BIDADARI SURGA ASIAH

Thursday, December 29, 2011

Surat Cinta Hawa Untuk Adam...



Lama rasanya tangan ini tidak menulis lagi di blog, bukannya tak mau, tapi lagi sibuk dengan sebuah proyek dakwah kecil. Lagi mencoba menulis novel tentang cinta, tentang dakwah dan tentang pengorbanan…kisah tentang sebuah negeri nun jauh dari pandangan mata tapi amat dekat di hati. Palestine…negeri para syahid yang menunggu dibebaskan…sesaat setelah kota Roma itu ditaklukan, tempat hati ini tertawan. Yup, sekarang lagi sok jadi novelis gitu…layak atau tidak, bagus atau tidak, insya Allah tetap aku posting tulisan novelku di blog kecilku ini, dengan harapan akan menjadi batu-batu kerikil intifadah yang ketiga sekaligus Intifadah yang terakhir untuk Palestine oleh para perindu surga, untuk semakin semangat dalam berdakwah di jalanNya, sekaligus mencari diantara hamba-hamba Allah yang akan menjadi “sang Al-Fatih Kedua”…yang akan menaklukan kota Roma, dengan kepemimpinannya sebab dialah sang penakluk…yang tak tertaklukkan….

Tapi tulisan aku kali ini tidak akan membicarakan sang penakluk kota Roma, sebab itu proyek besar yang membutuhkan konsep dan strategi yang besar pula. Jadi aku tetap akan membicarakan sang penakluk, tapi ini sang penakluk yang lain, yaitu sang penakluk hati tapi tanpa syarat…he..he…^^

Beberapa bulan yang lalu, ada seorang lelaki datang menemui sahabatku, ia menawarkan hatinya. Karena ia adalah seorang lelaki yang baik agama dan akhlaknya, maka sahabatku menerima lelaki tersebut dengan hati yang ikhlas. Sahabatku membuka pintu hatinya untuk lelaki tersebut ketika lelaki itu mengetuk pintu hatinya dengan salam dan senyuman yang paling manis. Mereka berdua kemudian sepakat untuk bertaaruf, dengan berharap semoga Allah menjodohkan mereka dalam ridhaNya.
Jadilah lelaki ini menjadi sang penakluk hati sahabatku.

Suatu saat, sang penakluk itu mengirimkan surat pada sahabatku, sebuah surat yang isinya mampu membuat hati sahabatku tersentuh bahkan mungkin sangat tersentuh. Suatu waktu pula, mereka berdua berdiskusi tentang impian masa depan mereka, harapan-harapan mereka dan mimpi-mimpi mereka,yang akan diwujudkan mereka berdua setelah menikah. Namun ada satu hal pembicaraan yang membuat hati sahabatku sangat gelisah. Ketika sang penakluk berkata bahwa ia ingin punya banyak anak. Karena itu, syarat yang diajukan sang penakluk pada sahabatku adalah “kesuburan”.

Mendengar syarat itu, sahabatku menjadi gelisah. Bukan karena ia tak memenuhi syarat sang penakluk tapi ada sesuatu yang berkecamuk di pikirannya yang memaksanya untuk gelisah. Sebagai wanita, wajar sahabatku merasa senang mendengar ke-inginan sang penakluk. Senang karena kelak jika mereka berdua berjodoh, maka pada rahim sahabatku nanti insya Allah,akan mengandung anak-anak sang penakluk. Anak-anak yang sholeh yang akan membantu sang penakluk, berjuang untuk agama Allah. Dan gelisah karena sahabatku sadar bahwa urusan anak adalah urusan Allah, Dzat yang menciptakan manusia. bukan urusan sahabatku dan sang penakluk.

Walaupun begitu, sahabatku tak ingin menghapus perasaannya pada sang penakluk, karena sahabatku tau bahwa, itu adalah sebuah keinginan hati sang penakluk yang harus dihormati dan dihargai. Keinginan seorang lelaki yang ingin menjadi ayah dari sebuah pernikahan sacral walaupun syaratnya adalah “kesuburan”. Sebuah syarat yang mengikuti anjuran dari sang Rasul pilihan, yang begitu bijaksana sekaligus memiliki muatan politis yang tinggi.

Kemudian pada suatu saat, aku berkunjung ke rumah sahabatku, kudapati ia dalam gelisahnya. Akupun mencoba untuk mencari tau apa penyebabnya. Sahabatku bercerita padaku tentang syarat yang diajukan oleh sang penakluk hatinya. Dan itu sudah kuceritakan pada kalian para blogger di tulisan awal. Akupun mencoba berdiskusi dengan sahabatku menyangkut syarat mencari istri yang diajukan sang penakluk. Sang penakluk menginginkan agar wanita yang dinikahinya haruslah wanita yang subur. Karena kesuburan pula merupakan syarat bagi seorang wanita untuk dapat hamil. Kamipun berdiskusi tentang tugas seorang istri yang notabene adalah sebagai seorang wanita. Dimana sesungguhnya, adalah kaum yang didaulat oleh Allah sebagai makhluk yang akan mengandung dan melahirkan anak di dunia. Sungguh tugas yang mulia yang hanya Allah berikan pada makhluk yang paling peka perasaannya, paling kuat rasa sayangnya, paling besar rasa cintanya, yaitu wanita bukan pada kaum sang penakluk hati.

Berbicara tentang kesuburan, aku sering pula mendengar cerita teman-teman aku yang lain bahwa dalam sebuah taaruf seorang lelaki banyak yang menjadikan “kesuburan” sebagai syarat dalam memilih istri. Adalah hak mereka bagi laki-laki untuk mencari wanita yang subur demi mendapatkan keturunan. Toh seperti yang sudah aku jelaskan dari awal, bahwa menikahi wanita yang subur adalah anjuran utama dari Rasulullah.
Tetapi faktanya, pada beberapa kasus, kesuburan bukanlah jaminan seorang wanita dapat melahirkan anak ketika sudah menikah. Buktinya banyak wanita yang walaupun mereka secara klinis adalah wanita-wanita yang subur, tetapi apa daya, setelah menikah ternyata Allah belum mengaruniakan mereka anak. Tapi ada beberapa kasus pula, wanita yang sudah di vonis dokter tak akan bisa hamil ternyata malah bisa hamil bahkan mampu melahirkan anak-anak yang banyak.
Jadi sebenarnya ini bukanlah permasalahan "menikahi wanita subur" atau "tidak menikahi wanita tidak subur", tetapi bagaimana kita menyikapi bahwa permasalahan kehadiran anak dalam pernikahan adalah bukan urusan wanita ataupun laki-laki tetapi urusan Allah yang menciptakan wanita dan laki-laki. Dan itulah yang kini menjadi ganjalan di hati sahabatku.

Kemudian aku mencoba berdiskusi tentang hal ini dengan salah satu sahabatku yang telah menikah. Saat sedang berdiskusi, tanpa kuduga tiba-tiba sahabatku menangis di hadapanku. Aku bingung, aku merasa tak menyakiti maupun menghinanya. Kami hanya berdiskusi tentang kesuburan wanita yang menjadi syarat untuk melahirkan anak, yang kemudian dijadikan syarat pula oleh seorang lelaki ketika mencari istri. Namun sesaat kemudian aku mengerti apa arti dari tangisannya itu. Aku baru teringat tentang keadaan dirinya. Saat ini usia pernikahannya sudah menginjak tahun keempat, dan sampai saat ini juga ia belum dikarunia anak. Padahal ia termasuk wanita yang subur. Ceritaku telah mengingatkan akan nasibnya.

Di sore itu, langit meneteskan air mata kesedihannya, seolah mengiringi tangisan sahabatku. Saat itu, Aku hanya bisa memeluknya ketika tangisannya semakin menjadi. Selang beberapa lama tangisnya-pun mulai mereda. Setelah merasa lega, Ia pun menumpahkannya segala isi hatinya padaku. Apa yang ia inginkan, apa yang ia rasakan. Ia pun memintaku menyampaikan semua isi hatinya kepada para sang penakluk hati agar mereka mengerti tentang satu hal…sesuatu yang diluar kekuasaan wanita, sesuatu yang merupakan urusan Allah semata. Inilah ungkapan hatinya….



Wahai Sang penakluk hati, sang Adam tempat tulang rusuk Hawa bertaut

Izinkan aku mewakili kaum hawa melalui surat ini, mengungkapkan apa yang sebenarnya menjadi impian seorang wanita dan apa yang ada dalam hati serta benak mereka…

Seorang Wanita siapapun itu, tidak akan pernah menganggap dirinya "SEMPURNA" menjadi wanita sebelum dia menemukan tempat untuk menambatkan hatinya, sebelum ia memiliki tempat untuk bernaung, sebelum ia diikat oleh ikatan suci pernikahan, yah..sebelum ia sah menjadi seorang istri dari seorang lelaki yang membuatnya menjadi sempurna.

Seperti Hawa yang diciptakan untuk menemani Adam yang kesepian, seperti itulah wanita diciptakan untuk kaum lelaki.Wanita diciptakan untuk menemani hari-hari kesepian kalian, wanita dititipkan di dunia untuk memberikan kebahagiaan di wajah kalian, wanita dilahirkan untuk mengabdi pada kalian ketika menjadi suaminya. Terlebih jika wanita tersebut sudah memiliki pemahaman islam, bahwa dengan menjadi istri yang sholehah bagi suaminya adalah sebuah jalan baginya untuk mendapatkan surga Allah. Maka dengan balasan surga yang menggiurkan, wanita mana yang tidak ingin menjadi sempurna?

Namun ternyata, setelah menjadi seorang istri, seorang wanita kembali tersadar bahwa menjadi seorang istri saja bukanlah sebuah kesempurnaan yang sejati. Tetapi jika dia sudah melahirkan dan kemudian memberikan anak pada suaminya,maka itulah kesempurnaan sejati baginya. Kesempurnaan itulah kebahagiaan yang terbesar dalam hidupnya tanpa bisa ditukar oleh kenikmatan apapun yang ada di dunia ini. Tidak oleh uang yang banyak, rumah yang mewah,dan harta yang melimpah…semua itu takkan mampu menawan hatinya.
Dan Tak ada pujian yang paling indah, tak ada panggilan yang paling membahagiakan hatinya,ketika ia dipanggil dengan sebutan “ibu”, oleh suara ayu sang anak…tak ada pelukan yang paling hangat selain pelukan anaknya yang berlari ketakutan mencari perlindungan dalam pelukannya…

Wahai Sang penakluk hati, lelaki yang menjadi imam di hati dan imam di rumah Kaumku
Mempunyai anak adalah sesuatu yang sangat penting dalam pernikahan sebab anak adalah penerus keturunan, cahaya mata kedua orang tua, sekaligus perekat keharmonisan antara suami dan istri. Ketika dalam pernikahannya selama kurun waktu bertahun-tahun, sepasang suami istri belum dikaruniai anak, orang-orang akan selalu menimpakkan seluruh kesalahan pada si wanita, mulai dari menuduhnya sebagai wanita tidak subur. Punya rahim subur-pun masih harus menerima kutukan lainnya yaitu sebagai wanita sial-lah atau cacian yang lainnya. Tanpa mereka berpikir bahwa masalah anak diluar kehendak kami para wanita. Diluar kekuasaan kami. Kami hanya makhluk lemah yang hanya bisa meminta kemurahan Allah dengan menyempurnakan kami dengan kehadiran anak.
Keputusan bukan pada tangan kami, tapi pada tangan Allah yang menciptakan kami.Haruskah kami dipersalahkan? yang menciptakan kami, haruskah kami dipersalahkan?

