allah tersebut “digunakan”  dalam melakukan setiap amal perbuatan yang tentu akal wajib di bimbing oleh Al-Quran dan As-sunnah. Akal akan menjadi “penakar” dan “penimbang” apakah amal yang kita lakukan sudah sesuai dengan perintah Allah ataukah merupakan larangan Allah. Akal disini akan menjadi Kompas. Seperti kompas yang dapat menunjukkan mana arah utara selatan barat dan timur maka akal yang dipunyai manusia akan menunjukkan mana jalan ke surga dan mana jalan neraka. Tentu Akal yang sudah diberikan pemahaman Islam. Jadi Allah tidak perlu turun tangan secara langsung untuk “membuatmu” bertindak dan berbuat. Semua tindakan amal perbuatanmu berada di wilayah yang bisa kamu kuasai.

Dalam kehidupan dunia ini, Allahpun sebenarnya telah mewanti wanti kita agar jangan salah dalam melakukan sebuah perbuatan karena setiap perbuatan ada konsekuensi yang harus kita tangggung. Karena dunia ini terikat dengan hukum “Kaidah kausalitas” atau hukum “sebab akibat” yang berlaku. Misal Jika kita melakukan hal ini maka konsekunsinya ini, jika melakukan itu maka konsekuensinyapun itu. Jadi  Allah tidak pernah “memaksa” manusia dalam melakukan sebuah amal perbuatan tetapi manusia itu sendiri yang bebas berbuat dan bertindak atas kesadaran penuhnya.

Maka mari kita Lanjutkan bedah kisah wanita tersebut. Supaya lebih mengena dan efisien, jangan tersinggung yah, saya ganti kata “wanita” itu dengan kata “kamu”. 

Lanjut, Walaupun Allah yang mempertemukan kamu dengan si lelaki, pertanyaannya, apakah Allah yang memaksa kamu untuk pacaran dengan lelaki tersebut. Analognya, Allah turun ke bumi dan mengatakan kepada kamu,  “hambaKu yang cantik, berpacaranlah dengan orang tersebut, sebab ia ganteng dan lumayan dia banyak uangnya”. Allah yang memaksa atau kamu yang dengan “kemauanmu” sendiri yang “mau” ketika diajak untuk berpacaran? Tentu kamu sendiri yang bertindak dengan kesadaran penuhmu. Setelah itu karena aktifitas pacaran telah terjadi maka tentu menuntut kamu untuk selalu berduaan dengan sang pacar. Dan pada saat nafsu tidak dapat dikontrol maka terjadilah zina.  Apakah Allah yang memaksa kamu melakukan itu atau itu kemauanmu sendiri? Kemudian, orang bodoh-pun paham bahwa sudah menjadi aturan Alam bahwa “pembuahan” itu dihasilkan dari proses bertemunya sperma dengan sel telur. Ada berlaku hukum “sebab akibat” disana. Jadi jika pada pembuahan prosesnya sempurna dan kamupun hamil. Kamu syok dan tanpa merasa bersalah dan malu kamu mengaduh. “ Ya Allah, kenapa saya bisa hamil?” Kamu ingin menyalahkan Allah? Sementara kamu sendiri sudah tau hukum sebab akibat tersebut. Yah kecuali kalau kamu tidak mau disebut orang bodoh yang tak tau proses itu. Please deh. 

Selanjutnya, ternyata laki-laki itupun pada dasarnya hanya menginginkan madu kamu saja, dan setelah tau kamu sudah kebobolan, lelaki itu kemudian pergi meninggalkan kamu. Ketika dengan mudahnya kamu memberikan madumu pada lelaki yang belum sah menjadi suamimu dan kemudian kamu hanya menyisakan rasa sakit,  siapa yang harus disalahkan?
Maaf, mau menyela sedikit tentang hal ini. Sob, mana ada laki-laki sholeh yang mengambil madu dengan cara membobol?  Ingat, hanya pencuri atau penjahat yang melakukan pembobolan dan laki-laki yang sholeh tidak akan melakukan itu. Tau khan sifat pencuri dan penjahat? Setelah selesai membobol, kabur deh. Kecuali pencuri yang udah terlanjur “ketangkep basah”. :P

Lanjut, pada akhirnya kamu kemudian kecewa dengan makhluk yang bernama laki-laki dan membuat kamu mengangap bahwa semua laki-laki di dunia ini sama. Sehingga kamu-pun berniat balas dendam kepada laki-laki. Dan karena alasan himpitan ekonomi kamupun melakukannya demi mencari uang. Sehingga terjunlah kamu sekalian menjadi wanita pelacur dan menjadikannya sebagai sebuh pekerjaan. Hmm...pekerjaan apa coba yang maaf kerjanya hanya modal “goyangan” doang....? T T

Kembali ke kasus, mungkin ada yang bertanya, Jika Allah tau bahwa laki-laki tersebut akan membuat saya menjadi hancur mengapa Allah masih mempertemukan saya dengan Dia? Mengapa Allah tidak mencegahnya? Coba, jika seperti ini pertanyaannya, kira-kira apa jawabannya?

Sebenarnya saya susah hati untuk menjawab seperti ini. Tapi karena pertanyaan ini keluar dikarenakan ketidakpahaman dan pencampuran antara “takdir” dengan “amal” maka saya akan mencoba menjawab sesuai dengan ilmu yang saya pahami.

Sekali lagi, memang pertemuan kamu dengan lelaki tersebut tanpa sengaja adalah bagian “takdir”. Kenapa saya tau?  Ia, karena perkara ini sudah terjadi maka dengan berani saya menyebutnya sebagai takdir. Tapi apakah kedepannya kamu bisa menebak apakah kamu akan terus bertemu dengannya? Kemungkinan itu bisa terjadi jika kamu dan dia berjanji untuk bertemu. Dan kemungkinan untuk tidak bertemu juga ada jika kamu menolak untuk bertemu dengan dia. Semua menjadi pilihan kamu karena ini adalah sudah masuk dalam bentuk amal perbuatan yang dapat kamu kendalikan.

