BIDADARI SURGA ASIAH

Tuesday, December 3, 2013

SEGALA TENTANG JODOH




Pernakah sahabat mendengar sebuah pepatah, "Kalau jodoh takkan lari kemana”? yah, itu adalah sebuah pepatah kecil tapi sangat besar maknanya. Apa itu? Artinya, “jodoh itu pasti”. Seberapa besar upaya kita mengejar seseorang, mencintai seseorang, menyayangi seseorang, sehingga rela mengorbankan segalanya baginya. Namun, kalau dia bukan jodoh kita, maka kita tidak akan pernah mendapatkannya. Sebaliknya seberapa besar dan seberapa kuat kita lari menghindarinya, tapi jika dia adalah jodoh maka kita pasti akan tetap datang padanya suka atau tak suka. Ada yang masih kurang yakin?
Sebenarnya pepatah ini bukan pepatah asal pepatah, tapi pepatah ini dibuat berdasarkan dari hadits Rasulullah saw, yaitu :

" Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah. Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (40 hari). Kemudian menjadi gumpalan seperti sekerat daging selama itu pula. Kemudian diutus kepadanya seorang Malaikat maka ia meniupkan ruh kepadanya dan ditetapkan empat perkara, ditentukan rezkinya, jodohnya, ajalnya, amalnya, sengsara atau bahagia...." (HR. Bukhari 6/303 -Fathul Bari dan Muslim 2643, shahih)

Artinya, bersamaan ketika ruh ditiupkan pada rahim sang ibu, Allah telah menetapkan padanya empat hal yaitu, rezkinya, jodohnya, ajalnya dan kehidupannya apakah sengsara atau bahagia, yang ditulis-Nya dalam kitab Lauful Mahfuz.


Itulah mengapa, orang-orang yang melakukan aktifitas pacaran untuk mendapatkan jodoh, saya menganggap mereka “takut” kehabisan jodoh. Padahal harusnya mereka tidak perlu khawatir dan panik. Jadi tentang jodoh, Allah sudah menuliskan bahwa si mita jodohnya si ono, si winda jodohnya si anton,..dan itu sudah pasti.

JODOH ILMU PASTI

Kenapa pasti? Yah, karena jodoh sudah merupakan ketentuan Allah yang ditulisnya dalam kitab Lauful Mahfuz-Nya. Sehingga, hanya “jodolah” yang akan berhasil melewati segala haling rintang yang menghadang, karena hanya "jodohlah" yang bisa meruntuhkan semua perbedaan itu.

Sementara yang “bukan jodoh” maka walaupun tak ada halang yang merintang, jodoh takan bisa sanggup untuk melewatinya sekuat apapun dia berusaha. Walaupun tak ada perbedaan, yang “bukan jodoh” takkan sanggup menyatukannya. Seperti kisah sahabat saya yang dituturkannya pada saya, mengapa ia tak jadi menikah? Berikut penuturannya:

"ketika itu, aku hendak dijodohkan oleh saudaraku dengan seorang lelaki. Saat itu aku berat menerima perjodohan tersebut karena aku ingin jodohku itu datang secara tidak sengaja. Seperti yang terjadi pada kebanyakan orang. Tapi setelah bertemu dengannya dan mendengar perkataannya yang bersedia menerima aku apa adanya, hatiku luluh dan aku-pun tersentuh olehnya. Kami-pun pun mempersiapkan pernikahan kami dan merancang rencana masa depan.

Sebagai wanita yang cukup punya pemahaman islam, materi bagiku bukanlah segalanya. Jadi ketika Lelaki itu datang dan berkata, ia hanya punya sedikit kemampuan dalam hal materi, aku tidak mempermasalahkannya. Aku ingin mempermudah perjalanan jodohku, dengan menerima berapa-pun yang bisa ia berikan untuk persiapan pernikahan kami. Aku teringat ketika dia bertanya kepadaku, “mahar apa yang ukhti minta?”. Aku mengatakan kepadanya “berikanlah apa yang menjadi kemampuan akhi, karena aku tak pernah ingin memberatkan diri akhi”. Dia memaksa, akhirnya aku meminta kepadanya sebuah mahar berupa buku lengkap tafsir Ibnu Katsir. Dia tertawa.