Wahai sang penakluk hati, lelaki yang mencintai kaumku
Di dunia ini, perkara apa yang paling ditakutkan oleh seorang wanita melebihi dari perkara hidup yang lainnya? Dengan jujur, seorang wanita akan menjawab, “perkara itu adalah melahirkan”.
Setiap seorang wanita yang sudah menjadi ibu, ketika dirinya ditanya, ”rasa sakit apa yang paling sakit yang pernah ia rasakan di dunia ini?”. Dengan senyuman ia akan menjawab, “Tak ada rasa sakit yang melebihi dari rasa sakit ketika melahirkan”.
Begitu kuatnya keinginan kami, seorang istri untuk mempunyai anak, mampu mengalahkan ketakutan kami terhadap rasa sakit melahirkan. Bahkan untuk melahirkan anak, kami harus rela mempertaruhkan nyawa kami, demi membahagiakan suami kami.
Walaupun resiko sakit yang luar biasa dengan taruhan nyawa, ikhlas kami tanggung, tapi Allah juga belum mengabulkan doa kami…Haruskah kami dipersalahkan…..Haruskah kami ditinggalkan?

Tahukah Sang penakluk hati,... berapa banyak rasa sabar yang disiapkan oleh seorang istri dalam hatinya ketika semua orang datang menghina dan menyalahkan dirinya karena belum mampu untuk melahirkan seorang anak?

Tahukah Sang penakluk hati,... berapa tetes air mata seorang istri yang jatuh setiap harinya untuk meminta kehadiran sang anak?, air mata yang selalu menghias dalam sujud mereka, dalam hening mereka, atau air mata yang disembunyikan dalam hati mereka ketika menatap wajah suami mereka dengan memberikan senyuman mereka yang termanis, namun sebenarnya mereka menyimpan tangisan itu sendiri jauh dalam lubuk hati mereka yang luka.

Tahukah Sang penakluk hati,... berapa ratus doa yang dipanjatkan seorang istri setiap harinya untuk dikasihani oleh Rabbnya agar rahim mereka dapat mengandung? Berapa juta bait-bait cinta yang mereka lantunkan setiap harinya untuk menarik hati Rabbnya agar mereka dapat melahirkan? Bahkan mereka berdoa dalam keputus asa-annya…

Tahukah Sang penakluk hati,... berapa ribu kata maaf yang ingin disampaikan seorang istri pada suaminya, karena belum mampu membuat suaminya menjadi seorang “Ayah”? …kata maaf yang hanya bisa ia sampaikan lewat tatapannya, senyumannya dan belaiannya, tanpa disadari oleh suaminya….

Tahukah Sang penakluk hati, seorang suami diberikan "empat kali kemurahan" oleh Allah untuk mendapatkan anak, sementara seorang istri diberikan empat kali kesabaran oleh Allah untuk mendapatkan keikhlasan, Lalu dalam hal ini, sebenarnya siapa yang paling menderita…? Kalian seorang suami atau kami seorang istri? Jika seperti itu, Haruskah kami disalahkan? Haruskah kami ditinggalkan?

Wahai Sang penakluk hati yang semoga Allah mengaruniakanmu sebuah hati yang hangat…

Seorang istri-pun tahu bahwa seorang suami pasti ingin mempunyai anak. Seorang istri bukanlah batu yang tak bertuah, seorang istri bukanlah wanita yang tanpa perasaan. Ketika melihat kesabaran suaminya yang dengan sabar dan setia mendampingi mereka, hati seorang istri pasti akan tergerak untuk meminta suaminya mengambil “tawaran Allah" yang lain” untuk mendapatkan anak. Demi cinta kepada suaminya, seorang istri harus memaksa dirinya untuk ikhlas menerima aturan itu, walaupun jujur,itu meremukkan seluruh tubuhnya bahkan menghancurkan hatinya.

Wahai Sang penakluk hati…Lelaki yang berjiwa besar…
.
Suratku ini, bukan untuk membuat hati kalian tak nyaman, bukan untuk membuat kalian terikat …selamanya. Tetapi suratku ini hanya ingin mengungkapkan perasaanku, perasaan kaumku, bahwa kesempurnaan kami adalah ketika kami telah mampu melahirkan seorang anak bagi kalian.

Aku tak ingin menyalahkan kalian yang berkeinginan untuk mendapatkan anak dengan syarat mencari wanita yang subur, itu hak kalian, sebab itu anjuran Rasulku yang hendak membanggakan kalian dan keturunan kalian dihadapan Allah.Dan aku sangat setuju tentang hal tersebut. Sebab tentara-tentara islam dan para penakluknya haruslah terlahir dari rahim seorang wanita yang subur.
>
Tetapi aku hanya ingin kalian sadar bahwa keinginan kami untuk dikaruniai anak jauh lebih besar daripada keinginan kalian. Jika kalian para lelaki menghadirkan satu hasrat untuk dikaruniai anak, maka kami kaum wanita,menghadirkan seratus bahkan seribu hasrat untu dikaruniai anak. Sebab ini menyangkut kodrat penciptaan kami di dunia, menyangkut kesempurnaan kamisebagai wanita.

Karena itu hargailah kami dan perasaan kami.Janganlah menyalahkan kami,janganlah menghujat kami, janganlah mencela kami, ketika rahim rahim kami belum berbuah. Sebab sekali lagi, urusan anak adalah diluar kekuasaan kami…tapi adalah kekuasaan Tuhan yang menciptakan kami.

Dalam penantian, aku selalu berdoa kepada Allah bahwa semoga Allah mengaruniakan rahimku sebagai tempat untuk melahirkan anak-anak yang akan menjadi cahaya bagi orang tuanya dan menjadi tentara-tentara islam yang kelak akan menaklukan kota roma di masa yang akan datang.

Dan teruntuk Suamiku, aku ingin membisikkan kalimat mesra ini di telingamu,

“Abi, jika nanti kesabaranmu itu tlah habis untuk menanti anak dariku, maka ajukanlah proposal nikahmu padaku….sebab aku mencintaimu karena Allah…"

Kudengar suara sahabatku bergetar ketika kalimat itu ia ucapkan di bibirnya,kulihat air mata itu tumpah dari bening matanya. Kurasakan hati yang sedang mencoba untuk ikhlas…
Aku sadar, seperti Itulah wanita, kaumku,diriku,yang walaupun akal kami penuh dengan berbagai kajian pemikiran yang seolah menguatkan kami,tapi sesungguhnya kami adalah wanita yang terlahir dengan perasaan yang melekat pada kami. Kami lemah, sangat lemah. Kini, Aku memeluknya untuk kesekian kali…saat ia mulai menangis lagi.

Aku pun teringat sebuah kisah sahabatku yang lain, ketika setahun masa pernikahannya, dokter memvonisnya terkena kista rahim dan dia harus menjalani pengobatan…agar dia bisa punya anak. Sekarang pernikahnnya sudah berjalan lebih dari tiga tahun. Alhamdulillah suaminya tetap sabar menerima keadaan itu sambil menguatkan hati istrinya.

Ada pula, kisah mengharukan dari sepupuku, dokter sudah memvonisnya tidak akan memmpunyai anak karena rahimnya telah rusak, di tahun kelima pernikahannya. Dia sudah pasrah dan mengajukan cerai pada suaminya, tetapi suaminya bersikeras menolak untuk menceraikan sepupuku. Tapi siapa yang sangka, di tahun berikutnya, Allah malah mengizinkan rahimnya untuk mengandung. Ditahun berikutnya lagi dia mengandung pula…dan Alhamdulillah sekarang ia telah dikaruniai empat orang anak yang tampan dan cantik. Subhanaullah…Apa sih yang tidak bagi Allah?

Memang dalam kehidupan ini, ada wilayah perbuatan yang dikuasai oleh manusia (manusia sendiri yang berkehendak untuk berbuat tanpa dipaksa) dan ada wilayah perbuatan yang tidak dikuasai oleh manusia (diluar kehendak manusia, dan manusia dipaksa untuk menerima). Para istri misalnya, jika mereka tak tau memasak, dan diminta untuk belajar memasak oleh suaminya, dan sang istri bersedia belajar memasak dan akhirnya dia bisa memasak maka keadaan dari tidak tau memasak hingga tau memasak adalah wilayah perbuatan yang dikuasai oleh sang istri. dia boleh memilih mau belajar atau tidak belajar., "tau memasak" adalah hasil mutlak yang akan dia dapat karena ada "usahanya".(kehendak). Tapi dalam hal mempunyai anak, itu masuk di wilayah perbuatan yang tidak bisa dia kuasai, dia hanya bisa berusaha (berobat jika ada masalah) tapi hasilnya, itu diluar kehendaknya, karena Allah-lah yang memutuskan apakah dia akan mengandung atau tidak. Inilah yang seharusnya dipahami oleh para suami dan orang-orang yang suka menyalahkan pihak wanita jika dia belum memberikan anak.

Begitulah, manusia boleh bersyarat, boleh memilih, tapi sesungguhnya Allah jualah yang menentukan. Para penakluk hati boleh bersyarat, boleh memilih untuk mendapatkan istri yang subur, tapi Allah-jualah yang menentukan kehadiran anak tersebut.
Ada sedikit pertanyaan menggelitik yang diajukan sahabatku pada diriku,pertanyaannya adalah, “mengapa laki-laki yang “tidak berpemahaman” lebih sabar dan setia pada istrinya dalam menunggu kehadiran anak dari pada laki-laki yang “berpemahaman” tapi kurang sabar dalam menunggu hingga mencari madu yang lain buat istrinya, sehingga dibilang tak setia?

Akupun menjawabanya dengan jawaban yang menggelitik pula,“karena laki-lakiyang tidak berpemahaman, tidak mengenal poligami, tak tau ada jalan menuju roma, sehingga mereka tetap sabar dan setia, lagipula jika mereka berani,bisa-bisa nyawa taruhannya, berbeda dengan laki-laki yang punya pemahaman, mereka mempunyai pengetahuan tentang poligami, sehingga mereka tau ada jalan menuju kota roma, sehingga mereka tak sabar untuk mencari jalanmtersebut….he…he…he…(bercanda .)

Jadi artikel saya kali ini, ingin sedikit membuka hati bagi para penakluk hati,bahwa menikahi wanita subur atau tidak menikahi wanita tidak subur bukanlah halyang harus kita permasalahkan. Itu sah-sah saja. Tapi yang harus dipermasalahkan adalah adanya orang-orang yang tidak mempunyai hati yang selalu menyalahkan, mencela, kaum wanita jika ia belum mampu menghadirkan anak pada pernikahannya. Tanpa dihina atau di celapun mereka sudah merasa tertekan dengan ujian yang Allah berikan pada mereka. Yang masalah adalah para suami yang tak sabaran sehingga meninggalkan istri mereka begitu saja, tanpa peduli pada perasaan mereka sedikitpun.


Bagaimanapun juga, tetap berikan cinta itu pada istrimu, bahkan harus dilebihkan. Tetap berikan sayang itu pada mereka, bahkan harus dilebihkan.Tetap kuatkan mereka dengan kesabaran, bahkan harus dilebihkan…semoga dengan begitu Allah menjawab doa kalian dengan Anak yang sholeh dan sholehah….Amin

Sesungguhnya wanita adalah seorang Hawa yang diciptakan untuk menemani Adam.Jika Hawa mencintai Adam tanpa syarat maka Adam-pun harus mencintai Hawa tanpa syarat...