Untuk Allah...Yah, Allah tau. Tapi pertanyaannya apakah kamu tahu apa yang “diketahui” Allah?  Apakah ketika kamu bertemu dengan lelaki tersebut maka langsung muncul dalam pemikiran kamu, kamu langsung mengetahui, "hmm...ini lelaki yang dikemudian hari akan berzina dengan saya, yang membuat hamil saya dan kemudian akan meninggalkan saya.” Kamu bermimpi dan terlalu banyak menonton sinetron kelas rendahan. Tentu saja jawabannya Tidak...ketika bertemu kamu hanya tau bahwa dia adalah lelaki dengan wajah manis yang adalah anak juragan pete di daerahmu. That its. Itu saja. 

Pada dasarnya kamu sendiri yang bertindak ketika dia ajak kenalan. Kamu diberikan pilihan mau atau tidak. Setelah itu dia mulai ajak pacaran, kamu juga diberikan pilihan, mau atau tidak. Setelah itu ketika dia mengajakmu berzina, kamu bisa saja mau atau tidak dengan cara menamparnya sekeras-kerasya dan meneriakkan padanya bahwa “aku bukan wanita rendahan” dan kamu pergi dari situ. Maka bisa zina itu takkan terjadi.

Atau kita kembalikan kisah dari awal pertemuan saja karena disini letak perseteruannya. Jika kita jeli, dalam setiap “hasil” ada “proses” yang mendahuluinya. Jika kamu menolak untuk bertemu pada pertemuan yang dia minta. Maka semua cerita mulai dari pacaran, zina, hamil, kecewa dan pada akhirnya sampai menjadi pelacur itu tidak akan pernah terjadi.

INTINYA,

Kalaupun saat ini kamu adalah seorang pelacur, jika kamu memutuskan untuk berhenti saat ini juga untuk menjadi pelacur, menolak semua godaan uang yang menggiurkan, khan bisa? Coba, Apa Allah mencegahmu? Meski dunia memaksa dan menentangmu tetapi jika kamu bersikeras untuk merubahnya dengan kesadaran penuh beserta "tindakan nyata", maka tidak ada yang bisa menghadangmu. Kamu yang punya tubuh dan menguasainya, karena itu kamu yang melakukan usaha itu. Lagipula,  ketika kamu sudah berhenti menjadi pelacur maka kamu telah "pergi" dari takdir seorang pelacur "menuju" ke takdir seorang wanita baik-baik.

Mari belajar dari kisah Umar ra berikut ini

Khalifah Umar ibn al-Khaththab mengkritik Abu Ubaydah ketika ia mengaitkan masalah takdir dengan usaha manusia. 
Pada tahun berjangkitnya wabah penyakit thâ’ûn (pes), Khalifah Umar berangkat keluar dari Madinah menuju ke wilayah Syam. Sampai di suatu tempat dekat Tabuk, beliau ditemui oleh para panglima perang yaitu Abu Ubaydah ibn al-Jarrâh, Yazîd ibn Abi Sufyân, dan Syurahbîl ibn Hasanah. Mereka memberi informasi bahwa di negeri Syam tengah berjangkit wabah penyakit. Mereka juga menceritakan sebagian fakta dari wabah penyakit itu dan keganasannya. Khalifah ‘Umar menjadi khawatir mendengarnya. Pada sore harinya, Khalifah mengumpulkan para shahabat Muhajirin yang pertama-tama masuk Islam. Beliau mengajak bermusyawarah, apakah tetap akan melanjutkan perjalanan menuju Syam, sementara di sana terdapat wabah penyakit, ataukembali ke Madinah. Para shahabat Muhajirin berbeda pendapat. Di antara mereka ada yang berpendapat, “Khalifah, Anda keluar mencari ridha Allah dan pahala dari-Nya. Oleh karena itu, kami berpendapat, Anda tidak boleh terhalang oleh adanya bencana yang datang kepada diri Anda.” Yang lain berpendapat, “Karena di sana ada bencana dan wabah, kami berpendapat, Anda tidak perlu melanjutkan perjalanan menuju ke sana.”
Sahabat Anshar juga berbeda pendapat seperti halnya para shahabat Muhajirin. Mereka menyatakan pendapat yang sama seolah-olah pernah mendengar permusyawarahan sebelumnya, kemudian mengulanginya kembali.

Kemudian Khalifah ‘Umar ra kemudian mengumpulkan para shahabat yang berhijrah pada masa penaklukan kota Makkah yang terdiri dari orang-orang Quraisy. Beliau mengajak mereka bermusyawarah. Ternyata, tidak ada satu pun di antara mereka yang berbeda pendapat. Semuanya sepakat mengatakan, “Kembalilah Anda, wahai ‘Umar, beserta kaum Muslim, ke Madinah. Sebab, wabah tersebut adalah suatu bencana dan akan menghancurkan.”

Khalifah ‘Umar lantas memerintahkan Ibn ‘Abbas agar menyeru kaum Muslim untuk mempersiapkan keberangkatan mereka subuh keesokan harinya. Ketika tiba waktu subuh dan kaum Muslim telah melaksanakan shalat subuh, ‘Umar ra mengarahkan pandangannya kepada kaum Muslim seraya berkata, “Aku akan kembali ke Madinah. Oleh karena itu, hendaknya kalian pun kembali!”. Pada saat itu, Abu Ubaydah mendengarnya, sementara sebelumnya ia tidak menghadiri musyawarah Umar ra dan tidak mengetahui kesimpulannya. Tatkala mengetahui perintah Umar tersebut, ia berkata kepada Umar ra, “’Umar, apakah Anda akan lari dari takdir Allah?” . Umar merasa kecewa atas penentangan tersebut. Beliau kemudian menatap Abu Ubaydah dengan tajam beberapa saat. Tak lama kemudian beliau berkata, “Andaikata orang lain yang mengatakan begitu, wahai Abu ‘Ubaydah, tentulah pantas. Benar, aku lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain.
Beliau lalu menundukkan pandangannya dan meneruskan ucapannya, “Bagaimana pendapatmu seandainya ada seseorang yang mendiami suatu lembah yang mempunyai dua jenis tanah; yang satu subur dan yang lainnya tandus. Bukankah orang yang menggarap tanah yang tandus itu atas takdir Allah? Begitu juga orang yang menggarap tanah yang subur, bukankah atas takdir Allah pula?”