Keluargaku ingin membuat sebuah pesta yang cukup besar. Tentu biayanya bukan sedikit. Biasanya dalam adat kami pihak laki-laki harus ikut menanggung. Tapi aku tau, dia tak mampu untuk menanggung biaya sebesar itu. Tapi sekali lagi aku ingin mempermudah perjalanan jodohku. maka aku merayu keluargaku untuk tidak memaksanya menanggung biaya pesta, dia hanya memberikan sekemampuannya saja, mungkin untuk akad nikah. Dan pada akhirnya keluargaku yang menanggung biaya pesta tersebut dan dia cukup “duduk manis” di pelaminan.

Kami akan mengadakan pernikahan islami yang sesuai dengan pernikahan cara Rasulullah, yaitu memisahkan tempat pesta antara perempuan dan laki-laki. Jenis pernikahan semacam ini masih dianggap tabu oleh masyarakat terutama oleh keluarga besarku yang sedikit banyak masih mengikuti adat nenek moyang. Dan bayangkanlah penentangan yang akan aku dapatkan jika aku bermaksud menyelenggarakan pesta seperti itu. Kemudian, karena pesta akan dilaksanakan dirumah mempelai perempuan, alias dirumahku, maka sekali lagi, calon suamiku pun memberikan aku tugas besar yaitu membicarakan bentuk pernikahan ini dengan keluargaku. Saat berunding dengan keluargaku, aku memang sengaja memintanya untuk tidak ikut terlibat. Padahal dalam beberapa kisah pernikahan seperti itu, calon pengantin laki-laki ikut membantu sang perempuan dengan cara datang dan berunding langsung dengan keluarga perempuan. Aku melakukan itu, tidak lain karena aku ingin calon suamiku tidak tersakiti hatinya oleh keluargaku yang tidak paham dengan aturan islam. Aku ingin hati dan pikirannya selalu terjaga dan baik. Dan sekali lagi, aku ingin mempermudah perjalanan jodohku. Jadi tugas melobi kulakukan seorang diri.

Menghadapi keluarga besar aku meminta sambil memohon dengan air mata. Walaupun sempat mendapat penentangan keras, alhamdulillah, keluarga besarku setuju, rintangan keluarga berhasil kulalui. Keluarga-pun menentukan tanggal pernikahan, sembari menunggu hitungan hari keluargaku mulai menyiapkan segala persiapan pernikahan. Namun, berselang beberapa waktu kemudian, tiba-tiba dia menelponku kembali, dan meminta memajukan waktu pernikahan.

Waktu itu aku bingung harus menjwab apa karena itu adalah keputusan keluarga besarku dan kala penetapan itupun, aku memberitahukannya, dan ia menyetujuinya waktu itu. Dan kondisi saat ia menelponku-pun aku tidak berada di kota-ku, aku baru saja tiba di kota lain hendak melakukan amanah dakwah, dan masih dalam kondisi lelah. Aku mengatakan padanya, sulit rasanya untuk memajukan tanggal pernikahan, banyak alasan yang kuajukan padanya. Tapi alasan terbesarku adalah, aku menunggu kedatangan paman dan bibiku yang mempunyai otoritas dalam menjaga pernikahan agar tetap berjalan sesuai aturan islam. Dan juga tidak mudah hanya dalam waktu yang singkat menyiapkan pesta. Tanpa aku menduga, dia langsung memutuskanku malam itu juga, tanpa pernah berpikir alasanku itu syar’i dan yang terpenting adalah, bagaimana dengan perasaanku?.
Malam itu, Saat mendengar keputusannya aku hanya terdiam, hatiku kecewa saat itu.... Andai ia tau, aku bukan orang yang mudah yakin dan percaya pada seseorang, apalagi ini tentang urusan masa depan, yah, itu adalah sesuatu yang berat bagiku....