Tuesday, November 29, 2011

Cinta Untuk Cinta II



Cintaku ini Wahai Cinta...
Penuh Dengan Segala Kelemahnnya
Penuh Dengan Segala Kekurangannya
Penuh Dengan Segala Ketidakberdayannya

Karena Itu Wahai Cinta...
Sempurnakan cintaku Dengan Kekuatan-Mu
Sempurnakan cintaku Dengan Kelebihan-Mu
Sempurnakan cintaku Dengan Kekuasaan-Mu

Namun Terkadang Aku Akui....
Cinta Mampu Menyilaukanku Dengan Pesonanya
Cinta Mampu Memabukkanku Dengan Keindahannya
Cinta Mampu Mengusikku Dengan Keberadaannya

Tapi, cinta Takkan Pernah Mampu Memalingkan Hatiku Dari Mencintai-Mu
Karena Dengan Mencintai-MU.....

Maka cintalah Yang Tersilau Akan Pesonaku
Maka cintalah Yang Mabuk Karena Keindahanku
Maka cintalah Yang Terusik Dengan Keberadaanku

Sesungguhnya cinta Lupa...
Dia Bukan Apa-Apa..
Karena Dia Ada....
Berawal Dari Kecintaanku Pada-Mu...

Demi cinta Untuk Cinta
Aku Rela Melepas cinta
Karena Aku Tau..
Cinta Yang Kulepas Akan Pergi
Tapi Cinta-ku Yang Kucinta Takkan Pernah Pergi
Sebab Cinta-ku Akan Tetap Mecinta
Pada Orang-Orang Yang MencintaiNya

Pada-Mu Cinta....
Pada cinta Untuk Cinta


Asiah Muslimah..... T T

Tuesday, August 2, 2011

Mengejar Malam Lailatul Qadar



Tulisan ini lahir dari sebuah eksperimen yang tidak di sengaja, lahir dari sebuah kesadaran penuh melalui beberapa kali kegagalan dalam mendapatkan sebuah malam yang penuh dengan ampunan, yaitu Malam Lailatul Qadar. Sebuah kisah dari seorang sahabat saya, yang ingin saya bagi dengan teman-teman. Kebetulan kisahnya hampir sama dengan kisah saya pula dalam mengejar malam Lailatu Qadar. Kebetulan yang tidak disengaja. Kisah yang ingin dibagi agar semua umat muslim itu sadar bahwa betapa beruntung dan berbahagia bagi orang-orang yang mendapat Malam Lailatul Qadar dan betapa Na’asnya dan kerugian terbesar bagi orang yang tidak mendapatkan Malam Lailatul Qadar tersebut. Yuk baca, siapa tau anda mempunyai kisah yang sama dengan sahabat saya dan saya. ^^

Mengenal Lailatul Qadar

Kata pepatah, “Tak Kenal Maka Tak Sayang”. Pepatah itu benar adanya. Dulu ketika Ramadhan itu datang, saya hanya menganggapnya sebagai bulan yang biasa saja. Paling yang membedakan yaitu jam makan pagi, siang dan malam saja. dengan bulan biasa. Puasa saya hanya sekedarnya, tak mungkin di tinggalkan karena ini sebuah kewajiban. Sholat tarawih saya hanya sekedar pula, mumpung hukumnya sunnah, dikerjakan dapat pahala ditinggalkan tidak mendapatkan apa-apa. Begitulah karena tak tau keagungannya, bulan Ramadhan selalu berlalu begitu saja….tak ada penyesalan. Mungkin ini pula yang dirasakan oleh orang-orang yang belum punya ilmu tentang Ramadhan.

Tapi rasa sayang kepada Ramadhan itu akhirnya muncul ketika saya belajar untuk mengenal Ramadhan dan mengenal segala keistimewaan dalam bulan tersebut…( itulah pentingnnya mengapa kita harus belajar islam.)
Saya baru tau bahwa, di bulan Ramadhan, Allah memberikan seluas-luasnya kesempatan kepada hamba-hambanya untuk memperoleh ampunan dari-Nya. Pada bulan Ramadhan, Allah menutup rapat-rapat pintu Neraka dan membuka selebar-lebarnya pintu Surga bagi umatnya yang mau mencari ampunan di bulan Ramadhan. Begitu istimewanya bulan Ramadhan, Rasulullah pun bersabda :

“Apabila umat ini tahu apa yang ada dalam Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan hal itu selam satu tahun penuh.” (HR Tabrani).

Pada bulan Ramadhan pula, Setan-setan yang menggoda manusia di belenggu. Allah tidak memberikan kesempatan sedikitpun kepada setan-setan untuk menggoda manusia. Inilah bukti bahwa Allah memudahkan kita mencari ampunannya dengan menutup semua jalan yang bisa membuat kita terjerumus ke dalam kemaksiatan. Tapi yang aneh-nya walaupun setan-setan sudah di belenggu masih saja ada manusia yang berbuat kejahatan ,keburukkan alias kemaksiatan. Disinilah kita bisa menyadari bahwa manusia-manusia yang melakukan kemaksiatan di bulan puasa ternyata “setannya adalah dia sendiri” yang menjelma dalam tubuh manusia. Maaf, menurutku manusia yang melakukan kekhilafan di bulan Ramadhan telah melakukan sebuah “Kebodohan”. Kenapa? Jikalau di bulan biasa, manusia melakukan kemaksiatan karena ada faktor dorongan dan bisikkan dari setan, sehingga bisa dimaklumi, tapi di bulan Ramadhan setan-setan dibelenggu, sehingga kemaksiatan yang dilakukan adalah “Murni” dari dalam dirinya sendiri. Wajar khan kalau saya menyebutnya sebuah “Kebodohan”? 

Sealain itu, pada bulan Ramadhan, di dalamnya terdapat sebuah malam istimewa yang disebut dengan Malam Lailatul Qadar. Begitu istimewanya, sehingga Allah menfirmankannya di dalam Al-Quran yaitu :

“Sesunguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS al-Qadr [97]: 1-5).

Subhanaullah…hanya untuk sebuah malam, Allah mengukirnya dalam kitab-Nya agar manusia sadar tidak ada malam yang penuh ampunan selain malam Lailatul Qadar tersebut. Dalam riwayah yang pernah saya baca pula dikatakan bahwa pada malam tersebut, Allah sendiri turun ke langit untuk langsung menjabah doa hamba-hambanya yang bangun berdoa di malam tersebut. Tak ada doa yang tertolak pada malam tersebut…semua terjabah….^^.

Rasulullah SAW bersabda tentang Ramadhan dan Malam Lailatul Qadar :

Dari Salman Al-Farisi ra. berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah pada hari terakhir bulan Sya’ban: Wahai manusia telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah, didalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasanya wajib, dan qiyamul lailnya sunnah. Siapa yang mendekatkan diri dengan kebaikan, maka seperti mendekatkan diri dengan kewajiban di bulan yang lain. Siapa yang melaksanakan kewajiban, maka seperti melaksanakan 70 kewajiban di bulan lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran balasannya adalah surga. Bulan solidaritas, dan bulan ditambahkan rizki orang beriman. Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan mendapatkan pahala seperti orang orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun ». kami berkata : »Wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam Tidak semua kita dapat memberi makan orang yang berpuasa ? ». Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:” Allah memberi pahala kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan satu biji kurma atau seteguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan dimana awalnya rahmat, tengahnya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka (HR Al-‘Uqaili, Ibnu Huzaimah, al-Baihaqi, al-Khatib dan al-Asbahani)

“Barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadr, niscaya diampuni dosa-dosanya yang sudah lewat. (HR Bukhari dan Muslim) 

Selain menyebutkan kemuliaan di malam Lailatul Qadar, Rasulullah juga memberikan secara rinci kapan dan dimana Malam Lailatul Qadar itu datang. Banyak sekali hadist yang menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar akan datang diantara tanggal ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan (HR Bukhari) atau tujuh malam terakhir bulan itu (HR Bukhari). Walaupun Rasulullah sudah memberikan bocoran penting tersebut, tapi toh ternyata tidak semua orang bisa mendapatkannya, hanya orang-orang tertentu saja yang mendapat kesempatan bangun di malam tersebut. 

Bayangkanlah hanya dengan beribadah pada malam tersebut, Allah akan langsung mengampuni segala dosa-dosa kita. Tapi pertanyaan yang muncul di benak saya, apakah mudah bagi kita untuk mendapatkan Malam Lailatul Qadar? Bukankah dia adalah malam istimewa? jadi yang berhak mendapatkannya tentu orang-orang yang istimewa pula. Pertanyaan selanjutnya, apakah kita termasuk orang-orang yang istimewa? Dan apa yang menjadikan kita bisa menjadi istimewa untuk mendapatkan malam tersebut?

Dan sebenarnya, ada sebuah hal yang tak pernah disadari oleh manusia ketika mereka berniat untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar itu. namanya juga malam bonus, tentu tidak semudah itu kita bisa mendapatkannya. Apa sebenarnya hal terpenting tersebut? Insya Allah saya akan membagikannya bagi teman-teman sekalian.

Sebuah Awal…

Sebagai makhluk yang penuh dhoif dan kesalahan, dimana dosa-dosa sudah menggunung, tentu saya sangat tergiur dengan malam lailatul qadar ini. Dimana Allah berjanji bahwa hamba-hambanya yang bangun beribadah pada malam tersebut, akan diampuni segala dosa-dosanya. Karena hanya tergiur pada malam tersebut saya baru meningkatkan ibadah saya pada 10 malam terakhir Ramadhan, dan lebih focus pada malam-malam ganjil. Selama 10 hari mengejar qiyamul lail, saya hanya kecolongan satu hari saja. Pada malam tersebut saya mengalami ngantuk yang tidak tertahankan, hingga malam itu saya tak bisa bangun untuk sholat qiyamul lail. Tapi justru 1 hari itu adalah satu hari yang membuat saya menyesal selama setahun. Yah satu malam yang saya terlalaikan dengan ketiduran adalah malam lailatul Qadar. Kenapa saya bisa begitu pedenya menyebut malam yang saya lewati adalah malam lailatul Qadar. Karena saya berpatokan dari hadits Rasulullah tentang tanda-tanda hari dimana malamnya terdapat lailatul Qadar. Pada hari itu, cuaca sangat sejuk. Tidak panas dan tidak pula dingin... hari itu terasa nyaman, orang-orangpun merasa teduh pada hari itu.

Di tahun berikutnya saya masih dengan niat yang sama. Tapi kali ini saya berharap tidak kecolongan lagi. Pada 15 hari terakhir Ramadhan saya baru mulai melakukan qiyamul lail untuk mendapatkan malam lailatul Qadar. Tapi diantara 15 hari qiyamul lail saya kecolongan lagi satu hari. Masya Allah, malam itu ternyata malam Lailatul qadar pula. 

Kejadian yang sama terus berulang di tahun berikutnya. Disitu saya sudah mulai berpikir, mungkin dosa-dosa saya sudah terlalu banyak sehingga Allah-pun enggan mengizinkan saya untuk mendapat malam Lailatul Qadar. Saya mulai putus asa dengan diri saya.

Setahun kemudian, Ramadhan pun datang menyapa. Kali ini tak boleh gagal lagi. harus dapat, batin saya. Dari awal ketika terbenam matahari, yang menandakan berakhirnya bulan Sya’ban, saya sudah start untuk beribadah. Saya sudah melaksanakan Tarawih dari hari pertama. Banyak orang yang pulang ketika tarawih itu sudah berjumlah 8 rakaat tapi saya berusaha melaksanakan tarawih yang berjumlah 20 rakaat. Dimalam sebelum sahur, saya sudah mengisinya terlebih dahulu dengan sholat lail. Dan berusaha agar sholat lail itu tidak terputus tiap harinya. Dalam berpuasa di siang hari, saya berusaha untuk benar-benar menjalankannya dengan penuh keikhlasan mengharap ridho Allah. Bukan puasa yang hanya sekedar menahan lapar dan dahaga. Usaha saya mendapat hasil. Alhamdulillah selama Ramadhan, 30 hari, saya tidak kecolongan satu haripun dalam melaksanakn sholat lail. Insya Allah saya bisa memastikan saya tak kehilangan Malam Lailatul Qadar saya.