Percakapan antara shahabat Umar dengan Abû Ubaydah dan kritik Umar atas penentangannya menunjukkan bahwa kedua shahabat tersebut memahami bahwa takdir adalah ilmu Allah. Hanya saja, Umar memandang bahwa takdir Allah tidak berkaitan dengan obyek pembahasan hukum kaidah kausalitas. 
Berangkat ke wilayah Syam, sementara di sana tengah berkecamuk wabah penyakit thâ’ûn (pes), bisa saja mengantarkan manusia kepada kematian. Kembali ke kota Madinah berarti mengambil sebab yang mengantarkan pada keselamatan dari wabah penyakit thâ’ûn. Oleh karena itu, beliau mengkritik abu Ubaydah yang menentangnya dan berkata, “Andaikata orang lain yang mengatakan begitu, wahai Abû ‘Ubaydah, tentulah pantas.”. 
Umar malah tidak merasa cukup dengan kata-katanya itu. Beliau menjelaskan lebih lanjut bahwa pergi ke wilayah Syam adalah pergi dengan takdir Allah, sementara kembali ke kota Madinah adalah juga kembali dengan takdir Allah, yaitu dengan ilmu Allah.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa takdir tidak bisa dihubungkan dengan amal perbuatan. Di samping itu, seseorang tidak dibenarkan meninggalkan sebab-akibat hanya karena alsan takdir. Umar dan para shahabat, meskipun beriman kepada takdir Allah secara mutlak, mereka tidak pernah berserah diri terhadap keadaan yang telah ditakdirkan. Mereka justru mencari sebab (jalan) yang bisa menyelamatkan mereka dari keadaan. Oleh karena itu, tampak sangat jelas bahwa, berserah diri terhadap keadaan secara mutlak, yang biasa dikenal dengan qadriyah ghaibiyyah, bertentangan dengan Islam. bahkan, kita harus berusaha untuk mengubah keadaan atau menyelamatkan diri dari kondisi seperti itu. Demikian, seorang Mukmin

Saya sendiripun jikalau saya mau, saat ini juga saya bisa melepaskan jilbab dan khimar saya dan keluar dengan pakaian yang seksi di jalanan. “kalau saya mau” maka itu akan terjadi. Siapa yang mau menghentikan saya? Tapi saya memilih untuk tidak mau. Pilihan saya yang tidak mau adalah “amal perbuatan” saya yang menjadi urusan saya. Dan ketika saya berpindah dari masa jahiliyah ke masa islam maka saya telah memilih takdir saya. Untuk ini saya bersyukur sangat kepada Allah SWT atas hidayah yang dia beri.

Rasulullah SAW telah juga melarang para sahabatnya mencampur adukkan pemahaman takdir dengan amal perbuatan manusia yang dapat menyebabkan manusia tidak mau berusaha dalm hidupnya. Harus dipahami bahwa ada perbedaan antara apa yang harus diyakini dan apa yang harus dikerjakan.

Telah diriwayahkan dalam Shahih muslim dari Ali  bin Abi Thalib RA :

“Rasulullah SAW suatu hari pernah duduk duduk (bersama para sahabat). Di tangan beliau ada sepotong kayu. Lalu dengan kayu itu beliau menggores (tanah). Kemudian beliau mengangkat kepala dan berkata : “setiap kalian yang bernyawa sudah ditetapkan tmpatnya di surga atau di neraka. “para sahabat terkejut, lalu bertanya, “ kalau demikian ya Rasulullah, apa gunanya kita beramal? Apakah tidak lebih baik kita pasrah saja (pada takdir)? Beliau menjawab, “jangan, tetaplah beramal. Sebab, setiap orang akan dimudahkan oleh Allah jalan yang sudah ditentukan baginya. “lalu rasulullah membaca surat Al-Lail 5-10. (imam an-nawawi, shahih muslim, XVI/196-197)

Sesungguhnya islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan dengan bekal akal, kekuatan, persiapan tenaga dan ilmu agar ia mampu membedakan mana yang salah dan mana yang benar sebagai standar perbuatannya. Dengan demikian secara sukarela manusia akan memilih ( tanpa adanya unsur paksaan) kehendaknya sendiri. Sebab sesungguhnya takdir hanyalah pemberitahuan tentang ilmu Allah yang sangat luas, meliputi segala sesuatu. Ilmu Allah tidaklah pernah memaksa seseorang untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. (lihat : imam al-khattabi dalam Sayyid sabiq, aqidah islam al 151)

Tak ada seorang manusia-pun yang tahu apa yang tertulis bagi dirinya di lawh al-mahfuzh. Karenanya, tidak bisa "dibenarkan" jika ada seseorang yang berkata, “saya berbuat begini karena telah dituliskan oleh Allah swt di lawh al-mahfuzh harus berbuat begini.” Sebab darimana ia tahu bahwa Allah telah menuliskan perbuatan tersebuat baginya di lawh al-mahfuzh?

RAHASIA AMAL PERBUATAN

Kamu tau kenapa Allah SWT memberikanmu "kebebasan penuh" dalam bertindak? Karena Allah swt telah memberikanmu akal. Allah swt memastikan bahwa anugerah akal yang Ia beri jika kamu gunakan sesuai fungsinya maka kamu mampu "mengendalikan" semua perbuatanmu sesuai dengan apa yang diperintahkanNya, dan sekaligus "melawan" semua godaan yang menerpamu serta memilih jalan yang akan kamu tempuh. Karena keberadaan akal itulah yang menjadikan Allah swt "BERHAK" untuk "meminta pertanggung-jawaban" dalam setiap amal perbuatanmu di akhirat kelak. Selain memberikanmu akal Allah swt juga menurunkanmu Al-Quran dan As-Sunnah untuk menjadi penunjuk arah, maka itulah Allah swt  "BERHAK" pula untuk memasukanmu dalam Surga atau NerakaNya. 