Andai ia tau, berapa tetes air mata yang harus menemaniku dalam sholatku sampai aku bisa yakin, bahwa dia adalah jodohku.

Andai ia tau, aku mempermudah maharnya, dan tidak menuntut sesuatu apapun dalam hal materi sebagai bukti bahwa aku menerimanya dengan ikhlas dan tidak ingin menyusahkannya.

Andai ia tau, aku harus menghadapi keluarga besarku dalam melaksanakan pernikahan islami seorang diri. Hari-hariku dipenuhi ketegangan, aku melakukan lobi disana dan disini, aku meminta dan merayu keluargaku yang memiliki pengaruh, dan diselingi air mata agar keluargaku kasihan padaku. Tanpa meminta keterlibatnnya. Dan pada akhirnya aku berhasil.

Tapi hasil akhir yang kudapat adalah sebuah kata “putus”, dan dia memutuskanku disaat aku sedang berada di sebuah kota lain menunaikan amanah dakwahku di malam pergantian tahun baru.

Malam itu, sebenarnya aku masih berusaha mempertahankan rencana pernikahan kami walau saat itu aku sedang tidak sehat menerima telponnya. Aku memberikannya begitu banyak penjelasan, beberapa kali kucoba meminta pengertiannya, panjang lebar kujelaskan konsekuensi buruk apa yang akan kami berdua hadapi ketika pernikahan itu dimajukan, dan berharap dia mau mengerti. Tapi semua itu dimentahkannya hanya dengan tiga kata “aku tak bisa”, dan aku kaget mengetahui sikapnya itu.

Disitulah kusadari letak ke-egoisan-nya, dan ketidak-syukuran-nya terhadap semua pengorbanan yang kulakukan. Aku, tak pernah mengira dia akan seegois itu, dan mengeluarkan kata putus hanya karena alasan yang menurut semua orang sangat sepele, "perbedaan tanggal pernikahan". Aku bahkan sempat berpikir, mungkin-pun sebenarnya dari awal taarufan kami, dia berat menjalani bersamaku, tapi tak ingin diungkapkannya.  Sehingga pada akhirnya dia mencari alasan diakhir perjalanan proses pernikahan kami. Tapi itu justru melukai-ku disaat perjalanan pernikahan kami sudah hampir menuju finish. Aku tak pernah mengerti. Saat itu aku juga berpikir, apakah dia lupa bahwa posisiku adalah seorang wanita? Sehingga aku tak mungkin meminta dan memohon untuk yang kedua kalinya?

Esok paginya aku tetap melaksanakan tugas amanah dakwaku, dan setelah itu kembali ke kota tempat tinggalku dan tidak membayangkan berita ini di dengar oleh keluargaku. Saat itu aku mengatakan pada keluargaku, bahwa aku yang memutuskannya karena merasa tidak ada kecocokkan. Maaf, aku harus berbohong agar ia tidak disalahkan dan dikatakan sebagai laki-laki yang tidak bersyukur atas semua kemudahan yang dia dapatkan. Aku menempatkan diri sebagai posisi yang bersalah, aku dimarahi habis oleh kedua orang tuaku dengan alasan mengambil keputusan sepihak. Dan aku melihat gulir kecewa mereka terhadap diriku. Belum ditambah keluarga besarku yang sudah susah payah menyiapkan segala sesuatunya. Aku melindungi kehormatannya dihadapan keluargaku karena tak ingin dia dicela...

Yah, aku kecewa. Tapi dipihak lain aku bersyukur kepada Rabbku, penolakannya kepadaku setelah semua kemudahan yang kuberikan kepadanya menunjukkan siapa dia sebenarnya. Dia sempat membuatku trauma untuk mencoba memulai hubungan lagi. Aku takut mendapatkan laki-laki dengan karakter seperti dia.