Mengambil Hikmah

Dari sini saya mulai tersadar. Ternyata ada beberapa kekeliruan yang dilupakan manusia ketika mereka ingin mengejar Lailatul Qadar. Kekeliruan kita adalah kadang kita baru mau start untuk qiyamul lail di 15 hari terakhir di bulan Ramadhan atau di malam-malam ganjil. Kita mengikuti petunjuk sebuah hadits yang mengatakan bahwa :

“Intailah malam lailatul qadar, pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” 

Justru maksud hadits di atas yang saya tangkap adalah, Rasulullah sudah sedari awal Ramadhan mulai beribadah, semakin mendekat 10 hari terakhir Rasulullah semakin meningkatkan aktivitas ibadahnya. Artinya apa, orang yang sadar sudah start dari awal ramadhan itu datang, kita baru mau start di pertengahan, bukankah artinya kita sudah terlambat Finish?

Anehnya lagi kita, di awal-awal saja yang rajin. Seperti masjid dekat rumah saya. Di awal-awal puasa, jamaah sholat tarawih membludak. Kadang sampai di jalanan shaftnya. Tapi semakin berlalu hari, semakin hilang satu shaft pula tiap harinya. Padahal di akhir-akhir Ramadhanlah letak keistimewaannya.


Untuk sebuah ampunan, kita enggan melaksanakan sholat tarawih, setidaknya lakukan dulu sholat tarawih  sekurang-kurangnya 8 rakaat saja. Jika ingin dapat bonus lebih kerjakanlah lebih dari itu, misal 10, 12 dst hingga maksimal 20 rakaat. Insya allah setiap ibadah sekecil apapun dengan keikhlasan bernilai di mata Allah. Hanya jika kita benar-benar ingin mencari ampunan, kita harus berusaha semaksimal mungkin dalam beribadah. 

Untuk sebuah ampunan, kita enggan melaksanakn sholat-sholat sunnah padahal shalat sunnah di bulan ramadhan nilai pahalanya sama dengan shalat wajib. 

Untuk sebuah ampunan, kita enggan melaksanakan Qiyamul Lail dari awal Ramadhan itu datang. Kita baru mau mengerjakan nanti pada akhir-akhir Ramadhan. Seorang teman bercerita kepada saya. Di 10 hari terakhir ramadhan, masjid dekat rumahnya mengadakan sholat qiyamul Lail yang dimulai tepat jam 2 malam. Teman saya datangnya terlambat, sholat sudah di mulai. Tahu khan kita bahwa sholat lail di masjid sangatlah lama, entah bacaanya, sujudnya, rukunya, semuanya lama. Di rakaat ke empat teman saya sudah merasakan pegal-pegal di seluruh badannya, dalam setiap sujudnya, rukunya selalu gelisah. Dia merasakan bahwa orang-orang di sampingnya ini pergerakannya cepat, tidak tertinggal dengan pergerakan imam, tenang dalam setiap sujud dan ruku yang terbilang begitu lama. Tidak seperti dirinya yang selalu terlambat mengejar imam, itupun sujud dan rukunya semakin lama semakin gelisah. Baru 1 malam qiyamul lail, encoknya dah kambuh.  Dalam hati temam saya bergumam. “wah hebat-hebat betul orang-orang disamping saya ini. Pasti mereka seusia saya”. Ketika ia menolehkan kepalanya ke kanan di akhir salam, dia terkejut. 

Ternyata orang-orang yang semangat dalam sholat itu, yang bertahan lama dalam setiap sujud dan ruku yang lama keseluruhannya adalah nenek-nenek yang diatas 60-an. Dia pikir saingan dalam sholatnya adalah anak-anak muda seusianya ternyata dia salah. Malam itu sebenarnya teman saya itu sudah tidak bisa bertahan lagi ikut qiyamul lail. Tapi karena melihat rival sholatnya adalah nenek-nenek, hatinya menjadi malu sama Allah. “Masa saya kalah dengan nenek-nenek ini, mereka saja mampu. Masa saya tidak”. Akhirnya teman saya tetap bertahan dengan sisa tenaganya yang ada. Di malam qiyamul lail berikutnya, dia ikut pula tapi kali ini dengan persiapan tenaga yang maksimal, dirinya tak ingin kalah lagi yang kedua kalinya dalam melaksanakan qiyamul lail. “Kan lawanku nenek-nenek ji, masa saya anak mudah kalah”. Ujarnya semangat.

Untuk sebuah ampunan, kita sedikit membaca Al-Quran di bulan Ramadhan, Berupayalah minimal dalam sebulan kita bisa satu kali mengkhatamkan Al-Quran. Jika ingin bonus lebih,  lakukanlah lebih dari satu kali khatam. Jangan kita menjadi orang  yang tak pernah sekalipun mengkhatamkan Al-Quran selama bulan Ramadhan. Padahal, sebenarnya kita bisa lebih dari itu. Acuan saya adalah, Seorang nenek tetangga saya yang sudah berumur 60-an, mampu menamatkan Al-quran paling kurang 3 kali dalam bulan ramadhan. Subhanaullah….Saya aja mengaku kalah sama tuh nenek-nenek. saya paling banter  hanya satu kali.

Untuk sebuah ampunan, kita berpuasa hanya sekedarnya. Sekedar menahan lapar dan haus. Prinsip kita, biar hari itu kita bertengkar dengan orang lain, marah sana-sini, hujat sana sini, mengunjing sana sini, bohong sana sini yang penting belum ada air yang masuk di tenggorokkan, belum batal. Sebuah legalitas untuk batalnya puasa. Tapi tak tahukah kita hal-hal di atas tentu saja sudah menjadikan puasa kita batal dengan sendirinya. Makanya saya kalo ada orang marah-marah di bulan puasa, saya langsung menghampiri orang tersebut dan kemudian menyodorkan air putih. Minta dia langsung minum saja. ^^

Oleh karena itu, jika kita benar-benar ingin mendapatkan Malam Lailatul Qadar, kita sudah harus berjuang dari awal Ramadhan dengan meningkatkan kualitas ibadah kita setiap harinya sampai pada nilai maksimal, tentu saja di sesuaikan dengan kemampuan kita. Jangan juga melakukan ibadah yang tidak ditunjang oleh kemampuan tubuh kita, sehingga membuat tubuh kita sakit pada akhirnya. Kita yang tau sendiri, sampai dimana kemampuan kita dalam beribadah.

Janganlah puasa dengan setengah hati, janganlah tarawih dengan setengah hati, janganlah qiyamul lail dengan setengah hati, begitu pula janganlah ikhlas dengan setengah hati, janganlah takwa dengan setengah hati. Sucikan niat kita ketika Ramadhan itu sudah datang menyapa. Berniat dengan ikhlas untuk mencari ampunan Allah pada bulan ramadhan. Insya Allah, anda akan mendapatkan Malam lailatul Qadar tersebut.

Yuk Merenung….!

Teman-teman sekalian yang dirahmati Allah, artikel ini tidak mengatakan syarat apapun untuk mendapatkan malam lailatul Qadar , karena jika ini syarat maka sudah tentu banyak orang yang tidak mampu melakukannya termasuk diri saya pribadi. Artikel ini hanya merupakan sedikit acuan dari sekian banyak acuan dalam mendapatkan lailatul qadar. Yang lahir dari kisah pengalaman saya dan sahabat saya dalam mengejar Malam Lailatu Qadar. Sehingga dari pengalamannya tersebut telah lahir sebuah hikmah, yang ingin dia bagi bersama kita agar kita termotivasi lebih untuk mengejar Lailatul Qadar. Karena ini hikmah yang ia petik dari pengalaman pribadinya, tentulah tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Karena itu saya kembalikan kepada Allah bahwa kebenaran mutlak adalah dari sisi-Nya. 

Teman-teman sekalian yang dirahmati Allah sejatinya bulan ramadhan adalah momentum bagi kita untuk benar-benar mengejar ampunan dari Allah SWT. Datangnya pun hanya sekali dalam setahun. Oleh karena itu alangkah sayangnya jika kita membiarkan ramadhan itu berlalu begitu saja. Marilah kita beribadah dengan upaya-upaya maksimal bukan dengan upaya minimal mencari pengampunan Allah. Karena tidak ada jaminan kita bisa mendapatkannya tahun depan. Sebab penyesalan itu tentu tidak ada gunanya.
Sayang-khan jika 30 hari itu berlalu begitu saja.?
Oke, Semoga bermanfaat...dan dengan keikhlasan dan rendah diri, saya meminta sahabat semua untuk menyelipkan nama  saya Asiah Muslimah, dalam sholat sahabat, apatah lagi dalam lail yang mengintai malam lailatul qadar, Karena doa seorang muslim kepada saudaranya insya Allah terjabah. tolong doakan saya agar saya diberi kesehatan, disembukan segala penyakitnya yang tampak maupun yang tidak tampak, diberikan rezeky yang banyak untuk membantu dakwah islam, dan dijadikan wanita yang sholehah untuk dunia dan akhirat. Saya mengucap terimkasih atas doanya, doa sahabat begitu berarti bagi saya. dan doa yang sama pula untuk sahabat. aamiin...aamiin...aamiin.. dan selamat berjuang untuk menggejar Malam Lailatul Qadar....

(Wallahu A’lam Bisshawab).

Sunday, June 26, 2011

INILAH ARTI KECANTIKKAN ITU !


MENURUT ANDA, MANA YANG PALING CANTIK; ???























Temanku itu wajahnya begitu cantik…terlalu cantik malah. Mulai dari hidungnya yang mancung, dan bibir yang seksi seperti artis hollywood Angelina jolie. Kulitnya putih. Posturnya tinggi dengan body yang semampai. Rambutnya lurus dan panjang. Dia adalah primadona di sekolahku. Rasanya tak ada cowok di sekolah yang tak pangling jika sudah melihatnya. Setiap hari selalu saja ada salam yang dititip cowok untuknya. Terkadang aku iri juga dengan kecantikan yang Allah anugerahkan padanya. Kalau lagi gak ada kerjaan, kadang aku membandingkan wajahnya dengan wajah teman-temanku yang tak dianugerahi kecantikan. Kadang-kadang juga kubandingkan dengan wajahku sendiri. Saat seperti itulah aku berpikir bahwa Allah itu tak adil. Mengapa Allah tidak menciptakan wajah wanita semuanya cantik, dan mengapa harus ia yang dianugerahi kecantikan…kenapa dia harus lebih cantik dariku? ^^ Singkat kata singkat cerita, temanku itu pada akhirnya hamil di luar nikah, dan tragisnya mati dibunuh oleh pacarnya sendiri lantaran rasa cemburu yang tinggi....yah berakhirlah nasib temanku yang cantik itu….