Dari sini kita dapat menyimpulkan Rahasia dari amal adalah karena amal perbuatan manusia menghasilkan yang namanya "pahala" dan "dosa". Sementara "takdir" atau ilmu Allah swt tidak menghasilkan "pahala" dan "dosa' melainkan hanya "ilmu" Allah swt semata, yang notabene menjadi URUSAN Allah swt. Selanjutnya "pahala" dan "dosa" inilah yang akan "ditimbang" dalam timbangan Allah. "Hasil" dari timbangan inilah yang akan menentukkan apakah kamu berhak menerima surga-Nya Allah SWT atau berhak menerima Neraka-Nya Allah.

Rahasia dari amal perbuatan manusia sudah "terkuak". Hasil dari amal perbuatan manusia sudah "terkuak". Jika rahasia ini sudah terkuak, alasan apa lagi yang dapat kamu gunakan untuk "mengkambing-hitamkan" takdir atas segala kemaksiatan yang kamu lakukan. Alasan apa lagi yang dapat kamu gunakan untuk menyalahkan Allah swt atas apa yang menimpamu?
Manusia yang sudah mengetahui Rahasia dari amal perbuatan ini dan kemudian memahaminya maka insya Allah dia akan "bijak" dalam bertindak dan bertingkah laku. Sebab dia tau bahwa apa-pun yang dia lakukan dan apa yang akan dia perbuat akan diminta pertangging-jawaban di hadapan Allah swt kelak.

KESIMPULAN

Apapun amal perbuatan yang kamu lakukan hari ini, profesi yang kamu lakoni saat ini apakah memilih menjadi pelacur atau pedagang, menjadi dermawan ataukah penjahat, menjadi normal ataukah menjadi homoseksual,  apakah itu amal baik atau amal buruk itu merupakan pilihan kamu sendiri untuk mengerjakan. Karena semua itu tunduk pada kekuasaan “pilihanmu”.  
Mau berhenti jadi pelacur atau terus, mau berhenti jadi penjahat atau terus, mau terus menjadi homoseksual atau berhenti, semua itu berada dibawah kendali dirimu sendiri. Maka marilah kita jujur sejujur jujurnya pada diri kita sendiri, rasanya tak pantas dan hina jika kita menyalahkan Allah atas takdir yang menimpa kita. 

Hamba yang mengimani takdir dengan tidak mencampur addukkannya dengan amal perbuatan, ia akan “tegar” dalam mengarungi kehidupan. Jika Allah SWT memberikan kebaikkan ia bersyukur dan ketika diuji ia bersabar dan ikhlas. Ia siap menjadi “PETARUNG” dalam mengarungi dunia yang begitu penuh dengan segala godaan, bukan PECUNDANG yang suka mengkambing hitamkan takdir. 

Semoga dengan tulisan kecil ini dapat mengobati "luka" hati pada sang Khalik, bisa mengurai "kecewa" hati pada-Nya. Serta mampu menyemai kembali iman-iman  kita yang telah "rapuh" dan yang "hamir rapuh" dengan "menguatkanya". Terkhusus untuk diri ini yang masih jauh dari ikhlas dan sabar saat di uji olehNya. TT

Sehingga sajadah yang seharusnya usang karena tersentuh dahi bukan usang oleh  karena waktu dapat kita gelar kembali di atas bumi tempat kita berpijak.  

"Percayalah seperti kasih ibu yang luas pada anak-anaknya maka percayalah kasih Allah swt tentu "jauh lebih luwas". 

"Jangan putus asa atas kasih sayang dan rahmat dari Allah swt. Selama kita mencoba untuk "taat padaNya. Karena Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan hambanya yang sudah "berpayah-payah" untukNya.

Apa yang kalian semai hari ini maka itu pula yang akan kalian semai pada hari esok. Karena itu buatlah pilihan takdirmu sekarang, karena pilihan takdirmu sekarang akan menentukan Surga dan Neraka-mu. Memilih-lah selama hak memilih masih ditanganmu sebelum hak itu dicabut. Ingat, PETARUNG dan PECUNDANG akan mendapatkan tempat yang berbeda di akhirat kelak. So, selamat memilih. :)

Asiah Muslimah



Sumber:
Islam Politik dan Spritual, Hafidzh Abdurrahman, Al-Azhar press.
Materi Dasar Islam, Arief B. Iskandar, Al-Azhar press.
Kaidah kausalitas, majalah  Al-Wa’ie terbitan Beirut.

Saturday, December 19, 2015

TERSENYUMLAH, KARENA SENYUMMU ITU TEDUH..


Ini tentang seseorang yang mencuri pandanganku beberapa tahun yang lalu. Yang wajahnya, pandangannya menarik. Tapi lebih dari semua itu Senyumannya terasa "teduh" di hati setiap ia tersenyum padaku. Dan hanya karena sebuah kesalahan tak terduga, senyuman yang teduh itu hilang dari wajahnya padaku..dan karena itupula ia pergi selama 2 tahun dan kembali dengan membawa senyuman yang teduh itu. Tapi senyum itu bukan untukku, tapi untuk "tulang rusuk"nya yang sholehah. ah hati, kau telah kehilangan senyum yang teduh itu selamanya...

Akan ku ceritakan itu nanti insya Allah.

for. R.
meski diantara kita tak ada kisah , tapi dalam "diam" kita pernah memiliki cerita. Karena itu kumohon tetap tersenyumlah ketika bertemu denganku, karena tersenyum di depan saudara seakidahmu adalah ibadah...

Sunday, October 11, 2015

Benarkah Anak Perempuan Merepotkan?



Banyak laki-laki yang lebih menginginkan punya anak laki-lai daripada anak perempuan. Karena kata mereka anak perempua itu merepotkan! Benarkah?

Yah anak perempuan itu bukan hanya merepotkan, tapi sangat merepotkan. Dari kecil aja udah mahal beli bajunya, apalagi kalau sudah dewasa maka kebutuhannya bertambah banyak. Mulai dari  pakaiannya yang berbagai model, pernak perniknya, hand bodynya, make upnya, lulurnya, pengeluaran yang wajib tiap bulan dan masih banyak pengeluaran yang lainnya. Gimana sangat berat bukan?. Belum cukup sampai disitu, meski seorang ayah sudah memenuhi semua kebutuhan dunia-nya, ia tetap  dibebankan juga untuk menjadikan anak perempuannya menjadi wanita sholehah. Karena jika  anak perempuannya tidak sholehah maka lelaki yang notabene  adalah seorang "ayah" akan diseret paksa ke neraka, Sulit !.