Namun Seiring waktu berjalan, pelan-pelan kuhapus semua kekecewaanku, dan rasa syukur itu telah membalut hatiku. Akupun berpikir, dia memang bukan yang terbaik untukku. Karena, hanyalah yang terbaik diantara yang baik yang akan menjadi jodohku. Terakhir kudengar ia sudah menikah dengan wanita lain. Dan aku tetap mendoakan kebaikkan pernikahannya agar menjadi keluarga yang sakinah mawaddah dan warahmah. Tak ada rasa benci, dendam apalagi amarah."

Bagimana, dengan kisah sahabat saya tadi, cukup menyedihkan bukan? Tapi begitulah, jalan yang bukan jodoh. Akan selalu saja ada alasan, yang datang untuk memutuskan entah itu di awal saat memulai, ditengah, bahkan ketika sudah hampir sampai di pelaminan. Bahkan hal-hal kecil yang tak pernah kita duga sama sekali-pun dapat menjadi alasan, putusnya sebuah ikatan.


JODOH CERMINAN DIRIMU.

Saya sangat menyukai Ustd. AA Gymnastiar, ketika ia bercerita tentang jodoh. Beliau mengatakan bahwa, “jodoh itu sebenarnya adalah cerminan dari diri kita”. Jadi kita sebenarnya bisa mengukur seberapa baik dan sholeh jodoh kita dengan mengukurnya dari diri kita sendiri. Yah…Allah akan memberikan jodoh sesuai dengan keimanan hambanya. Allah berfirman dalam surah-Nya :

“ Wanita –wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat Wanita –wanita yang keji (pula), dan Wanita –wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk Wanita –wanita yang baik (pula)…..” (QS. An-Nuur : 26)

Janganlah heran jika kita melihat fakta bahwa, laki-laki yang tidak mempunyai pemahaman islam, ia akan “cenderung” jatuh cinta pada wanita yang tidak mempunyai pemahaman islam, dan sebaliknya juga pada wanita yang tidak mempunyai pemahaman islam. Contoh, laki-laki yang bebas tanpa suka diatur oleh agama akan lebih menyukai perempuan yang bebas dan berpenampilan seksi daripada menyukai perempuan taat yang menutup auratnya.

Begitupun laki-laki yang berpemahaman islam, ia akan “cenderung” jatuh cinta pada wanita yang berpemahaman islam, dan sebaliknya juga pada wanita yang berpemahaman islam. Contohnya, seorang  “ikhwan” akan menyukai seorang “akhwat” karena ketundukannya pada Rabb-nya.

Rahasia yang sebenarnya adalah, Allah-lah yang memberikan “kecenderungan” itu, untuk mengarahkan “hati” agar ia "jatuh cinta" pada “hamba” yang sesuai dengan "kadar keimanannya" kepada-Nya.  "Bukan" karena andil hati kita.

Ustad-pun bertutur bahwa, jika disaat ini engkau sedang melakukan kemaksiatan maka bisa jadi jodohmu pun dalam waktu yang sama, dan ditempat yang berbeda sedang melakukan kemaksiatan pula. Dan sebaliknya, jika disaat ini engkau sedang melakukan kebaikan maka yakinlah jodohmu dalam waktu yang sama, dan ditempat yang berbeda sedang melakukan kebaikan pula. Apabila disaat ini engkau sedang berusaha memperbaiki dirimu menjadi wanita sholehah maka yakinlah dalam waktu yang sama, dan ditempat yang lain, jodohmu sedang berusaha memperbaiki dirinya menjadi lelaki sholehah pula. Ketika Allah merasa bahwa kalian berdua sudah pantas dan layak, maka Allah akan mempertemukan kalian berdua dengan cara-Nya dan pada waktu yang indah. Subhanaullah.

Setelah mendengar perkataan ustad seperti itu, saya menjadi termotivasi untuk berubah menjadi yang lebih baik. kadang disaat saya sedang melakukan perbuatan baik, saya suka senyum-senyum sendiri karena membayangkan jodoh saya pasti disaat yang sama dan ditempat yang berbeda sedang melakukan perbuatan baik pula. Begitupun ketika saya melakukan perbuatan buru, hati saya-pun bersedih karena membayangkan pasti jodoh saya diwaktu yang sama dan ditempat yang berbeda sedang melakukan perbuatan buruk pula. Jadi, jika saat ini  saya sedang berusaha memperbaiki diri, maka saat ini pula jodoh saya sedang berusaha memperbaiki dirinya. Insya Allah.