Bukannya mengambil pelajaran, aku malah semakin terpicu untuk lebih mempercantik diriku lagi. Sebenarnya untuk penilaian wajah, aku masih terkategori lumayanlah, gak cantik gak juga jelek. Banyak juga pria yang yang jatuh cinta padaku sampai rela menjadi body guard ku… Tapi Aku masih saja tak bersyukur. Aku ingin cantik yang lebih, yang ketika para lelaki melihatku matanya langsung juling, yang ketika aku berjalan melewati mereka, para lelaki akan langsung mengekor di belakangku, yang ketika aku tersenyum pada mereka dengan memperlihatkan gigiku yang putih mereka langsung tersilau, yang ketika aku berada di keramaian, akulah yang menjadi pusat perhatian. Kayak iklan gitu…

Karena itu, Mulailah segala produk kecantikan aku pakai. Entah yang membuat wajahku putih berseri sampai merona, yang menjadikan kulitku putih dan halus, dengan produk-produk dari merek yang paling murah sampai yang paling mahal rela aku beli demi sebuah kecantikan, aku menjaga tubuhku agar tetap terlihat langsing biar kayak pragawati dan juga…Diet….diet…diet….demi sebuah tujuan yaitu untuk menjadi yang paling cantik. Tak lupa, baju yang super ketat…dan seksi sengaja kupakai untuk menambah daya tarik. Apakah berhasil? Ya Alhamdulillah ( baca : Astagfirullah ) berhasil….tapi sampai detik itu aku tak pernah bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan untukku.

Suatu hari, organisasi lembaga dakwah kampus yang aku masuki ketika di bangku kuliah mengadakan kegiatan buka puasa bersama di sebuah panti asuhan tuna netra. Aku dan teman-teman akhwat mengambil bagian menyiapkan makanan buka puasa bagi para penyandang cacat tersebut. Kami sudah menata makanan dengan rapi di meja bagian untuk laki-laki maupun di meja bagian perempuan, karena memang kami memisahkan tempat duduk sesuai jenis kelamin. Bada ashar, para penyandang cacatpun memasuki aula dan menduduki tempat duduk yang telah kami sediakan. Acara-pun dimulai. Diawali dengan ceramah yang disampaikan oleh pak Ustad. Isi ceramah dari pak ustad menggugah hati kami semua yang hadir, tentang arti sebuah kesyukuran terhadap apapun yang diberikan Allah. Usai ceramah, dilanjutkan dengan sesi penyerahan sumbangan secara simbolik dari kami kepada perwakilan penghuni panti asuhan. Beberapa perwakilan dari panti asuhan-pun naik ke panggung. Saat serah terima itu berlangsung aku tidak mengarahkan pandanganku di atas panggung sebab aku sedang sibuk menyendokkan es buah di gelas-gelas kecil. Saat ku anggkat pandanganku di atas panggung, mataku tertuju pada seorang pria yang berwajah tampan yang sedang berdiri di atas panggung bersama teman-teman dari panti asuhan..

Wajahnya yang sangat tampan membuat mataku melirik sejenak. Saat ia tersenyum, 2 lesung pipinya terlihat jelas. Hatikupun berdesir…subhanaullah…memuji ketampanan yang Allah berikan padanya. Maklum mata saya masih normal. ^^ Saya masih memperhatikannya, saat dia berfoto-foto bersama teman-teman ikhwan kami. Tapi kekaguman dan pujianku atas ketampanannya tidak berlangsung lama. Ketika ia keluar dari barisan teman-temannya dan membalikkan badannya kearah samping…masya Allah….ternyata dia seorang penyandang cacat juga. dia tak mempunyai sebelah tangan. Seketika tampan yang kulihat selangit itu menjadi runtuh saat itu juga….ah…dia tak tampan lagi….hanya karena fisiknya yang berkekurangan….Disitulah aku baru sadar, kecantikkan dan ketampanan itu tidak ada artinya jika kita terlahir cacat fisik. Jika aku disuruh untuk memilih oleh Allah, apakah aku mau berwajah cantik tapi cacat, atau berwajah jelek tapi sempurna, aku tak akan memilih yang kedua-duanya. Asma Allah kusebut saat itu..

Adzan magrib sudah berkumandang. Kami semua bersama-sama menikmati hidangan ringan untuk buka puasa. Ketika semua orang masih sibuk mengambil hidangan buka puasa, aku melihat seorang lelaki penyandang cacat yang keluar dari pintu aula. Dia mungkin hanya meneguk segelas air putih saat itu. Hatiku bertanya, mengapa lelaki cacat itu tidak mau menikmati dulu hidangan buka puasa yang kami sediakan sebelum keluar. Karena penasaran, tugas menyendokkan es buah kuserahkan pada teman-teman akhwat yang lain. Aku-pun mengikutinya dari belakang tanpa ia sadari. Ternyata arah lelaki cacat itu hendak ke masjid. Aku memperkirakan jarak antara aula dan masjid berjarak sekitar 100 meter yang harus ia tempuh dengan kecacatan fisiknya. Lelaki itu hanya setinggi 1 meter, dengan pinggang yang langsung menyatu dengan kakinya yang kecil setinggi 5 cm tanpa telapak kaki. Kedua tangan-nya pun puntung. Dapatkah kita bayangkan, tubuh yang nyaris menyentuh tanah, dengan kaki kecilnya, bisa menghasilkan langkah sejauh apa?..

Lelaki cacat itu terus berjalan dengan cepat, kadang juga berlari-lari kecil. Aku hanya membutuhkan be-berapa langkah saja untuk menyusulnya. Lelaki cacat itu masih berjarak setengah perjalanan untuk sampai ke masjid. Ketika itu semua orang berlari keluar dari aula menuju masjid untuk menunaikan sholat magrib berjamaah. Semua melewatinya termasuk sesama teman-temannya penyandang cacat. Rasanya aku tak sanggup untuk melewati dirinya walaupun aku berkeinginan untuk mendapatkan sholat berjamaah. Akhirnya dia sampai juga di pintu masjid. Keringatnya sudah bercucur membasahi wajahnya. Disapunya keringatnya dengan kedua tangan puntung itu. Nafasnya sudah tersengal-sengal. Saya tau dia pasti sangat letih karena usahanya untuk mengejar sholat berjamaah..

Namun sayang, ketika dirinya sudah berada di pintu masuk masjid, terdengar dari dalam pak imam mengucapkan salam…berakhirlah sholat magrib berjamaah di masjid. Kulihat ia menunduk lesuh….dan hanya berdiri diam terpaku di pintu masjid. Kini aku tau, mengapa ia terburu-buru keluar hingga tak mencicipi lagi hidangan buka puasa yang kami sajikan hanya demi untuk mendapatkan sholat berjamaah. Dia sadar, kalau harus lebih dulu menuju masjid mengingat langkah kakinya yang tak seberapa, dan pada akhirnya, dia tak juga mendapatkannya. Aku hanya terpaku di tempat aku berdiri. Subhanaullah....

Sesaat kemudian aku berpura-pura berjalan mendekatinya dari arah samping, menoleh padanya dan berkata ..”yah terlambat…” sambil menunjukkan wajah sedihku. Sengaja kulakukan itu, seolah aku ingin mengatakan bahwa ia bukan orang terakhir yang sampai di masjid. Entah ia terhibur atau tidak dengan keterlambatanku yang yang memang aku sengaja….dia tersenyum melihatku, tapi guratan wajahnya yang sedih terlanjur membekas di wajahnya. Bulir-bulir air mata itu sudah menumpuk di kelopak matanya. Dia hanya masih berdiri di pintu masjid ketika semua orang keluar dari masjid dan melewatinya kembali.

Saat itu, saya tidak bisa menebak apa arti dari air mata itu, …mungkinkah ia mengaduh pada Allah tentang kecacatannya ataukah itu adalah air mata keridhoan dan kepasrahan terhadap apa yang sang pencipta berikan kepadanya.

Saat itu juga aku segera berlari mengambil air wudhu…dan kemudian tersungkur lemah dalam sujudku yang lama…aku menangis…air mataku jatuh…dadaku sesak….sangat sesak. Rasa syukur itu sudah tak terbendung lagi. “Ya Allah….alhmdulillah engkau telah menganugerahkan padaku tubuh yang sempurna tanpa cacat. Betapa malunya hati ini pada-Mu ya Allah, ampuni hambamu ini yang tak pernah bersyukur atas nikmat kesempurnaan yang engkau berikan, yang masih meminta lebih dan lebih.

Kejadian ini sangat berpengaruh besar bagiku. Kini aku baru sadar, kalau "kesempurnaan fisik" adalah gambaran yang sesungguhnya dari sebuah kecantikan dan ketampanan.
Bukan bentuk rupa atau bentuk tubuh, asal lengkap punya mata yang bisa melihat, telinga yang bisa mendengar, mulut yang dapat berbicara, tangan yang dapat menyentuh, kaki yang dapat melangkah...itulah cantik, itulah tampan. Jika mata sipit sedikit, hidung pesek sedikit, pipi lesung sedikit, bibir memble sedikit, dada kecil sedikit,kaki panjang sedikit. kulit hitam sedikit dan lain-lain itulah "Ciri khas", Allah pasti sudah memperhitungkan secara cermat dan tepat, mengurangi di bagian sini tapi melebihkan di bagian sana, itu namanya "keseimbangan". Kapan kita merubah "keseimbangan" itu dengan "operasi plastik" maka yakinlah keseimbangan itu akan hilang dan berubah menjadi kecacatan yang harus di tanggung seumur hidup..

Lagipula mau cantik sampai dimana sih? toh suatu saat juga wajah yang cantik itu akan keriput juga, kulit yang halus dan putih mulus itu akan mengkerut juga, rambut yang diwarnai sana sini pasti akan memutih juga...lalu mau cantik sampai dimana?.

Ingatkah kita dengan wajah bayi yang baru lahir ke dunia, lihatlah wajah mereka sama, tak ada yang berbeda, bahkan kalaupun ditukar orang tua kandung-pun pasti tidak bisa membedakannya, apalagi kita. Nanti seiring perjalanan waktu maka wajah bayi-bayi itu akan berubah mengikuti wajah kedua orang tuanya. Tapi seiring perjalanan waktu pula maka wajah-wajah itu akan kembali sama ketika mereka sudah tua. Apa ada nenek-nenek yang saingan cantik? atau kakek-kakek yang saingan tampan..? baru sadar kan kita. Itu artinya apa? Bahwa Allah ingin memberitahukan kita, bahwa semua asal penciptaan akan kembali sesuai aturan alamnya dan kita tak bisa melawan itu. Yang harus kita lakukan adalah mensyukurinya dengan menghiasi kecantikan dan ketampanan itu dengan pakaian takwa..

Satu hal....kita boleh bangga dengan kesempurnaan fisik yang kita punya tapi kita tak akan pernah bisa menyamai "kesempurnaan hati" yang dimiliki oleh para penyandang cacat,karena mereka mempunyai hati yang lapang dan jiwa yang besar untuk menerima keadaan mereka yang terlahir tak sempurna..

Justru dari yang "tak sempurna" itulah yang "sempurna" mendapat pelajaran tentang "kesyukuran". Justru dari yang "tak sempurna" yang "sempurna" belajar untuk "tidak putus asa". Justru dari yang "tak sempurna" yang "sempurna" belajar untuk "bersabar", justru dari yang "tak sempurna" yang "sempurna" selalu di ingatkan akan "kebesaran Allah"....kalau begitu, kita semua tau sekarang, siapa sebenarnya yang "lebih sempurna"........^^

Karena itulah sesampai aku kembali dari panti….aku terus menangis. Malam itu kupandang langit. Dengan sisa tangisan yang ada..akupun bersujud menyerah pasrah kepada empunya malam.

Semoga dengan kisah ini kita semua selalu menjadi orang-orang bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Allah.....amien^^

Tuesday, April 5, 2011

Korban Logika Akal !