Sudah habis-habisan menghidupi  mereka, dan pontang panting menjaga keamanan mereka ternyata setelah menikah, eh dibawa pergi pada akhirnya oleh suaminya. Hingga terkadang ia tidak bisa menjaga kedua orang tuanya yang sudah renta demi seorang lelaki yang baru dikenalnya ketika dewasa. Akhir yang rasanya tidak adil bagi seorang ayah yang sudah berkorban susah payah! jadi memang ternyata bukan hanya merepotkan tetapi juga merugikan. Hmmm...betul begitu?

Mungkin itu ada dalam pemikiran bagi seorang lelaki yang perhitungan. Tapi bagi seorang lelaki yang paham islam dia pasti menyadari bahwa sebenarnya mendapat rezeki anak perempuan itu adalah sebuah keberuntungan. Mengapa?

Tak tahukah seorang lelaki, bahwa pengabdian seorang wanita sebagai istri kepada seorang suami adalah "tiket" yang diberikan dirinya sebagai anak perempuan kepada ayahnya untuk dimasukkan ke dalam surga.

Ingat kisah ini, Dizaman Rasulullah ada seorang wanita yang ditinggalkan pergi oleh suaminya. Sebelum pergi suami tersebut berpesan pada istrinya untuk tidak boleh meninggalkan rumah selama dia pergi. Saat suaminya pergi beberapa saat kemudian, datanglah seorang utusan yang memberitahukan kepada wanita tersebut bahwa ayahnya sedang sakit keras dan ia diminta untuk datang segera ke rumah ayahnya. Namun karena teringat pesan dari suaminya, meski sedih dan gelisah wanita tersebut tetap tidak  beranjak dari rumahnya sampai suaminya pulang kerumah dan hanya menyampaikan permintaan maafnya untuk kedua orang tuanya kepada utusan tersebut. Utusan itu datang sampai ketiga kalinya, namun wanita tersebut tetap menolak untuk keluar dari rumah disebabkan tidak adanya izin keluar dari suaminya. Hingga utusan itu datang kembali dan memberitahukan bahwa ayah-nya telah meninggal dunia. Betapa sedihnya wanita tersebut mendengar kabar kematian ayahnya. Mengetahui kejadian tersebut, Rasulullah memerintahkan sahabat untuk menemui wanita tersebut dan memintanya untuk tidak bersedih sebab kepatuhannya pada perintah suaminya untuk tidak keluar dari rumah telah membuat Allah ridho pada wanita tersebut dan sebagai hadiahnya, Allah SWT telah memasukkan ayah wanita tersebut ke dalam surga.

Masya Allah, sungguh hanya dengan kepatuhan seorang wanita kepada suaminya, Allah menghadiahkan surga bagi ayahnya. Balasan yang menggiurkan bagi seorang ayah yang memiliki anak perempuan dan yang kemudian ikhlas melepasnya pergi mengikuti suaminya setelah dirawatnya dengan susah payah.

 Lagipula para ayah tak boleh "berat hati" ketika anak perempuannya pergi dengan dengan suaminya karena sebelum mereka merasakan hal "berat" itu mereka telah lebih dulu membuat lelaki yang lain merasakan perasaan yang "sama" dengan membawa pergi anak perempuan mereka dulu. :P

Maka bagi wanita yang menyayangi ayahnya namun belum mampu untuk membalas semua kebaikkan yang diberikan ayahnya selama ia masih hidup, kamu tetap punya kesempatan untuk membalas jasa mereka hanya dengan "patuh" pada suamimu... :)

Dan tak tahukah laki-laki bahwa Allah menjanjikan 1 pintu neraka  akan tertutup pada 1 anak perempuan yang dikirimkannya kepada mereka dengan syarat selama di dunia mereka menjaga anak perempuan mereka dengan baik sebelum ia mendapatkan imamnya, dan itu bukan pada anak laki-laki!.

Saya pernah membaca sebuah buku terjemahan dari timur tengah, maaf saya tidak dapat menyebutkan judul bukunya karena saya sudah lupa dikarenakan ingatan saya yang memudar. Tapi salah satu kisah dari buku tersebut sangat menyentuh hati saya, berikut kisahnya yang saya ceritakan dalam versi saya.

Ada seorang lelaki di timur tengah yang sangat mendambakan anak, tentu bagi orang arab, mempunyai anak lelaki adalah yang paling di inginkannya. Alkisah istrinya mengandung dan kemudian melahirkan anak perempuan. Meski sempat kecewa tetapi ia tetap menerima anak perempuan tersebut. Tahun berikutnya  istrinya kemudian melahirkan anak kedua mereka dan masih juga seorang perempuan. meski kecewa ia tetap menerima anak perempuan tersebut dan berharap mendapatkan anak lelaki di kemudian hari. Tahun berikutnya istrinya kembali melahirkan anak mereka yang ketiga. dan Allah masih berkendak untuk tetap memberikannya anak perempuan. Lelaki tersebut meskipun kecewa tetapi ia masih menyimpan harapan untuk tetap mendapatkan anak lelaki di tahun berikutnya lagi. Keinginan tinggal keingingan selama tiga tahun berikutnya, anak yang lahir dari rahim istrinya masih juga seorang perempuan. Kini ia sudah memiliki 6 anak perempuan. Lelaki tersebut kini merasa kecewa yang amat sangat kepada Allah. Hatinya kini begitu berat menerima 6 anak perempuan yang sekarang Allah titipkan kepadanya. Lelaki tersebut-pun kecewa dan marah pada Allah atas ketetapan yang Allah berikan kepadanya. Dia-pun mulai suka mengadu atas kemarahan dan kekecewaanya pada Allah dalam setiap sholatnya. Hingga setahun berikutnya istrinya mengandung anak mereka yang ke tujuh. Disini lelaki tersebut begitu menaruh harapan yang besar pada kehamilan istrinya yang ketujuh. Dengan harapan kelak yang lahir adalah seorang anak laki-laki. Jika Allah kembali memberikannya anak perempuan maka laki-laki tersebut memutuskan untuk tidak menerimanya. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi telah meninggal dunia. Dan karena begitu banyak dosa yang ia lakukan selama di dunia, lelaki tersebut kemudian diseret oleh malaikat untuk masuk kedalam pintu neraka yang pertama. Tetapi ajaibnya Malaikat tidak jadi memasukan ia kedalam pintu neraka yang pertama sebab di depan pintu tersebut telah dihalang oleh anak perempuannya yang pertama.