Tapi jangan sampai kita memaknai perkataan ustad ini dengan "pandangan sempit", bahwa bagaimana  mungkin perbuatan orang lain berdampak pada orang lain pula. Tapi maknailah dengan "pandangan luas" bahwa "Jodoh adalah cerminan dari diri kita".  
Karena itu jika kita menyukai seseorang dan kita melihat bahwa keimanannya jauh di atas keimanan kita, maka lakukanlah ikhtiar. Apa itu? Perbaikilah terus diri dan keimanan kita sampai Allah merasa kita sudah pantas untuk menjadi pendamping yang soleh bagi kehidupannya.


CINTA DITOLAK DUKUN BERTINDAK.

Zaman boleh modern, gaya boleh berkembang, teknologi boleh canggih, tapi siapa yang menyangka, masih banyak orang di seantero jagat ini yang suka main belakang alias lewat dunia perdukunan. Saya awalnya tak pernah percaya dengan hal hal seperti ini, tapi setelah melihat sendiri kejadian kejadian yang menimpa beberapa sahabat saya, maka saya mempercayai ini ada walau tak nyata.

Beberapa orang ketika mereka sangat menyukai seseorang, dan orang yang mereka sukai tidak membalas cinta mereka alias cintanya yang bertepuk sebelah tangan, mereka mengambil jalan pintas dengan memakai bantuan dukun. Meminta sang dukun membuat orang yang dicintainya mencintai mereka. Tapi tak tahukah bagi orang yang suka main dukun, bahwa mereka telah tertipu dengan dukun dan jin yang membantu sang dukun. Berpikirlah!, kecenderungan rasa cinta dan suka, Allah-lah yang memberikannya. Lalu bagaimana mungkin seseorang yang awalnya tak suka bisa tiba tiba menjadi menyukai mereka?

Saya akan memberitahukan kalian, sedikit rahasia tentang ini. Sebenarnya seseorang yang kita cintai walaupun setelah kita mendukuninya tiba tiba langsung mencintai kita, maka sebenarnya rasa cintanya itu adalah tipuan dan tentu jika begitu maka kita-pun tertipu. Bagaimana bisa kita ikut tertipu? Beberapa jin akan diminta untuk masuk dan berdiam kedalam tubuh orang yang kita cintai tersebut. Jin-jin tersebut kemudian memainkan "sihir" mereka dalam tubuhnya, sehingga orang yang kita cintai tersebut bisa menyukai kita. Tapi ingat-lah, kerena ini bukan murni perasaan yang dibangkitkan oleh Allah, tapi melalui "sihir" dan "sihir itu tidak abadi", maka suatu saat orang yang kita cintai, tidak akan mencintai kita lagi, ketika sihirnya hilang. Jadi sebenarnya yang menyukai kita bukan manusia tapi jin yang masuk ke dalam orang yang kita cintai tersebut....ih ngeri khan... Tanya aja ustad kalo tak percaya.!

Sebenarnya jika kita "yakin" tentang perkara jodoh, walaupun kita tidak main dukun, kalo memang dia jodoh kita maka kita akan mendapatkannya. Dan kalaupun kita main dukun, kalo bukan jodoh kita, maka kita tidak akan mendapatkannya, walau kita mencari dukun sakti mandra guna.

Karena saya adalah perempuan maka saya ingin mengatakan kepada para lelaki, “Jadilah kalian, pejuang cinta yang fair, yang jujur dalam mencintai dan dicintai dengan mengarahkannya sesuai yang dituntun oleh aturan Allah. Bukan dengan melakukan cara cara kotor, semisal main dukun atau memperkosa dirinya sebelum nikah walau itu dilakukan atas dasar suka sama suka. Disitulah letak kejatuhan harga diri engkau sebagai seorang lelaki. Jika anda jantan, ayo langsung datang dirumah....peace.."