Salah satu alasan yang paling mendasar sehingga menjadikan manusia makhluk yang paling mulia diantara makhluk ciptaan Allah adalah tidak lain karena keberadaan akalnya. Saking mulianya manusia sehingga para malaikat yang notabene adalah makhluk suci harus mematuhi perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Dan tidak ketinggalan pula, Iblis makhluk yang diciptakan dari api-pun tidak luput dari perintah itu. Namun karena kesombongan yang begitu besar dan gengsi yang tinggi, Iblis menolak untuk bersujud kepada Adam. Iblis tetap bersikukuh menolak dengan argument bahwa dia terbuat dari api dan Adam dari tanah. Sekiranya mungkin Iblis lupa bahwa bukan unsur penciptaannya yang membuat ia harus sujud kepada Adam, namun akal itulah kuncinya. Walau tak dinafikkan Iblis-pun diberikan potensi yang sama. Maka terjadilah tragedi pertama dalam sejarah akhirat, Allah mengusir Iblis dari surga yang selama ini ia diami. Dendam Iblis-pun membara kepada manusia, sehingga ia meminta kepada Allah mengizinkan dirinya mengajak anak cucu Adam ikut menemaninya di neraka.

Tragedi sudah terjadi, keputusan telah diambil, dan vonis sudah dijatuhkan. Takdir Ilahi, sampai akhir zaman, Iblis takkan berhenti mengajak manusia untuk membangkang terhadap perintah Allah. Tragedi ini dikisahkan dalam Al-Quran surah Al-Baqarah, dimana Allah mengajarkan Adam ilmu pengetahuan, dan melalui akal yang diberikan Allah kepada Adam, sehingga Adam mampu untuk menyerap ilmu yang diajarkan kepadanya.

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!, Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?, Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. ( Al-Baqarah; 31-34 )

Apa Itu Akal?

Kata “akal” berasal dari bahasa Arab: al-aql. Arti lafaz tersebut sama dengan al-idrak dan al-fikr. Ketiga lafaz tersebut maknanya sama. Akal merupakan khashiyat yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia, yang merupakan khashiyat otak manusia. Adalah kesalahan besar ketika akal disimpulkan sebagai organ fisik yang berada di dalam otak, kepala ataupun dada, dengan argument bahwa hati ada di dada. Karena fakta membuktikan bahwa hewan juga mempunyai “hati” yang ada di dada. Punya otak di kepala namun tetap tidak mempunyai akal.
Karena itu akal sesungguhnya merupakan “kekuatan untuk menghasilkan keputusan (kesimpulan) tentang sesuatu”. Kekuatan ini bukan merupakan kerja satu organ tubuh manusia seperti otak, sehingga akal dianggap sama dengan otak. Lalu disimpulkan bahwa akal tempatnya ada di kepala. Tentu kesimpulan ini salah. Yang benar adalah kekuatan untuk terbentuknya “akal” lahir dari empat komponen yaitu : 1.Otak, 2.Realitas yang dapat di indra, 3.Alat indra dan yang terakhir, 4.Informasi awal. Proses kerjanya yaitu sebuah “realitas” diindera oleh “alat indra” yang kemudian dimasukkan ke dalam “otak”. dengan “informasi awal” sebelumnya, maka realitas tersebut kemudian disimpulkan. Pada saat itulah terbentuk kekuatan untuk menyimpulkan realitas. Inilah esensi akal manusia.

Seperti yang kita ketahui akal itu dikatakan berfungsi bilamana ia dapat menghasilkan keputusan (kesimpulan) tentang sesuatu. Nah berkaitan dengan yang namanya “hasil kesimpulan” bukankah benar bahwa ia membutuhkan “informasi awal” untuk menyimpulkan? Tanpa “informasi awal” ini maka “akal” manusia akan salah dan keliru dalam menyimpulkan segala sesuatu?. Jika kesalahan dan kekeliruan itu berhubungan dengan kehidupan sehari-hari mungkin masih bisa untuk kita perbaiki. Tapi bagaimana kalau kekeliruan itu berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan akidah ( keimanan)? Sesuatu yang berhubungan dengan akhir kehidupan manusia, apakah akan berakhir di surga ataukah berakhir di neraka? Bukankah ini kesalahan dan kekeliruan yang sangat fatal?

Sebelumnya saya ingin mengajak teman-teman bernostalgia dengan pelajaran biologi dan sejarah ketika di bangku SMP. Ingatkah kita dengan Aristoteles? Ia adalah Seorang ahli filsafat Yunani kuno yang terkenal dengan teori Abiogenesis (generatio spontanea). Aristoteles berpendapat bahwa makhluk hidup terjadi begitu saja alias spontanitas. Teorinya ini pada akhirnya menjadi cikal bakal lahirnya teori “Dialetika Materi” yang di gagas oleh Karl Marx. Karl Marx berpendapat bahwa alam semesta, manusia dan kehidupan berasal dari materi yang berevolusi. Teori ini kemudian melahirkan “Sistem Sosialis” yang penganutnya disebut para komunis. Karl Marx sendiri akhirnya diangkat sebagai bapak sosialis dunia.

Ingatkah kita pula dengan Darwin? Walaupun Darwin seorang gerejawan namun ia sendiri mengeluarkan sebuah teori evolusi yang mengingkari tentang penciptaan manusia oleh Tuhan. Hanya dengan melakukan pengamatan pada fosil manusia purbakala Darwin membuat kesimpulan mengejutkan dengan teorinya yang menyatakan bahwa nenek moyang manusia berasal dari kera. Pada akhirnya Darwin sendiripun kebingungan dengan teorinya tersebut.

Kalau kita lihat, teori Aristoteles dan Karl Marx, lahir dari akal mereka yang dangkal. Hanya dengan bersandarkan pada logika fakta terhadap kejadian-kejadian yang ada. akhirnya keduanya sama-sama bersepakat tentang pengingkaran akan keberadaan Tuhan. Keduanya Menafikkan adanya Tuhan sebagai pencipta dari alam semesta, manusia dan kehidupan. Dalam membuat “kesimpulan” yang melahirkan “teori” keduanya tidak menggunakan “informasi awal” sebelumnya untuk membuat “kesimpulan” tersebut. Padahal “informasi awal” merupakan sandaran utama untuk menuntun mereka dalam memecahkan segala permasalahan yang muncul. Saya sebut “informasi awal” itu adalah “kitab-kitab” yang diturunkan oleh Allah kepada para rasul kepada manusia. Dengan maksud agar manusia mengenal asal usul keberadaan mereka di dunia sekaligus Allah ingin mengenalkan dirinya sebagai Tuhan yang menciptakan manusia. Dari awal sebenarnya pertanyaan-pertanyaan keduanya tentang kehidupan sudah terjawab oleh kitab-kitab Tuhan. Bahkan pada akhirnya pula teori yang mereka hasilkan dengan hipotesis susah payah dengan waktu bertahun-tahun lamanya dari akal mereka sudah terbantahkan oleh kitab-kitab Allah. Ironinya dari “kesimpulan” yang mereka hasilkan dari akalnya menjadikan keduanya menjadi atheis. Menjadi atheis artinya memesan tempat di akhirat bersama Firaun Cs. Bukankah ini pemikiran yang sia-sia nan fatal? Akal yang hanya berlogika tanpa penuntun akan menjadi korban dari akalnya sendiri.

Tak jauh beda dengan Aristoteles dan Karl Marx, Darwin dengan bangga mengatakan bahwa nenek moyang manusia berasal dari kera. Mendapat pelajaran sejarah tersebut, saya sempat kaget…masa sih…? Sejurus kalu kita melihat alur logika akal yang digunakan Darwin dengan fakta hipotesisnya terkesan benar, apalagi ini dibuktikan dengan penenmuan fosil kerangka manusia modern yang sudah berbadan tegak namun masih menyerupai kera? Tapi Darwin terlalu naïf untuk mengatakan bahwa nenek moyang manusia berasal dari kera hanya dengan hipotesisnya. Pada akhirnya teori Darwin diruntuhkan dengan adanya penemuan gen dan kromosom. Itulah yang terjadi ketika akal Darwin yang berlogika dengan hipotesisnya dengan mengabaikan “informasi awal”. Informasi dari kitab-kitab Allah yang menjelaskan bahwa Adam adalah jenis manusia pertama yang diciptakan Allah tanpa berevolusi.

Sangat menggelikkan jika membayangkan kera yang berwajah buruk rupa bisa berevolusi menjadi manusia setampan wajah Nabi Yusuf dan secantik Zulaikha. Mungkinkah? Lalu bagaimana dengan kata pepatah, “Buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya”? Artinya kalaupun berevolusi setidaknya bentuk tubuh dan wajah manusia tidak jauh-jauh dari kera. Paling tidak mulut manusia harus moncong dan bulunya harus lebat, oh iya satu lagi, manusia juga harus bisa bergelantungan di atas pohon. Hmmm…Mungkin kata pepatah itu tak berlaku karena pohonnya berada di atas gunung sehingga ketika buahnya jatuh langsung menggelinding dan terus ke sungai sehingga tumbuh menjadi “beda” dengan indungnya….kale….^^ Yah, Aristoteles, Karl Marx dan Darwin adalah korban dari logika akal yang mereka ciptakan sendiri.

Di abad 21 sekarang ini terdapat pula para korban logika akal. Jika Aristoteles Cs membuktikan hipotesis mereka dengan melakukan eksperimen, korban logika abad 21 menggunakan logika mantic. Yaitu gaya berpikir yang disandarkan pada akal. Mereka mencoba untuk menjangkau segala sesuatunya dengan akal tanpa mau tau bahwa akal manusia yang diciptakan itu terbatas, sama terbatasnya dengan kehidupan manusia.

Terkait dengan akal yang menggunakan logika dalam proses keimanan dan beribadah kepada Allah saya akan mengisahkan sedikit episode lembaran perjuangan saya dalam mempertahankan akidah yang pada dasarnya rapuh namun masih bertahan walaupun diserang. Ketika itu saya masih nol besar tentang islam. Tak tau akidah itu apa!. Waktu itu kami mengikuti pembinaan yang di beri nama GS. Namun isinya tetap adalah ospek yaitu penyiksaan senior terhadap yunior cuman sebutannya saja diperhalus. Saat waktu sholat magrib tiba, datang seorang senior yang belakangan saya ketahui, dia adalah ketua dari sebuah organisasi di kampus. Kami semua maba hendak berdiri untuk sholat, tapi tiba-tiba dia mencegah kami untuk sholat. Dengan suaranya yang lantang dia berkata:
“Untuk apa kalian sholat? Untuk apa…?” Ucapnya dengan gaya bahasa puitis.
“Adik-adik, tahukah kalian makna sholat yang sebenarnya? Ayo..tahukah kalian?”
Kami hanya diam. Maklum senior cing lagi sok bentak-bentak di depan kami.
“Makna sholat adalah mengingat Allah. Ingat…hanya mengingat Allah….. betul tidak?”
Kami mengangguk. Bukankah benar aktifitas sholat adalah aktifitas mengingat allah? “
Jadi sebenarnya, cukup hanya dengan mengingat Allah tanpa kalian harus mengerjakan sholat yang sebenarnya, maka kalian sudah bisa dikatakan sholat”.
“Cukup hanya dengan mengingat. Tidak perlu kalian susah-susah payah untuk mendirikan sholat.”  ucapnya dengan intonasi yang ditekan.
Disitu akalku yang dangkal kemudian berpikir. “Benar juga yang dikatakan seniorku. Bukankah sholat adalah aktifitas yang di dalamnya hanya mengingat Allah? Jadi cukup dengan mengingat-Nya saja maka kita sudah sholat? Jadi buat apa capek-capek sholat? Toh maknanya sama…mengingat sang pencipta. Karena dialog logika seperti itu akhirnya beberapa separuh dari teman-teman memutuskan untuk tidak pergi sholat. Alhamdulillah saat itu walupun apa yang dikatakan senior sangat masuk di akal, walupun bimbang aku tetap pergi sholat walau tak khusyu. Yah, senior itu-pun tidak sholat, padahal mengaku dirinya muslim.