Gagal pada pintu pertama, malaikat kemudian menyeret lelaki tersebut menuju pintu neraka kedua. Namun lelaki tersebut tidak jadi dimasukan ke dalam neraka tersebut, karena di depan pintu neraka kedua telah dihalangi pula oleh anak perempuannya yang kedua.

Gagal pada pintu neraka kedua, malaikat kemudian menyeret lelaki tersebut menuju pintu neraka ketiga. Namun lelaki tersebut kembali tidak jadi dimasukan ke dalam neraka tersebut, karena di depan pintu neraka ketiga telah dihalangi kembali oleh anak perempuannya yang ketiga. Begitu seterusnya, hingga sampailah ia pada pintu neraka yang ketujuh. Pada pintu neraka yang ketujuh, malaikat memberitahunya bahwa ia sudah tidak punya lagi anak perempuan yang menghalanginya untuk masuk ke dalam neraka yang ketujuh. Hinga diseretlah ia masuk kedalam neraka yang ketujuh. Saat itulah dia terbangun dari mimpinya. Menyadari anggapannya yang keliru terhadap anak perempuan ia segera mendapati istrinya yang sedang mengandung. dan kemudian memohon ampun kepada Allah atas keinginannya yang khilaf. Dan dalam doanya yang terakhir, lelaki tersebut meminta dengan sangat kepada Allah agar anak yang lahir pada kehamilan istrinya yang ketujuh adalah seorang anak perempuan. Dan Allah memberkati lelaki tersebut dengan memberikannya seorang anak perempuan. Begitu bahagianya lelaki tersebut menerima anak perempuannya yang ketujuh, bahagia yang tidak dirasakannya pada kelahiran anak perempuannya yang sebelumnya. Karena Ia tau bahwa anak perempuan yang ketujuh akan menjadi pelengkap bagi dirinya untuk terhalang masuk pada neraka yang ketujuh. Maka setidaknya ia telah memiliki  7 penghalang pintu neraka melalui 7 anak perempuannya. 7 pintu yang disiapkan Allah di akhirat bagi manusia.

Masya Allah, ini adalah kisah nyata yang begitu menginspirasi diri saya sebagai seorang perempuan. Karena posisi saya adalah seorang perempuan, maka sebagai anak perempuan yang sangat menyayangi ayahnya, saya berharap bisa menjadi "penghalang" pintu neraka bagi ayah saya. Inilah salah satu alasan utama saya berusaha sekuat tenaga menjadi seorang wanita sholehah agar kelak saya dapat menolong ayah saya untuk menghalanginya masuk ke dalam neraka. Setidaknya itulah balasan terbesar yang dapat saya berikan kepada Ayah saya yang telah susah payah membanting keringatnya untuk membesarkan dan menghidupi saya. (Teringat di masa kecil ketika ia harus rela berlarian dikejar petugas karena ia menggelar dagangannya di kaki lima, bahkan tak sedikit ia harus merelakan tubuhnya disinggahi kayu pentungan yang mengakibatkan tuuhnya membiru. ah ayahku.... T T )
Setidaknya aku tidak sia-sia dijaganya selama ini. Insya Allah. Semoga aku bisa. Bantu aku sahabat dengan doa kalian yah.. :)

Rasulullah saw pun  bersabda ;
"Siapa yang diberikan rezeki anak-anak perempuan, kemudian ia bersabar dalam memperlakukan mereka, niscaya mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka"
(HR.Bukhari)

1 wanita = 1 pintu surga
1 wanita penghalang 1 pintu neraka.

Masih mengganggap anak perempuan itu merepotkan? maka satu kalimat untuk para calon Ayah....

"Hanya laki-laki bodoh yang menolak anak perempuannya"


Asiah Muslimah

Monday, September 7, 2015

Lelaki DAN Perawan


Ada saat dimana akupun harus membuat catatan buat lelaki, catatan tentang mereka yang tentu saja berhubungan dengan kaumku wanita. Yah, meski aku bukan lelaki. Aku membuat sebuah catatan kecil ini bukan untuk menyinggung, menghina ataupun merendahkan lelaki. Bagaimana mungkin aku begitu berani menghina "kaum" lelaki sementara Allah begitu meninggikan mereka dengan menjadikan mereka "imam" bagi para wanita.? tapi ada baiknya aku mengusik sedikit "kelelakian" mereka bukan untuk permusuhan tapi untuk persuaudaraan, karena bagaimanapun kita diciptakan untuk saling berdampingan. ^^

Saat ini aku melihat kenyataan bahwa lelaki selalu menilai "harga" wanita dari keperawanannya, sementara mereka sendiri "lupa" untuk menilai "harga" dari keperjakaan lelaki mereka.

Adalah fakta bahwa sebagian besar lelaki kelak menginginkan seorang istri yang tentunya masih "perawan". Akan nampak kekecewaan yang sangat besar pada raut wajahnya ketika di malam pertama dia harus menerima kenyataan pahit bahwa istrinya tak lagi perawan. Apalagi di zaman kapitalisme ini untuk mendapat wanita yang masih perawan sulitnya seperti "memilih kucing dalam karung". Untung buntung sama persentasenya. Karena itu banyak sekali slogan yang dibuat agar wanita zaman sekarang "kekeuh" menjaga perawannya. salah satu slogannya diantaranya adalah,

"wanita itu seperti porselen, jika retak maka tidak akan ada yang mau membelinya".