JANGAN KECEWA JIKA ANDA DITOLAK.

Rasa kecewa adalah bagian yang akan ada ketika kita ditolak atau diputuskan. Silahkan anda kecewa dengan si makhluknya. Dan kekecewaan yang seperti ini boleh dan wajar. Rasanya aneh jika anda tidak kecewa. Dan Jikapun hati ingin menangis ketika ditolak, maka menangislah, sekuat dan sekeras yang kita mau tapi ingat, cukup hanya satu kali. Jangan ada tangisan untuk yang kedua atau untuk ketiga kalinya. Sebab tangisan yang pertama adalah tangisan yang menandakan bahwa kita manusia yang punya hati yang bisa kecewa dan terluka, dan kita memang harus menangis, jika tak bisa menagis, paksalah diri kita untuk menangis. Tangisan yang pertama akan membuat kita lega. Tapi janganlah kita melanjutkannya pada tangisan yang kedua, atau yang ketiga, karena tangisan yang sesudahnya hanya akan membuat kita meratap sehingga membuat kita tidak ridho pada ketentuan-Nya. Karena itu, jangan larut dalam tangis jika cinta kita ditolak.

Jangan pernah berpikir pula, untuk "meng-akhiri hidup" ketika cinta tak kesampaian. Kenapa, karena orang yang "meng-akhiri hidupnya" adalah para "PECUNDANG SEJATI". Kemudian, jika dengan "Mati" membuat perkara kita akan "selesai" sehingga tidak merasakan sakit, maka silahkan semua orang yang ditolak cintanya atau cintanya yang tidak kesampaian mengambil "mati" sebagai penyelesaian akhir. Tapi "masalahnya", "sesudah mati" maka ada perkara lain yang "menanti", apa itu? "sebuah pertanggung jawaban". Dan orang yang meninggal karena "bunuh diri" maka Allah, "mengharamkan" surga untuknya. Bayangkan, berapa besar "kerugian" kita jika kita memilih untuk "bunuh diri" hanya karena persoalan cinta? Orang yang menolak cinta kita hidup bahagia dengan pendampinya sementara kita "Masuk Neraka Abadi" bersama orang-orang kafir. Allah SWT berfirman :

“ Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." ( QS. Yusuf : 87 )


Ingatlah, perjalanan cinta yang ditolak atau tidak kesampaian adalah sebuah "fase" atau "tahap" untuk mendapatkan "cinta sejati". Bagian dari "alur kehidupan" agar kita bisa "menghargai" cinta ketika mendapatkannya. Dan orang yang terus memperjuangkannya adalah "PEJUANG SEJATI". 
Jika "pintu" kebahagiaan yang kita "harapkan" telah "tertutup", maka carilah "Kebahagiaan" pada "pintu" yang lain. Karena kita-pun "berhak" untuk "BAHAGIA"

Lagipula, "kehidupan" bukan hanya soal cinta, tapi soal bagaimana kita bisa beribadah kepada Allah, mencari sebanyak-banyaknya amal untuk persiapan akhirat kelak.

Seorang muslim harus berprasangka baik kepada Allah. Percayalah bahwa jika ada satu diantara manusia diruang waktu ini yang tidak menyukai kita dan mengecewakan hati kita pada saat ini, maka pasti diruang waktu yang sama dan di tempat yang berbeda pasti ada yang menyayangi diri kita, dan tanpa sadar sedang meminta dalam tulus doanya kepada Allah, mengharapkan kita menjadi pendampingnya.