Teman-teman seangkatan saya yang ketika itu baru selesai mengikuti sebuah basic training yang diadakan oleh salah satu organisasi yang ada di kampus mengajak saya untuk berdiskusi. Teman-teman saya mengajukan pertanyaan,
“asiah, kenapa kamu yakin bahwa Allah itu ada sementara kamu sendiri tak pernah melihat dengan mata kepalamu sendiri sosok tuhan itu?”

Dalam hati saya bingung, saya yakin tuhan itu ada, tapi keyakinan tanpa bukti bukankah itu tidak mendasar? Belum selesai saya berpikir, teman saya mengajukan lagi pertanyaan-pertanyaan lain? 
“Dimana sebenarnya letak keberadaan Allah? Di baratkah? Ditimur kah?” 
Saya ingin membantah mereka, tapi sayang saat itu ilmu islam saya tak punya. Yah sampai pada suatu hari saya akhirnya belajar islam. Pertanyaan itu akhirnya bisa dijawab pula dengan logika akal tapi akal yang punya "informasi awal" alias standar penuntun .

Pertama, memang benar sholat adalah aktifitas mengingat Allah. Tapi apakah dengan hanya mengingat Allah maka eksistensi sholat sudah bisa kita dapatkan? Bagaimana kalau saya bertanya dengan pertanyaan yang sama.
“Jika anda lapar, perut anda sudah keroncongan, sudah bersiul riuh rendah. Maka agar anda bisa kenyang cukup anda mengingat makanan. Dengan mengingat makanan maka kesimpulannya anda sudah makan. Tapi pertanyaannya, apakah perut anda sudah terisi dengan hanya mengingat makan? Apakah perut anda menjadi tidak lapar lagi ketika anda hanya mengingat? Jelas perut anda tetap akan kelaparan. Anda tetap butuh melakukan aktifitas yang sebenarnya yaitu makan. Mengambil makanan dan memasukannya ke dalam mulut. Baru anda bisa kenyang.

Atau misalnya anda ingin buang hajat. Perut and susah melilit. Maka anda hanya perlu mengingat bahwa anda sudah buang hajat. Maka anda sudah buang hajat. Pertanyaannya, apakah perut anda sudah berhenti untuk melilit? Anda tetap harus ke wc untuk menghentikan lilitan tersebut. Jadi kesimpulannya eksistensi aktifitas itu tidak akan pernah kita dapatkan dengan cara “cukup mengingat”.

Jadi melakukan sholat dengan bacaan dan gerakannya itulah yang diminta. Agar eksistensi perbuatan ibadah itu kita dapatkan. 

Pertanyaan yang kedua, bagaimana membuktikan bahwa Allah itu ada.?
Memang Dzat Allah sampai kapan-pun tidak akan pernah bisa dijangkau oleh akal manusia. Manusia sendiri-pun tidak akan pernah bisa melihat Allah. Tapi manusia tetap bisa menjangkau keberadaan Allah dengan melihat apa yang diciptakan oleh-Nya. Dan melalui Akal itu manusia diminita untuk berpikir. Allah berfirman :

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” ( Al-Baqarah :164). 

“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. ( Az-Zumar : 21).

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” ( QS Ali Imran : 190).

Masih banyak ayat-ayat Allah yang menjelaskan bukti tanda-tanda keberadaan Allah. Karena itu tidak mungkin segala sesuatu ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan dan Tak akan mungkin segala sesuatu yang ada di alam semesta bisa teratur dengan sendirinya. Contoh, Sistem tata surya kita. Planet-planet berputar mengelilingi matahari dengan melewati lintasannya masing-masing secara teratur. Andai tidak ada yang mengatur pergerakan perputaran planet-planet terhadap matahari, akan tidak mungkin salah satu planet semisal Pluto yang jauh lintasannya merasa bosan dan capek. Sehingga ia ingin melakukan perputaran yang lebih dekat dengan berpindah ke lintasan planet yang lain dan menggeser planet yang lainnya. Bayangkan apa yang terjadi jika Pluto mengambil lintasan planet yang lain? Bukankah alam semesta akan mengalami kehancuran? Banyak contoh yang  bisa kita dapatkan,  tapi cukuplah contoh kecil itu saya hadirkan di benak teman-teman dengan harapan akan memberi pengaruh yang besar bagi kita sehingga kita segera sadar dan tunduk pada Dzat yang menciptakan kita yaitu Allah SWT.

Masih ada pertanyaan logika lain yang membuat bingung teman saya. Dia mendatangi saya dalam keadaan nalar logika yang berkecamuk sehingga meremukkan semua keimanan nya kepada Allah. Dia tinggal selangkah lagi menuju ke-Atheisannya. Ia bertanya :
“Iblis diciptakan dari api, neraka terbuat dari api. Suatu saat iblis akan dimassukan ke dalam neraka. Bukankah unsur api akan bertemu dengan unsur api tidak akan  saling memusnahkan?. Jadi pasti Iblis tidak akan merasakan sakitnya di panggang dalam api neraka? Tuhan berpura-pura untuk menyiksa iblis.” Ujar teman saya mantap. 
Untungnya saya pernah mendapat jawaban dari pertanyaan yang diajukan teman saya. Saya pun berkata kepada teman saya itu,
“kamu tercipta dari apa? 
“tanah”. Jawabnya.
“Oke, kalau begitu”. Saya pun dengan sengaja mengambil tanah kemudian saya gumpalkan ke dalam tangan saya dan mengayunkan tangan untuk melemparkan tanah tersebut ke arahnya. Melihat gelagat saya, diapun marah.
Asiah, kenapa saya mau kau lempar…?
“Tenang, ini tidak akan sakit ?
“Kau gila, itu tanah, sakitlah kalau kena tubuh! Ujar teman saya sambil mencak-mencak.
Sayapun tersenyum. “Bukankh kau dari tanah, ini juga tanah, jadi tanah-ketemu tanah tidak akan sakit khan?
Saya pikir teman-teman bisa menebak apa yang terjadi sesudahnya pada teman saya.

Dari semua itu kita bisa mengambil hikmah bahwa keberadaan akal adalah anugerah terindah yang Allah berikan pada manusia. Tapi satu hal yang yang harus kita pahami, akal manusia mempunyai keterbatasan. Kapan daya nalar logika berpikir kita keluar dari batas jangkauannya maka saya jamin, anda pasti gila. Jika ingin beriman dengan menggunakan akal, contohlah cara Ibrahim yang mendapatkan Tuhan dengan memikirkan keberadaan matahari dan bulan. Contohlah cara Nabi Ibrahim. Yang dengan kejeniusannya berlogika dengan "informasi awal" sehingga mampu mengalahkan argumen orang-orang jahiliyah yang menyembah batu dan berhala.  Karena itu akal-pun harus mempunyai "informasi awal" sebelum ia menghasilkan sebuah "kesimpulan". Akal wajib mempunyai "sandaran" dalam berpikir agar ia tidak salah dan keliru dalam berpikir.  Karena itu, sebagai seorang muslim, kita wajib menyandarkan  akal kita pada Al-Quran. Al-Quran adalah jawaban dari segala pertanyaan yang muncul, solusi dari permasalahan yang ada entah itu di masa lalu, sekarang dan yang akan datang.  Terjangkau oleh akal dan bukan akal-akalan.  insya Allah dengan menjadikan Al-Quran sebagai alur awal berpikir anda, anda tidak akan tersesat dan menyesatkan orang. Berlogika akal tak ada salahnya tapi jangan sampai logika akal keluar dari batas nalar kita sehingga malah menyerang balik nalar akal kita sendiri.

Yup..jika anda punya akal, jangan jadi korban ke-logikaan akal anda.


Sumber :
* Islam Politik Dan Spritual, Hafidzh Abdurahman.

Tuesday, February 8, 2011

Valentine Days VS Idul Adha, Keren Mana ?


KEREN MANA?


Hari Kasih sayang yang jatuh pada tanggal 14 merupakan sebuah hari yang paling dinantikan oleh seluruh remaja dan pemuda-pemudi yang ada di seantero dunia.Hari tersebut banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan dan mengekspresikan hasrat kasih sayang kepada lawan jenis mereka. Hari ini pula, bagi para pelaku pacaran atau yang baru mau nembak, valday adalah moment yang tepat unntuk mengekspresikan cinta sebebas-bebasnya. Padahal, kalau dilacak atau ditelusuri akar historis valentine day ini, maka akan tampak secara jelas, betapa pengkultusan hari yang diabadikan sebagai simbol keagungan dan kesucian cinta ini, sangat paradoks dalam pemaknaan cinta yang sesungguhnya.

Dan seiring dengan masuknya beragam gaya hidup baratke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine, sekotak coklat, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasana valentine setiap tahunnya, bahkan pembuktian rasa kasih sayang sudah lebih terarah pada namanya hubungan seksual. Ironinya hal ini dijadikan perayaan wajib di kalangn remaja muslim sedunia.

Sejarah Valentine Days

Valentine’s Day menurut literatur ilmiyah dan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal dari upacara ritual agama Romawi kuno.

Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998).

Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno.

Dan menurut sumber-sumber lainnya, history yang paling banyak beredar dari yang lain yaitu :

Ceritanya terdapat seorang yang dianggap santo (orang yang dianggap suci untuk agama katolik) yang menggantikan seorang dewa yangu bernama Lucerpus. Penyembahan dewa Lucerpus sudah menjadi bagian tradisi upacara keagamaan Romawi pada saat itu dalam upacaranya diselingi penarikan undian dalam rangka mencari pasangan. Yang namanya keuar maka ia bebas melakukan hubungan seksualdalam waktu yang sudah ditentukan.Setelah mereka bosan maka akan diakan undian berikutnya untuk mencari pasangan yang baru lagi. Begitulah tradisi keagamaan yang berlangsung selama berabad-abad lamanya.

Setelah dewa lupecus meninggal maka santo valentilah yang menggantikan sebagai dewa kasih sayang.

Tetapi suatu ketika kekaisaran Romawi memerlukan sejumlah besar tentara yang dipersiapkan untuk berperang. Oleh karena itu kaisar melarang para tentara menikah. Namun yang terjadi ternyata santo Valentino malah merestuiperkawinan seorang tentara romawi. Akhirnya kaisar romawi kemudian menghukum mati santo valentine dengan memancungnya diRoma pada tahun 270 M. Dan kemudia pada masa kaisar Constantin (280-337)upacara tersebut didesain dan dimodifikasidengan penambahan pesan-pesan cinta supaya lebih menarik. Kemudian pada tahun 496 dijadikan perayaan wajib bagi mereka. (sumber:Dudung.Net)

Valentine Dalam Perspektif Islam,

Setidaknya ada dua Alasan yang mendasari hukum perayaan Valentine day dalam Islam.
Alasan pertama,Valentine Berasal dari Budaya Syirik. Dilihat dari akar sejarahnya. Dari uraian diatas, jelas bahwa Valentine day bukanlah warisan ajaran peninggalan sejarah para Nabi dan Rasul, melainkan ajaran sejarah Dewa Luparcelia, yang kemudian diteruskan oleh Uskup Santo Valentine salah seorang rahib dalam tradisi agama Katolik pada saat itu.

Valday bukan ajaran Islam.