Untuk slogan ini saya sangat sangat sepakat. Namun rasanya tidak adil bagi saya jika hanya wanita yang dituntut untuk menjaga "keperawanannya" sementara lelaki tidak dituntut untuk menjaga "keperjakaannya". Yah, coba lihat saja, ada gak slogan yang mengkampanyekan hal tersebut misalnya,

"Lelaki sholeh adalah lelaki yang masih perjaka"

ada gak? yah gak ada. he..he... :p

Belum cukup sampai disitu, wanita harus rela dicap sebagai "Racun Dunia". Predikat yang diberikan oleh lelaki karena "gerah" melihat tingkah wanita yang semakin menjadi. Seolah olah wanita itu adalah biang penyebab lelaki itu binasa di dunia. Kaumku wanita memang Racun Dunia, tapi jangan lupa predikat sebagai "Perhiasan Dunia" juga milik kami andai kami menjadi sholehah. Predikat terbaik yang langsung diberi oleh Nabi kami tercinta yang notabene adalah seorang lelaki. ;)
Lalu apa hubungannya dengan lelaki? he..he...maaf, banyak.!

Kalau mau jujur, alasan terbesar rusaknya "perhiasan dunia" itu adalah karena lelaki. Faktanya, alasan wanita untuk tampil cantik dan seksi sekarang ini adalah karena banyak lelaki cenderung lebih tertarik pada wanita dengan gaya seperti itu. Bahkan semakin seksi maka semakin banyak pujian yang wanita dapatkan.

Dan jangan lupa, alasan wanita banyak yang kehilangan keperawanannya juga adalah karena lelaki sendiri yang rajin "mencurinya" atas nama cinta. Pasti lelaki yang naif akan mengajukan protesnya dengan dalih bahwa mereka juga ikut kehilangan keperjakaan mereka. Mungkin itu ada benarnya tetapi ingat, lelaki tak pernah ditanyakan Dunia,
"masih perjaka"?


Lelaki MENYAKITI LELAKI

Ini bukan tentang kisah sesama jenis, tapi persoalan keperawanan yang bukan hanya tentang lelaki menghancurkan wanita tetapi sebenarnya juga tentang seorang lelaki yang menyakiti lelaki yang lain. Bagaimana bisa?

Pernahkah sahabat mendengar sebuah lagu dangdut yang dinyanyikan oleh Mansyur S  dengan judulnya "Air Mata Perkawinan"?, dalam baitnya, dia bertutur betapa kecewa dirinya setelah mengetahui istrinya tak lagi perawan, bahkan dengan tegas dia bertanya, "katakanlah, siapakah orang (lelaki) yang telah mendahului aku? :P

Sebenarnya itu hanya perwakilan dari isi hati para lelaki yang lain yang tersakiti oleh sebab lelaki. Para lelaki tak pernah sadar bahwa jika mereka "mencuri" perawan wanita yang bukan istrinya, maka hakekatnya mereka telah "melukai" perasaan lelaki yang lain tersebut dengan mengambil yang bukan haknya.
Bukan itu saja, bahkan lelaki tersebut telah "merusak" jodoh lelaki yang lain andai wanita tersebut tak jadi dinikahi oleh lelaki. Lelaki telah berani "merusak" JODOH yang akan "dihadiahkan" Tuhan bagi hambaNya lelaki yang lain. Cukup berani kata aku!. Dan setelah itu saat akan menikah mereka getol memilih wanita yang masih perawan. . Sungguh hina bukan?

Sayang, karena mereka terkenal dengan slogan "manusia yang 99 % menggunakan akal" maka mereka tidak akan merasakan sampai disitu, kecuali jika mereka sudah berada pada posisi tersebut. Andai saja saat dia hendak "merusak" keperawanan seorang wanita, dia benar benar menggunakan akalnya bukan nafsunya maka lelaki itu akan berpikir, "bagaimana jika jodohnya dirusak pula oleh lelaki yang lain"? Dan jika itu benar benar terjadi, apa dia akan ridho? dan diam saja? tentu reaksi pertama yang akan dia lakukan saat itu adalah bertanya, "katakanlah, siapakah lelaki yang telah mendahului aku..? he...he...

Atau, anggaplah dia lelaki yang egois, yang mau untung sendiri sehingga meski alasan telah "merusak jodoh" dan "melukai hati" lelaki yang lain tidak begitu mengena di hatinya, maka andai lelaki itu masih punya nurani, hal yang harus muncul dalam benaknya adalah, "Bagaimana jika kakak perempuan atau adik perempuannya atau bahkan anak perempuannya sendiri "dirusak" oleh lelaki yang lain?
Apa reaksi lelaki tersebut? saya yakin seyakin yakinnya, jika dia adalah lelaki, saudara dari seorang perempuan dan Ayah dari seorang anak perempuan, yang masih mempunyai "harga" dari "kelakiannya" maka lelaki tersebut pasti bukan hanya bertanya, tetapi akan menuntut balas atas penghinaan tersebut. Karena itu, "cubit dulu kulit sendiri, tau sakitnya, dan akan seperti itulah sakit yang dirasakan oleh orang lain.


LELAKI SURGA

Menjaga kehormatan dan kesucian seorang wanita adalah sebuah "kewajiban" yang dibebankan Allah pada seluruh lelaki yang hidup di dunia ini, tanpa terkecuali.

Karena itu, jangankan untuk menjaga kehormatan dan kesucian wanita yang mempunyai hubungan darah dengan kita, menjaga kehormatan dan kesucian seorang wanita yang bukan sedarah dengan kita adalah "jihad" dimata Allah. 

Lihatlah kisah di masa Rasulullah SAW ketika ada seorang wanita muslim yang diganggu oleh lelaki yahudi, seorang lelaki muslim yang melihat kejadian itu tanpa berpikir panjang langsung menolong wanita tersebut hingga mengakibatkan dirinya terbunuh. Maka lelaki muslim tersebut oleh Rasul dikatakan sebagai lelaki penghuni surga. Bahkan setelah itu, Rasulullah SAW mengerahkan seluruh pasukannya untuk memerangi seluruh yahudi tersebut. 