Kemudian, Jangan pernah lupa, rasa suka dan rasa tidak suka saya, engkau dan orang lain disana semua berasal dari sang Pencipta bukan karena kita. Dialah Allah yang berperan penting dalam suka atau tidak sukanya orang kepada kita. Jadi jika kita ingin disukai oleh orang yang menyukai kita maka hal utama yang harus kita lakukan adalah membuat Allah menyukai kita terlebih dahulu. Bagaimana caranya, jadilah orang orang sholeh yang melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya. Jika Allah menyukai kita, maka bisa jadi Allah akan memberikan orang yang kita sukai bahkan memberikan orang yang bukan hanya sekedar menyukai kita tetapi orang yang bersedia berkorban untuk kita. Suit…suit…^^


ALLAH TAU SIAPA YANG TERBAIK BUAT KITA

Allah berfirman dalam surahnya :

“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jdi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” ( QS. Al-Baqarah : 216)

Seorang muslim harus bertawakal dalam menyerahkan urusannya kepada Allah. Apalagi dalam masalah jodoh. Bukankah Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Yang maha mengetahui segala sesuatunya, yang tersembunyi maupun tidak, yang awal maupun yang akhir….lalu kenapa kita mesti ragu, dengan pilihan jodohnya kepada kita?

Saya mengibaratkan jodoh itu seperti memiliki sepasang sepatu. Setiap orang selalu yakin bahwa kenyamanan memakai sepatu akan didapatkan ketika kita menemukan ukuran sepatu yang pas dengan kaki kita. Tapi pertanyaannya, apakah benar hanya dengan standar ukuran sepatu yang pas dengan kaki kita, maka jaminan kenyamanan itu akan ada ketika kita memakainya? Sejujurnya ada kondisi lain dimana kenyamanan itu bukan hanya terletak pada ukuran sepatu yang pas di kaki. Yaitu pada beberapa kondisi yang pertama. Jenis sepatunya? Yang kedua, dijalan seperti apa sepatu itu akan dipijakkan ? dan yang ketiga, dengan apa sepatu itu akan dipasangkan.?

Pada kondisi pertama, kita tetap memakai sepatu yang pas di kaki kita, namun kita pasti tetap memperhatikan jenis sepatu apa yang kita pakai jika berada dalam acara atau tempat tertentu. Seorang petani yang bekerja di sawah pasti akan sangat kesulitan melangkah jika memakai sepatu kets ke sawah. Alhasil maka kakinya akan mudah tenggelam dalam lumpur sawah dan pasti lumpur-pun akan ikut masuk kedalam sepatu. Tetapi jika ia memakai jenis sepatu boats ketika ke sawah maka dia akan mudah berjalan diantara lumpur yang ada. Jadi jenis sepatu yang akan kita pakai tergantung kita dengan kondisi tempat dimana kita sedang berada.

Pada kondisi yang kedua, kita tetap memakai sepatu yang pas di kaki kita. Jika saya misalkan sepatu yang kita pakai adalah sepatu yang berhak tinggi. Apa mungkin dengan sepatu yang berhak tinggi kita dapat menelusuri jalan yang berbatu dan yang bergunduk? Tentu jawabannya tidak. Walaupun Ukuran sepatu berhak tinggi itu pas dengan ukuran kaki kita, tapi dengan jenis sepatunya yang berhak, maka hal itu pasti akan ikut menentukan pula, dimana jalanan yang bisa kita gunakan untuk melangkah…

Pada kondisi yang ketiga, kita tetap memakai sepatu yang pas di kaki kita, apa mungkin sepatu yang berwarna orange kita padukan dengan baju yang berwarna merah? Mungkinkah kita bisa nyaman melangkah dan melupakan bahwa antara pakaian dan sepatu kita tak senada alias tabrak lari?