Sementara itu dalam pandangan islam, sesuatu perbuatan yang tidak pernah diajarkan dan diperintahkan oleh Rasulullah (apalagi menjadi sebuah momen perayaan) ketika ikut dirayakan maka perbuatan tersebut dianggap menyesatkan dan bisa jatuh kepada hukum syrik (menyekutukan Allah)

Dalam hadis Rasul ditegaskan:

"Siapa yang menyerupai sesuatu perbuatan kaum, maka ia bagian dari kaum itu". (HR. Bukhori Muslim)

Rasulullah menuntut kehati-hatian kita dalam melaksanakan suatu sistem ajaran agama lain, karena kita akan menjadi bagian dari golongan tersebut.

Hal ini-pun disebutkan oleh AllahWa Zalla, melalui firmannya :


"Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintaipertanggungjawabannya". (QS. Al Isra': 36).

Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.
Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang tersebut menjadi “Sang Maha Kuasa”.

Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.

Sementara, Icon si “Cupid (bayi bersayap dengan panah)” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari. Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita. bahkan iapun berzina dengan ibunya sendiri.

Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.

Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka, naudzu billahi min zalik.

Selain daripada itu terbukti pula bahwa perayaan valentine days merupakan sebuah perayaan yang terkait dengan kepercayaan agama nasrani.Dengan ikut melaksankan perbuatan tersebut maka kita akan dianggap kedalam golongan tersebut. (golongan kaum kafir).

Yang kedua, Semangat valentine adalah Semangat Berzina

Seiring dengan perjalanan waktu dan berkembangnya teknologi, perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat.
Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama,maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.

Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, peting, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh.

Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka,hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.

Jelas pula bahwa sistem tata nilai yang terkandung dalam valentine day sangat bertentangan dengan sistem tata nilai dalam ajaran Islam.

Dalam Islam, tidak ditemukan atau diperbolehkan bahkan sangat dilarang keras untuk membangun sebuah pola pergaulan antara pria dan wanita secara bebas.Karena perbuatan yang demikian telah msuk kedalam kategori zina, yang dalam Islam sangat diperintahkan untuk dijauhi. Firman Allah:

"Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan seburuk-buruk jalan". (QS. Al Isra': 32).

Bahkan seorang lelaki dan wanita yang berkhalawat (berdua-duaan) saja, disuruh untuk menjauhinya, karena syetan laknatullah alaih akan menjadi pihak ketiga dari mereka. Keadaan yang demikian akan menjadi peluang bagi mereka untuk melakukan perbuatan keji (zina).

Sangat tidak bisa diterima akal, jika Valentine day diabadikan sebagai simbolisasi keagungan sebuah cinta, namun dalam realitasnya mereka justru mengangkangi dan menodai maknakesucian cinta.Coba kita bayangkan, dihari itu para pemuda-pemuda larut dalam hura-hura, pergi ketempat-tempat hiburan, saling bermesraan bahkan tak jarang diantara mereka terjerumus untuk melakukan hubungan seksual secara bebas, tanpa adanya sebuah ikatan yang syah menurut ajaran agama. Dengan mengatas namakan cinta banyak kemudian wanita mengorbankan keperawanannya,setelah itu ia ditinggal sang kekasih.Baca artikel saya "Bukan Perawan Biasa (Bukan Hanya Mahkota Terakhir"

Islam sebagai rahmatan lil alamin sudah dijamin oleh Sang Pemilik Alam ini, akan konsepsi ajarannya sebagai ajaran yang mengandungnilai-nilai kebaikan dan kemaslahatan hidup kita di dunia dan akhirat. Konsep kasih sayang misalnya, Islam sangat begitu jelas, ilegan, humanis, egalitarian, indah dan menyejukkan.

Lalu Bagaimana, jika kita merayakan Valday tanpa maksud menyekutukan Allah?
walaupun para kalangan remaja dan pemuda Islam banyak yang telah mengetahui kalau hukumnya haram, namun mereka masih saja merayakan kebudayaan valentine days tersebut dan kemudian mencari-cari alasan agar hal itu menjadi boleh. Misalnya dengan mengatakan bahwa mereka sekedar berkasih sayang dan yang penting niat mereka bukan untuk melakukan syirik kepada Allah. Inilah kaum muslimin yang sangat buta akan ilmu islam.

Dalam Islam konsep sebuah amalan perbuatan manusia agar diterima oleh allah tidak hanya dilihat dari "niat" tapi juga dilihat dari "perbuatannya".. Misalnya dia tidak berniat untuk menyekutukan Allah namun karena perbuatannya ikut menghadiri dan merayakan valentine days yang hukumnya haram maka perbuatannya tersebut akan mendapat dosa dari Allah Wa Zalla.
Contoh lain dengan mengucapkan selamat Natalbagi umat Nasrani. Bukankah dengan ucapan kita tersebut tanpa kita sadari bahwa kita telah mengakui bahwa yesus adalah Tuhan? Ingatlah niat adalah bagian dari perbuatan dan perbuatan adalah manifestasi dari niat. Hmm…masih maukah kita merayakan Valday?

Idul Adha Hari Cinta dan Kasih Sayang

Jika kita mau lebih jujur, islam juga punya hari yang jauh jauh lebih indah dari hari kasih sayang Yaitu hari IdulAdha. Hari dimana seorang Ibrahim membuktikan cinta-Nya kepada Allah dengan mengorbankan Ismail anaknya.

Manusia di bumi mana yang sanggup mengorbankan anak semata wayangnya yang telah ia idam-idamkan selama berpuluh-puluh tahun, itupun harus ia sendiri pula yang memenggal kepala anaknya untuk dipersembahkan kepada Allah

Andaikan Nabi Ibrahim manusia yang dha’if, tentu akan sulit untuk menentukan pilihan. Salah satu diantara dua yang memiliki keterikatan besar dalam hidupnya; Allah atau Isma’il. Berdasarkan rasio normal, boleh jadi Nabi Ibrahim akan lebih memilih Nabi Ismail dengan menyelamatkannya dan tanpa menghiraukan perintah Allah tersebut.Namun ternyata Nabi Ibrahim adalah sosok hamba pilihan Allah yang siap memenuhi segala perintahNya, dalam bentuk apapun. Ia tidak ingin cintanya kepada Allah memudarkarena lebih mencintai putranya. Akhirnya ia memilih Allah dan mengorbankanIsma ’il yang akhirnya menjadi syariat ibadah qurban bagi umat nabi Muhammad saw.
Inilah pengorbanan cinta yang sesungguhnya, pengorbanan yang agung yang tidak dapat dilakukan oleh seorang manusia mana-pun di dunia ini. Dan bukankah pada hari ini semua umat islam saling berbagi?

Buktikan Cintamu...

Guys.. Hari Raya Idul Adha lebih keren daripada hari valentine yang haram. Pada hari Idul Adha, kita merayakannya dengan banyak memberi dan berbagi kurban bagiyang tidak mampu. Semua orang bahagia bukan hanya kita dan pasangan toh.

Lalu makna apa saja yang bisa kita petik dari Idul Adha?

Cinta Kepada Allah

Al-Azhariberkata, “Arti cinta kepada Allah dan Rasulnya adalah mentaati dan mengikutiperintah Allah dan Rasul-Nya.
Al-Baidhawi berkata, “cinta adalah keinginan untuk taat. Ibnu Arafah berkata, “Cinta menurut istilah orang arab adalah menghendaki sesuatu untuk meraihnya. Al-Zujaj berkata,“Cintanya manusia kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati keduanya dan ridhaterhadap segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah SAW.

Sendangkan arti cinta Allah kepada hamba-Nya adalah ampunan, ridha dan pahala. Al-Baidhawi berkata ketika menafsirkan firman Allah:

“Niscaya Allah akan mencintaimu dan memberikan ampunan kepadamu (QS.Ali-Imran : 31).

Maksudnya pasti Allah akan ridha kepadamu.Karena itu seorang muslim, haruslah menempatkan posisi cinta kepada Allah sebagai posisi yang pertama dan utama.Memberikannya sebagai porsi yang terbesar di dalam hatinya.

Dengan mencintai Allah maka Allah-pun akan mencintai kita. Ketika kita sudah menjadi hamba yang dicintai Allah maka Allah akan memberitahukan kepada seluruh alam bahwa Alah mencintai kita.Sehingga seluruh alam-pun akan mencintai kita. Hal ini akan berlaku sebaliknya. Dengan mencintai Allah maka otomatis akan ada cinta bagi makhluk Allah.Dengan sendirinya maka kita akan mencintai orang tua kita, saudara, dan seluruh umat islam di dunia.

Menjadi Penyayang

Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk saling berbagi dan memberi dariyang mampu kepada yang kurang mampu. Dengan berkurban maka otomatis kita telah melatih diri kita menjadi seseorang yang peka terhadap keadaan orang lain.Menjadi orang yang penyayang,serta selalu mengingat bahwa semua yang ada di dunia ini adalah fana dan merupakan milik Allah semata dan tentu semua kan berpulang kepadanya.

Mengobati Luka

Memberi kepada orang yang kurang mampu dapat mengobati hati yang luka.Kenapa?, dengan memberi maka kita akan merasakan ketenangan bathin. Apalagi melihat wajah bahagia mereka dengan terurai air mata, dan doa yang mereka ucapan dengan hati yang ikhlas ketika kita memberi kepada mereka. Plus menyembuhkan hati dari sifat bakhil dan kikir.

Menumbuhkan Kecintaan Sesama Umat Islam

Kadang perbedaan antara orang yang kaya dengan orang yang miskin menjadi jurang pemisah untuk saling bersilahturahmi. Dengan adanya Hari Raya Idul Adha maka hari tersebut menjadi ajang silaturahmi sekaligus mempererat ukhuwah islamiyah sesama umat islam. Apakah Valdays bias seperti Itu?

Orang yang berkurban pada Hari Raya Idul Adha, kelak diakhirat nanti ia akan mendapatkan hewan tunggangan di padang masyhar, dimana saat itu semua manusia berjalan dengan menggunakan kakinya untuk menghadap Allah. Wah kebayang gak tuh kalo misalnya kita punya hewan tunggangan di padang masyhar? subhanaullah....

Namun begitu, Jauh sebelum valentine manjadi hari kasih sayang, dan Idul Adha menjadi hari pengorbanan cinta, islam telah hadir dalam konsep bahwa sesama muslim bukan hanya sekedar saling berkasih sayang. Akan tetapi ketika ia tidak mencintai saudaranya karena Allah, maka orang tersebut masih diragukan keimanannya.

Lima belas abad yang lalu Rasulullah SAW,telah menyatakan bahwa:

"Tidak beriman seseorang itu,sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri"(HR Bukhori Muslim)

Budaya barat tidak sedikitpun lebih aplikabel dari sistem ajaran Islam. Valentine day tidak akan dapat menandingi konsep kasih sayang dan pemaknaan cinta dari pada Islam, karena slam menempatkan rasa kasih sayang dan cinta tidak hanya berdimensi kemanusiaan yang bersifat temporal-temporal, melainkan didorong atas dimensi ilhiah yang bersifat universal

Sebagai generasi muda Islam yang baik, tidak seharusnya kita terjebak dengan budaya-budaya barat yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam yang luhur. Valentine day merupakan salah satu bentuk budaya asing, yang asal-usulnya tidak memiliki hubungan dengan akar sejarah para Rasul-rasul dan sistem ajaran agama-agama hanif (Islam). Jika demikian halnya, sudah sepantasnya kita, tidak ikut-ikutan apalagi sampai berlarut untuk turut merayakannya, jangan sampaiperbuatan yang sedikit malah menghapuskan seluruh amalan kita. Dan pada akhirnya kita akan berakhir bersama orang-orang kafir di neraka yang merupakan tempat seburuk-buruk tempat pengembalian.

Wallahu ‘alam bisshawab.

So... janganlah kamu merayakan Valdays dan membiarkan Hari Idul Adha berlalu begitu saja