Hal yang sama dilakukan oleh Khalifah Al-Muthasim Billah, demi mendengar teriakan seorang wanita yang auratnya "disingkap" oleh lelaki yahudi di kota Amuria, maka tanpa menunggu lama, Khalifah mengirimkan pasukannya untuk membalas pelecehan tersebut dengan menyerbu kota Amuria dan melibas seluruh pasukan Romawi . Pasukan yang dikirimkan-pun tidak tanggung-tanggung, sejarah mencatat bahwa kepala  pasukan Khalifah Al - Muthasim sudah masuk di kota Amuria tapi ekor pasukan masih di kota Bagdad. Ingat, itu demi kesucian "seorang" wanita saja.


Tapi yang menjadi "ironi" adalah, sekarang lelaki muslim telah menjadi "pasukan kolor ijo"...kenapa, karena jika itu dulu dilakukan secara individual sekarang telah menjadi beramai ramai, berkelompok bahkan berencana. Alasannyapun bermacam macam. Tapi apapun alasannya, Nafsu birahi adalah alasan dibalik semua itu. Saat melakukan kebejatan tersebut, Lelaki itu tidak sedikitpun berpikir seperti yang saya katakan di atas. Dan tanpa sedikitpun "TAKUT PADA ALLAH".
Karena itu, Bagi lelaki yang tak bisa menjaga keperjakannya jangan menuntut banyak. Jangan setelah kalian mencuri perawan wanita lain dan menghilangkan keperjakaan kalian, kalian masih menuntut lebih dan berharap lebih untuk mendapatkan wanita yg masih tersegel. Lihat, Kucing aja gak masalah meski dia mendapat "sisa" karena kucing lebih "tau diri" daripada "LELAKI". kalo gitu MALU SAMA KUCING dong! meong...meong...!


LELAKI YANG BAIK

Islam adalah agama yang mempersaudarakan manusia satu dengan manusia lain dengan ikatan akidah, otomatis menyatukan lelaki muslim dengan lelaki muslim yang lainnya. Karena itu janganlah menyakiti saudaramu dengan merusak jodohnya hingga melukai hatinya. Rasulullah SAW bersabda :

"Seorang Muslim adalah saudara muslim yang lain, ia tidak akan mendzoliminya dan tidak akan membiarkannya binasa..."

(Mutafaq Alaih dari Ibnu Umar) 
Maka, saudara yang baik adalah yang menjaga perasaan saudaranya...

Untuk Lelaki
Wanita adalah Hawa, sosok yang diciptakan dari tulang rusuk Adam yang bengkok. Karena itu yang dapat merubah wanita tentulah lelaki, karena itu aku meminta dengan tulus kepada para lelaki :

@ Bantu kami, jaga keperawanan kami! Jika kami menjual murah padamu, maka jangan jual murah pula dirimu. Ingatkan kami untuk "takut" pada Allah, jika kami tetap tak sadar, Hinalah kami dengan segala hinaan, dan tinggalkanlah kami. Dengan begitu engkau akan mendapat pahala dengan naungan surga yang sangat luas dari Allah SWT.


Rasulullah SAW bersabda :
"Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naunganNya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya, yaitu ....Seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan yang cantik dan berkedudukan untuk berina tetapi dia berkata "Aku takut kepada Allah!..."
(HR. Abu Hurairah)

Berbahagialah lelaki yang pernah melakukan hal ini, buat kalian...jempol 1000X. ;)

@ Jangan menilai kecantikan kami dari wajah kami atau putihya kulit kami, tapi lihatlah dari kecantikan akhlak kami karena wanita yang berakhlak baik akan "meneduhkan" hati kalian.

@ Jangan memilih kami karena keseksian tubuh kami, atau dari seberapa pendek pakaian kami, tapi lihatlah dari seberapa panjang jilbab (gamis) dan khimar (kerudung) yang kami kenakan untuk menjaga aurat kami. Yakinlah, semua wanita yang menutup auratnya di dunia ini melakukannya demi menjaga kehormatan suami mereka kelak. Tak percaya? tanyakan langsung padanya jika engkau berhasil mendapatkan wanita sholehah tersebut ;)


Untuk Kaumku...

"Jika kalian ingin menilai seorang lelaki penyayang atau tidak, maka lihatlah dari cara dia memperlakukan ibu dan saudara perempuannya".
Jika dia berlaku kasar kepada kedua wanita tersebut maka yakinlah dia akan berlaku kasar pula kepadamu dan sebaliknya jika dia berlaku baik kepada keduanya maka insya Allah dia akan berlaku baik pula kepadamu.


"Jika kalian ingin menilai seorang lelaki bertanggung jawab atau tidak, maka lihatlah bagaimana cara dia dalam menjaga keamanan ibu dan saudara perempuannya." Jika dia menjaga keduanya dengan baik dalam pemeliharaannya maka insya Allah dia akan menjagamu dengan baik pula begitupun sebaliknya.

LELAKI ITU SEPERTI....?

Lelaki yang suka melihat Aurat wanita adalah seperti "Pencuri" yang mengambil barang dengan" matanya" bukan dengan "tangannya".


Lelaki yang mencuri start sebelum wanita itu halal untuknya adalah seperti "Saudagar" yang berdagang dengan "tubuhnya" bukan dengan "hartanya"

Lelaki yang suka meniduri wanita adalah seperti "Kesatria" yang berperang dengan "kemaluannya"...bukan dengan "pedangnya"..


Lelaki yang suka melecehkan wanita adalah seperti "Panglima" yang bertempur di "kamar tidur" bukan di "medan perangnya".

 
Lelaki yang suka memukul wanita adalah seperti "Jendral" yang ditakuti karena "mulutnya" bukan karena "strategi" perangnya.

Lelaki yang meninggalkan sholatnya adalah seperti "Kapten" yang mengarungi samudera dengan "bambu rakitnya" bukan dengan "kapalnya".

DAN...
Lelaki yang menjaga kehormatan wanita adalah  seperti "Raja" yang Hebat karena "kemuliaanya" bukan karena "kebengisannya".

Lelaki yang menjaga kemaluannya adalah "Mukmin" yang mulia karena "keimanannya" bukan karena "ketampanannya".


Asiah Muslimah