Itulah kondisi yang sebenarnya yang "diketahui" Allah namun "tidak diketahui" oleh manusia seperti kita. Kita kadang terlalu naïf hanya dengan pandangan awal, dan dengan alasan telah mengenalnya lebih dekat kita sudah membuat keyakinan besar dalam hati kita bahwa, dia pasti yang terbaik bagi kita. Sehingga kita dengan begitu pe-denya memintanya kepada Allah. Jika kita tiba pada kenyataan, bahwa Allah tidak mengabulkan permintaan kita, maka kita akan sakit hati kepada Allah, marah, bahkan kecewa pada-Nya. Kita-pun menganggap Allah itu tak pengertian pada kita hambanya. Tapi kembali lagi, Allah adalah yang Dzat Yang Maha Mengetahui, jadi, Allah pasti lebih mengetahui manfaat dan mudaratnya, baik dan buruknya, jika ia dipasangkan dengan kita. dan kembali lagi, itulah sesuatu yang tidak kita ketahui sebagai manusia. Karena itulah, yakinlah, bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya, dan belajarlah untuk ikhlas dan bersyukur terhadap apa yang Dia beri kepada kita.

Ehem…saya punya sedikit bait syair untuk seseorang yang sempat lolos masuk dalam hati dan pikiran saya tanpa saya sadari ketika saya baru bermetamorfosis menjadi seorang wanita sholehah. Melihatnya yang langsung meninggalkan pekerjaannya dan berlari lari kecil menyambut seruan adzan. Melihatnya ketika dengan lantangnya menyuarakan islam tanpa takut sedikitpun kepada para penguasa. Sehingga dengan sadar menempatkan diri ini sebagai “pengagum rahasia”, dan berharap suatu saat ia akan melirik diri ini. Yah saat dimana, aku baru mengenal arti “cinta karena Allah”. Tapi lirikan yang kuharapkan justru datang pada sosok yang lain. Tapi itu lantas tidak membuatku kecewa pada Allah, sebab aku yakin, pilihan yang terbaik hanyalah pilihan Allah. Karena itu, aku melepaskannya dengan kedua tanganku…. Inilah puisiku untuknya….

Untukmu, ikhwan yang mencintai Rabb-nya
Aku selalu mengira bahwa kau terbaik untukku
Tapi kini aku sadar…
Mungkin kau hanya terbaik untukku dalam beberapa hal,
Tapi bukan untuk semua hal
Dan itulah yang menjadikan Tuhan enggan menyatukan kita

Sebab itulah Tuhan tau siapa yang terbaik bagiku..
Karena itu kau mungkin sekilas pas denganku
Tapi belum tentu yang nyaman untukku

Kau mungkin baik
Tapi bukan yang terbaik untukku
Dan mungkin juga kau yang terbaik
Tapi itu untuk orang lain
Dan bukan untukku

Kini aku harus menghapus namamu dihatiku.
Mengurai semua jejak langkahmu dihati dan pikiranku
Sebab yang terbaik sedang menantiku
Dengan cinta-nya yang terbaik
Cinta Karena Allah


JIKA JODOH BELUM DATANG.

Sabarlah...itulah perkara yang harus kita hadirkan dalam hati kita setelah melakukan ikhtiar. Jangan gelisah dengan jodoh yang tak kunjung datang sebab sekali lagi, jodoh itu ilmu pasti. Tapi gelisah-lah jika kita tidak bisa merubah diri kita menjadi yang seseorang yang baik disetiap masa penantian jodoh kita.

Jangan pernah bertanya kepada Allah mengapa jodohku belum datang, tapi tanyakanlah pada diri kita, sudakah kita menjadi yang terbaik untuk mendampingi hamba-Nya yang terbaik?, jika belum maka gunakanlah masa penantian untuk selalu memperbaiki diri kita hingga kita bisa menjadi Pantas untuk dipersandingkan dengan hamba-Nya yang terbaik.

Selain itu, jangan pula lupa untuk terus berdoa kepada Allah dan yakin sepenuhnya bahwa Allah akan mengabulkan doa kita. Rasulullah SAW bersabda :

" Doa setiap orang pasti diterima, selama ia tidak tergesa-gesa, yaitu berkata : "aku telah berdoa, namun tidak dikabulkan ". (HR. Abu Hurairah) 


Asiah Muslimah

2 komentar:

Karscosmetic said...

Tulisan yang bagus mba,
Membuat hati tenang

Anonymous said...

Salute and respect, dengan isi tulisannya. Sungguh, indah dan penuh dengan makna sekali...